[31] -Tiger or Bunny?-

311 43 2
                                    


"Yuki-ya! Gwenchana?"  Yohan menghentikan pergerakan lengannya saat melihat gadis itu menitikan air mata.

"A-ah iya tidak apa-apa. Sepertinya asap ini membuat mataku perih."

Dengan sigap Yohan mencari tisu, namun ternyata nihil, tak ada tisu disana. Ia sempat merutuki kantin elit itu, namun ia terlalu sadar diri dan segera menarik lengan hoodienya yang tergulung di sikut sampai telapak tangannya terbenam.

Yohan berniat menghapus jejak air mata itu, namun dengan sigap Yuki menangkisnya pelan.

"Hhhh tidak apa-apa Oppa. Aku bisa sendiri."

"Owww kedua MC kita sudah mulai akrab rupanya." Sahut jahil para staf yang sedari tadi memperhatikan.

Yohan kembali duduk dengan tersenyum kikuk dan menarik lengan hoodienya ketempat semula. Sedangkan Yuki ia membungkuk singkat karena berpikir telah membuat keributan kecil.

Ia kembali menyantap beberapa makanan yang sudah Yohan hangatkan untuk dirinya. Dan disitu ia tersadar akan alasan mengapa Yohan menjadi cinta pertamanya Yonhee. Yakhh siapapun akan salah paham melihat perlakuan Yohan pada wanita. Bahkan pada Yuki yang baru saja ia kenali.

Yuki tersadar juga alasan Yonhee kini berlabuh pada Hoshi. Ya, karena ia pun dulu begitu, disaat hari-hari terakhirnya bersama Jihoon ia akan langsung mengingat Hoshi. Yang akhirnya kini candu dan alasan pelampiasan berubah menjadi sebuah ketulusan.

Yuki larut bersama lamunannya mengenai Yonhee. Ia berpikir bahwa dirinya sudah sangat mengenal Yonhee, namun kenyataannya? Jauh dari itu.

Tak lama handphone Yuki bergetar, membuat acara makan malam sekaligus lamunannya itu tertunda karena dirinya harus segera mengangkat telepon dari orang yang sebelumnya tak pernah menghubunginya secara langsung.

"Oppa, aku akan mengangkat telepon sebentar." Yohan mengangguk kecil seraya terus menyantap hidangan di meja.

Yuki berjalan mondar mandir disebuah lorong yang terhubung dengan tangga darurat. Bukan kemauannya berada disana saat masih berlabel gadis yang penakut.

Tak ada pilihan lain, tempat terdekat yang sepi hanya disini. Yuki perlahan mengangkat sambungan telepon itu walau ragu.

"Halo?" Ia bersandar disebuah tembok.

'Yak! Semua orang menganggapku bodoh. Bagaimana menurutmu?'

Yuki terkejut, bahkan ia melihat layar ponselnya ulang. Mengecek nama yang tertera di layar ponselnya duakali untuk memastikan.

"M-maksudnya?"

'Aku bodoh~ yakan? Yakhh. Aku tahu. Semuaaa orang menyalahkanku.'

"Oppa, kau baik-baik saja?"

'TIDAK! Apa kau berpikir aku baik-baik saja disaat aku tak bisa mengungkapkan perasaanku pada gadis yang kucintai hm?.'

'Ia mengabaikanku! Bahkan takmau menatap mataku! Apa aku baik-baik saja?! Eoh?!!!'

Yuki menjauhkan handphone pada telinganya. Ia tak percaya menerima teriakan itu dari pria.

"Oppa, kau dimana?"

'Ramyeon! Aku memakannya. Di depan toko yang Vernon melarangku mendatanginya! Hahahahah apa yang perlu dikhawatirkan. Yakan?'

"Apa?! Oppa! Kau bercanda?!"

"Hemm Chagiya~ apa ada yang salah dengan wajahku? Mengapa orang-orang itu melihatku aneh?"

FLOWERTEEN | SVT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang