"Bli Juli..!"
Panggilku lirih setelah melihat Juli. Memang benar wajahnya terlihat biru-biru. Aku makin merasa bersalah. "Maafin aku bli Jul" Tak terasa air mata mulai keluar karena takut, malu dan merasa bersalah.
"Kok nangis? udah gapapa" Jawab Juli sambil mengusap air mataku dan mengusap kepaku pelan. "Ayo masuk, jangan ngomong disini gak enak!" Juli membuka pintu mobilnya dan mendorongku masuk ke mobilnya.
Mobil pun melaju dengan cepat. Aku bertanya pada Juli kenapa gak bisa dihubungi dan ternyata Handphone-nya rusak karena kejadian kemarin. Juli memintaku menemaninya untuk memperbaiki Handphone-nya ke Denpasar. Aku pun mengiyakan karena aku harus bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi. Aku ingin membayar kerusakan handphone-nya tapi Juli malah memarahiku dan gantinya aku harus menemaninya malam ini ke kondangan temannya yang menikah.
Aku kaget ketika Juli membawaku ke rumahnya di Denpasar. Rumah yang luas rapi dan kental khas Bali. Terdapat sanggah setelah masuk gerbang dan ada bale bengong yang bagus. Kamar tidur, dapur dan kamar mandi terpisah-pisah bangunannya. Bunga jepun mengelilingi taman sekeliling rumah, pohon belimbing manga dan delima yang lebat buahnya. Asri sekali rumah Juli.
"Rin duduk disini yah aku bawa minum dulu!" Kata Juli. Dia langsung pergi dan aku duduk di bale bengong. Tak lama kemudian seorang wanita muncul dari dalam kamar. Sangat cantik badannya tinggi dan langsing.
"Ehh siapa nih? Temennya Putu yah?" Sambil mengulurkan tangan. "Saya Dewi, kakaknya Putu". Sambungnya.
"Oh iya Kak, Saya Arin temen kerjanya Bli Juli" Sambil menyambut tangannya Dewi dengan senyum manis. Orang rumahnya memanggilnya Putu, lucu banget yah.
Tak lama kemudian datanglah Juli membawa minuman dan camilan, dia datang bersama orang tuanya. Deg-degan rasanya seperti mau ketemu mertua.
"Oh jadi ini calonnya? Cantik". Kata Dewi dengan senyuman maut kepada Juli. Juli hanya diam tersenyum.
Aku mencium tangan ibu dan bapanya Juli. Mereka memberi senyuman yang tulus dan mereka sepertinya sangat baik.
"Namanya siapa Gek?" Tanya ibunya Juli.
"Arin Bu" Jawabku malu-malu.
"Cantik yah" Ucap Ibunya Juli sambil melirik Bapaknya Juli.
Kami mengobrol sebentar membicarakan tentang keluarga kami masing-masing. Tak lama Juli meminta Dewi untuk mendandaniku karena memang sebentar lagi kita mau pergi ke kondangan. Di luar ekspektasiku, Dewi memakaikan baju adatnya padaku. Sekarang aku memakai kain kebaya khas bali berwarna hijau lumut dan selendang berwarna ungu. Serasi dengan baju adat Juli yang berwarna hijau lumut. Rambutku dicatok dan curly bawah oleh Dewi. Dia juga meminjamiku perhiasan anting, kalung dan gelang. Dewi sangat senang mendandaniku seperti mengurus adiknya sendiri.
"Rin tau ga, si Putu baru kali ini bawa cewe ke rumah. Biasanya dia cuek sama cewe. Kalo lagi kumpul di banjar juga si Putu diem-diem aja, banyak cewe yang deketin tapi dia masa bodo. Idupnya terlalu santuy, akhirnya dia bawa pacar ke rumah". Kata Dewi saat kami berdua sedang dikamar.
"Kak aku bukan pacar Bli Juli, aku cuman anak buahnya aja, hehehe" Jawabku tak enak hati.
"Masa sih?" Kata Dewi sambil tertawa.
Akhirnya selesai juga dandan. Sekarang sudah jam 8 malam terlalu malam menurutku tapi pesta orang bali memang sampai malam jadi santai saja. Aku dan Juli sudah seperti pasangan suami istri dengan baju yang serasi. Dewi mengambil foto kami, Juli terlihat sangat tampan biarpun mukanya sedikit biru-biru. Dewi yang paling bersemangat melihat kami. Aku sangat senang berada di keluarga ini baik dan hangat sekali. Aku dan Juli pamit berangkat ke kondangan yang memang tak terlalu jauh dari rumah Juli.
Setelah sampai di acara pernikahan temannya Juli, kami langsung masuk dan memberi hadiah kepada pengantin yang sebelumnya memang sudah di siapkan Juli.
"Selamat Bro, semoga langgeng dan cepat dapat momongan". Kata Juli pada pengantin laki-laki yang memang temannya itu.
"Thanks bro, lu juga cepet nyusul. Akhirnya punya cewe juga lu" Jawabnya meledek.
Semua mata tertuju pada kami, mungkin karena Juli cukup terkenal diantara tamu-tamu undangan dan Juli memang sangat ganteng aku pun sangat cantik pastinya. Aku bertemu dengan teman-teman Juli, dia mengenalkan teman-temannya padaku. Semua sangat baik dan suka bercanda tapi kadang aku tak mengerti obrolan mereka karena menggunakan Bahasa Bali.
"Hayu pulang udah malam" Kata Juli sambil melihat jam ditangannya.
Kami pun pulang, malam minggu yang indah bertemu banyak orang Bali sangat mengesankan bagiku.
Juli berhenti tepat didepan gerbang kost aku.
"Mau dianter ke dalem?" Tanya Juli. Seketika aku ingat Devan.
"Gak usah Bli, disini aja. Makasih hari ini udah ajak aku keluar, seneng banget aku kenal banyak orang Bali jadinya, hehehe. Maafin juga masalah yang kemarin, aku bohong. Aku gak pernah minum sebelumnya, memang aku yang bodoh pengen coba tapi gak tau situasi kondisinya. Sampe Bli Juli kena pukul Devan trus Handphone Bli July rusak. Maafin aku yah". Kata ku.
"Aku juga salah kenapa harus ngasih minuman sama anak kecil" kata Juli malah becanda. "Devan pacar kamu yah?" Tanya Juli lagi. Aku kaget dengernya dia menanyakan hal itu.
"Bukan bli, kakaknya Devan bentar lagi nikah sama kakak aku. Jadi aku dah anggap Devan sodara sendiri, kayak sodara kembar gitu". Jelasku.
"Oh, I See" Jawab Juli. Suasana hening sesaat.
Aku turun dari mobil dan melambaikan tanganku saat mobil Juli pergi.
************
Jadi Arin udah mulai suka nih sama Juli????
Kita lihat aja nanti yahhh
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE
TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
KARINA & DEVAN [COMPLITED]
Teen Fiction[REMAJA DEWASA 16+] Waktu, Rasa dan Logika Semesta Tak Pernah Salah Memberi Menceritakan tentang Karina yang menyukai adik ipar kakaknya. Dibalut dengan latar Perhotelan di Bali. Akankah cinta Karina akan berhasil? [ON GOING]