Setelah seminggu Aisyah kehilangan ayahnya. Kini, ia selalu diperlakukan buruk oleh Ibunya. Aisyah selalu dimarahi, dibentak, maupun di tampar oleh ibunya jika tak bisa mendapatkan uang untuk makan. Hidupnya yang susah, semakin susah kala ayahnya sudah tiada.
"Kamu ini kenapa sih jadi anak gak bisa di andalkan?! Kamu tahu kan ibu ini udah gak punya suami seharusnya kamu punya uang buat biaya hidup kita, ibu tahu ya dulu almarhum ayah selalu ngasih kamu uang lebih!!" bentak Bu Ratih.
"Tapi aku bener-bener gak punya uang, ibu juga tahu kalau tabungan buat sekolahku habis untuk biaya administrasi ayah waktu dibawa ke rumah sakit," balas Aisyah.
"Mikir kamu tuh, makanya cari kerja sana! Jangan keluyuran terus! Kita tuh butuh makan, harusnya kamu punya kerjaan!" bentak Ibunya.
"Bu, tapi Aisyah gak pernah keluyuran malah setelah meninggal ayah, disini yang beres-beres rumah sampai masak pun aku yang kerjain. Harusnya ibu juga sama dong cari kerja bukan marah-marah terus!"
Plak
"Berani ya kamu sama ibu?! Emang kalau ibu kerja kamu rela hidup sendiri? Kamu mau ibu mati sama kayak ayah kamu gara-gara kerja?!"
Ucapan itu seakan menohok hatinya. Aisyah merasa tertampar tak kasat mata.
"Bukan gitu Bu, lagian siapa sih di dunia ini yang pengen orangtuanya meninggal? Aku juga gak mau. Setelah aku pikir-pikir juga mungkin ayah meninggal udah takdir, bukan karena salah aku. Emang disini perantaranya ayah meninggal karena ingin menyekolahkan anaknya yang terus memaksa hingga membuat dia kerja keras. Dan sekarang untuk menebus kesalahanku aku akan cari kerja agar ibu gak usah capek kerja."
"Asal kamu tahu, ibu gak akan marah-marah kalau punya anak berduit yang bisa diandalkan. Gak kayak kamu nyusahin, udah bego ngelunjak lagi!"
"Tapi, setelah ini Aisyah janji Bu bakal cari kerja," ucap Aisyah.
"Dari pada janji-janji mending sekarang kamu ikut saya, buruan siap-siap!"
"Bu, kita mau kemana?"
"Buruan siap-siap! Atau kamu mau ibu marah lagi, hah?" tanyanya dengan nada tinggi.
Aisyah menggeleng, kemudian pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah selesai berganti. Aisyah di seret paksa oleh Ibunya menuju suatu tempat. Mereka berdua pergi naik angkutan umum. Tak butuh waktu lama, Aisyah dan Ibunya sampai di rumah mewah nan megah.
Aisyah melamun terpana akan mewahnya rumah ini. Ia pun menatap Ibunya heran, karena yang ada dipikirannya untuk apa Ibunya membawa dia ke rumah mewah seperti istana ini.
"Ibu, ngapain kita ke sini?" tanya Aisyah.
"Ikut saja! Kamu harus nurut sama ibu, ingat kamu harus patuh sama ibu!" ucapnya menatap Aisyah tajam.
Mau tak mau Aisyah hanya mengangguk pasrah mengikuti langkah Ibunya.
"Permisi, pak!" Ibunya memanggil satpam yang sedang duduk diluar pos.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
"Saya mau bertemu dengan tuan Brama Dharmawangsa, ada tidak pak?"
"Apa anda telah memiliki janji, sebelumnya?"
"Sudah, dan tadi pagi saya disuruh kesini."
"Baik, silahkan masuk, mari saya antar!" ucap Satpam itu mempersilahkan mereka berdua masuk.
Pak satpam mengantarkan Aisyah dan ibunya ke dalam rumah, didekat pintu masuk banyak bodyguard yang berjaga-jaga dirumah itu.
Diruangan yang bernuansa cat putih. Ratih tengah berbincang-bincang dengan pria paruh baya yang katanya orang terkaya di Jakarta.

KAMU SEDANG MEMBACA
3 Big Baby
RomanceAisyah terpaksa bekerja di keluarga Brama, pria paruh baya yang ternyata teman lama ayahnya dulu. Bekerja menjadi babu ketiga cowok tampan nan manja membuat hari-harinya penuh drama. Apalagi saat ketiganya mulai tertarik pada Aisyah. Bingung dan bim...