Realita Kehidupan

17 3 0
                                    

#Guru_komputer_itu_adalah_kekasihku


Part 12 


Aku menanak nasi sambil sesekali mencuci baju di sumur. Sebenarnya sangat sulit namun jika aku tidak kerjakan berbarengan nanti Bulik pulang dari pasar nasi belum matang bisa-bisa aku kena omel lagi. Apa lagi sepupuku yang kecil, bangun tidur pasti minta makan.


Aku mencuci baju menggunakan sebuah papan berbentuk gerigi dan tentu saja sebuah sikat. Disini mencuci masih menggunakan tangan, tidak ada yang menggunakan mesin cuci, kalaupun ada mungkin listriknya tidak akan kuat, karena disini rata-rata menggunakan listrik dengan daya 450.


Aku sesekali melihat ke tungku untuk menambah kayu bakar, dan jika beras sudah mulai mengembang akan aku kasih sarangan agar nasi lebih tanak.


Nasipun sudah matang, tinggal cucian belum kelar tinggal beberapa baju lagi. Sewaktu menimba sepupuku yang kecil menangis, mungkin mencari-cari Ibunya. Akupun menggendongnya dan membawanya ke belakang karena cucianku belum kelar. Aku memberikan mainan dan memberinya tempat duduk kecil agar dia bisa bermain dan aku melanjutkan pekerjaan.


Tanpa ku sadari Parhan sudah ikut bermain air yang ada di ember cucian.


"Parhan sayang jangan...Nanti bajumu basah." Aku mencoba mendudukkannya di tempat duduk semula namun ia kembali lagi, dan aku biarkan saja toh dia belum mandi nanti biar sekalian aku mandikan pikirku.


"Ya Allah Parhan...Main apa kamu! Nanti bisa masuk angin." Suara Bulik mengejutkanku.


"Maaf Bulik tadi..."


"Dasar kamu yah...tidak pernah bener kerjanya selalu saja seenaknya. Nanti kalo Parhan sakit kamu mau tanggung jawab." Bulik terlihat sangat emosi dan berteriak-teriak sampai tetangga keluar dari pintu belakang rumah mereka. Semua mata melihatku, ingin aku menangis saat itu juga.


"Maaf Bulik tidak sengaja."


"Alasan saja kamu!" 


"Byur...." 

Bulik menyiramkan air bekas rendaman cucian yang tadi sempat buat mainan Parhan.


"Rasain tuh kamu biar tau rasanya main air cucian kaya apa."


Semua badanku basah kuyup, begitu juga hatiku. Ingin rasanya aku pergi dari rumah ini saat ini juga tapi kakiku membeku tidak bisa digerakan.


"Jangan cuma diam kaya patung, cepet selesaikan cucian dan masak sayur!"


Aku hanya mengangguk pelan tanpa bisa bersuara. Rasanya air mataku menyatu bersama air cucian tadi.

Guru Komputer itu adalah kekasihku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang