Sang Pemburu

21 3 0
                                    

#Guru_komputer_itu_adalah_kekasihku

Part 8

"Sind...Hari ini tugas kita yang beli sego bumbu." Sibad datang dari arah pintu sewaktu aku sedang menyisir rambutku didepan cermin.

"Oh iyakah ya udah ayo, beli berapa sih?"

"totalnya 9 bungkus Mba Diana tidak sarapan katanya puasa."

"Baiklah kita meluncur."

Aku dan Sibad berjalan menuju warung makan langganan kami, disitu harganya sangat terjangkau untuk anak kosan, masakannya juga enak dan terutama adalah sambal tauconya. Baru pertama kali aku makan sambal tauco seenak itu.

Kalau kita-kita sih biasa menyebut nasi bungkusnya sego bumbu, bungkusan nasi dengan lawuk mie goreng, sambel kentang, dan tempe oseng tak lupa sambal tauco, harganya 1500-2000 rupiah. Biasanya dilengkapi dengan tempe dan tahu goreng hangat, demi kenikmatan itu kami anak kosan rela mengantri di warung bercat biru itu.

"Ayo Sind cepat." Sibad melangkah seperti jerapah melaju cepat didepanku.

"Iya sabar, pasti kebagian kok ini kan baru setengah 6 pagi."

"Bukan masalah kebagiannya."

"Lah terus masalah apa?"

"Ada anak SMA 1 yang ingin kulihat, dia biasanya selalu membeli sego bumbu berdua sama temannya."

"Siapa namanya?"

"Entahlah aku sering menyebutnya Pemburu."

"Serius namanya Pemburu."

"Bukanlah, itu karena ia selalu memakai kaos lengan panjang berwarna hitam dan bagian belakangnya bertuliskan Pemburu."

Aku mempercepat langkahku demi Sibad. Sampai di warung sudah ada 3 orang anak mengantri salah satunya adalah anak laki-laki mengenakan kaos hitam bertuliskan Pemburu, dan celana seragam abu-abu.

"Itu orangnya Bad."

"Iya Sind."

"Kamu suka?"

"Ya sebatas kagum saja."

"Jangan-jangan bajunya cuma satu, kagak pernah ganti tuh."

"Tidak mungkinlah, masa cowok ganteng, SMA favorit pula bajunya cuma satu. Kan kamu tau sendiri SMA 1 itu kebanyakan anaknya orang menengah ke atas Sind."

"Bisa jadi ia yang kategori miskinnya kali Bad...Hahaha"

"Dasar...Pokoknya mah aku tetep suka."

Kami berbisik-bisik dan tertawa sehingga si Pemburu itu melihat ke arah kami.

"Menurutmu bagaimana Sind?"

"Bagaimana apanya?"

"Ganteng tidak?"

"Yang aku lihat ia adalah sosok anak laki-laki yang kurus, tinggi putih, lumayanlah cocok sama kamu Bad, kamu kan juga kurus, cuma kurangnga cuma satu."

"Apa Sind kurangnya?"

"Kurang baju saja, bajunya cuma satu kamu harus belikan lagi Bad. Hahaha...Kita taruhan yuk. Tebak apakah si Pemburu cuma punya satu baju, cuci kering pakai, atau punya baju model itu banyak dengan model dan tulisan sama."

Sibad mencubit kecil lenganku, dan sekarang giliran kami untuk dilayani oleh ibu pemilik warung biru.

Si Pemburu sudah selesai dan berjalan meninggalkan warung.

~~~
~~~

Kami sekosan biasanya berangkat ke sekolah bersama-sama satu kosan termasuk Mba Diana karena sekolahnya juga dekat dengan  sekolah kami. Tapi tidak mesti tergantung semua sudah siap atau belum.

Guru Komputer itu adalah kekasihku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang