Break

14 4 0
                                    

#Guru_Komputer_itu_adalah_kekasihku

Part 19

"Sind...Sindy sayang bangun dah subuh."

Aku membuka mataku samar-samar ku lihat cahaya lampu temaram. Kamar yang luas, ranjang besar dengan nuansa putih, aku merasa kedinginan. Apakah aku sedang berada di hotel? aku mengumpulkan nyawaku dan duduk. Oh iya aku lupa bahwa aku menginap di rumah neneknya Nita.

"Subuhan dulu yuk." Nita mengajaku subuhan.
Aku mengangguk tanpa suara, mengambil air wudhu di kamar mandi, setelah terkena air tubuhku semakin menggigil.

"Ta...dingin banget suwer, maklum di kosan tidak pernah pakai AC." aku keluar dari kamar mandi menelangkupkan kedua tanganku.

"Masa sih Sind, ya sudah ACnya aku matikan saja."
Nita bergegas mematikan AC karena tidak tega melihatku menggigil.

Kami subuhan di ruang yang di buat khusus untuk sholat, tidak begitu besar tapi sudah tersedia beberapa sajadah yang di tata dan Al-Qur'an yang tersedia di meja kecil.

Rupanya keluarga ini selain mempunyai rumah yang besar mereka tidak melupakan ruangan khusus ber ibadah.

Om Narayan datang dari lantai atas mengenakan kemeja koko putih dan sarung bergaris-garis. Rambutnya dikuncir, rahang yang ditumbuhi jambang tipis membuatnya terlihat lebih dewasa dari umurnya.

"Jamaahan ya Nit."

"Iya Om." Jawab Nita

Lalu kemudian Neneknya Nita yang dibantu Bibi juga ikut berjamaah.
Neneknya Nita sebenarnya belum begitu tua hanya saja dari yang aku dengar dari Nita, setelah ditinggal kakek Nita lebih dulu Neneknya sering sakit-sakitan.

Om Narayan mengimami sholat subuh kami.

~~~
~~~

Selesai sholat aku menyalami Neneknya Nita, ia tersenyum dan mengelus rambutku. Wanita yang memakai gamis berwarna putih dan bergo hijau toska itu memandangi wajahku lekat sekali.

"Teman kamu cantik sekali ya Nit."

Mendengar hal itu aku hanya tersenyum.

Selesai sholat Nita dan Neneknya berjalan-jalan ke luar rumah untuk mencari udara segar. Nenek berjalan tanpa alas kaki mengelilingi komplek perumahan elit ini.

Om Narayan menarik tanganku dari belakang mengajakku ke lantai atas rumah dan membawaku ke arah kamarnya. Aku sempat bingung hendak kemana kah ini?

Ia membuka pintu samping kamarnya sehingga aku dapat melihat balkon rumah. Terdapat banyak bunga dan sebuah alat olahraga tredmill, dan tempat duduk.

Udaranya sangat segar di pagi hari, walau sedikit dingin.

"Bagaimana enak tidur di kosan apa di sini?" Tanya Om Narayan

"Enak di kosan, di sini pakai AC aku tidak kuat dinginnya."

"Hahaha mau aku peluk?" Om Narayan terkekeh.

"Ogah..."

"Bagaimana kabar hatimu hari ini?"

"Tidak begitu baik."

"Om sendiri bagaimana dengan Ningsih?"

"Haaa Ningsih?"

"Iya Ningsih yang sering Om bilang sama aku. Dia pacarnya Om kan?"

"Hahaha jangan bilang kamu mengira  mobilku adalah pacarku, lihatlah dia berwarna kuning, jadi aku menamainya Ningsih?" Om Narayan mengarahkan jarinya ke mobil kuning yang terparkir di halaman.

Guru Komputer itu adalah kekasihku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang