One

12.1K 1.2K 442
                                    


Strategi

——————


Matahari bersinar sangat terik di atas kota Seoul tak menghalangi Tiga pemuda yang sedang berlatih menembak di base tempat sehari-hari mereka berkumpul.

"Sial! Terik sekali hari ini. Mataharinya sungguh akan merusak indra penglihatanku!" Renjun, seorang anggota baru di Organisasi Eon ini mengeluh dan meletakan pistolnya di atas meja yang sudah di sediakan disana.

DOR!!

Satu tembakan berhasil mengenai burung malang yang sedang melintas disana.

"Payah! Hanya karena matahari saja sudah mengeluh rewel seperti anak kecil." Donghyuck melepaskan kacamata hitamnya dan meletakan pistol yang ia gunakan untuk menembak burung tadi ke dalam saku celana belakangnya.

"Ck! Bagaimana jika aku buta karena matahari sialan ini? Yang ada aku tak bisa melakukan pekerjaan ini lagi." Renjun mengambil orange jus yang ada di meja dan meneguknya hingga tak bersisa.

"Jangan banyak alasan! Cepat berlatih sana. Memangnya kau hanya ingin menembak di malam hari? Bagaimana bisa kau menjadi handal jika begini saja kau mengeluh?" Donghyuck menatap Renjun dengan tangan yang ia lipat di depan dada.

"Jangan sok mengajariku! Kau pikir kau sudah sehebat itu untuk mengajari orang?" Renjun menatap sinis Haechan dan kembali mengambil pistolnya.

"Anak baru sialan! Lihat saja nanti ku bunuh juga kau lama-lama." Donghyuck mengoceh sendirian tanpa Renjun mendengarnya.

"Diam atau aku tembak!?" Yuta mengarahkan pistol tepat di hadapan Donghyuck. Sial. Sejak kapan Yuta berada didepannya? Bukannya dari tadi ia sibuk menembak di dekat pepohonan sana? Inilah akibatnya jika punya teman mafia. Suka se-enaknya saja.

"Silahkan." Donghyuck memberikan senyum miringnya menatap remeh ke arah Yuta.

SREK!

Jeno datang dari arah samping dengan cekatan mencuri pistol ditangan Yuta yang sedang menodong Donghyuck.

Donghyuck terkekeh remeh melihat Yuta yang kecolongan oleh Jeno. Yuta sungguh tak siap siaga ketika Jeno datang merampas pistolnya dengan cekatan. Sejak kapan Jeno ada disini? Langkahnya bahkan tak terdengar. Apa Jeno datang melayang?

"Berani sekali kau menodongnya dengan pistol ini bung. Kau mau berhadapan dengan pembunuh bayaran ya?" Jeno menyekap Yuta dengan tangannya dan kembali menodong pistol itu tepat di pelipis Yuta.

Yuta tersenyum miring, "Kalau begitu bagaimana jika kau rasakan ini." Yuta dengan cekatan berbalik dan mempelintir lengan Jeno hingga sejajar dengan punggungnya sendiri membalas perbuatan yang baru saja Jeno lakukan padanya. Jika Yuta mau, dia bisa mematahkan lengan sialan ini sekarang juga.

"Ah bajingan! Lepaskan!" Jeno memberontak tak terima.

"Apa bercandaan mafia memang seperti ini ya? Mengerikan sekali." Renjun yang melihat interaksi mereka dari kejauhan hanya menggelengkan kepala.

"Sudahlah. Matahari begitu menggoda untuk dinikmati dengan perkelahian bodoh kalian." Donghyuck berjalan dan duduk di sofa menyilangkan kakinya dan menyalahkan sebatang tembakau favoritnya.

Yuta tertawa melepaskan Jeno dari jeratannya. "Lain kali, belajarlah padaku untuk hal seperti ini."

Jeno tak acuh dan berjalan mendekat ke arah Donghyuck.

Donghyuck menaikan sebelah alisnya tersenyum sambil mengeluarkan bongkahan asap yang mengepul dari mulutnya menghembuskannya ke udara.

"Lama sekali." Donghyuck mentap batang tembakaunya ke lantai.

GUNSHOT [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang