Hujan lebat menyertai kedatanganku di Bali. Seharusnya matahari masih terlihat saat aku kembali. Langit nampaknya menyerupai hati dan perasaanku yang gelap dan menangis. Perasaanku mengambang, sepertinya batin dan logikaku tak bekerja sama dengan baik dalam tubuhku. Aku harus sembuh tapi aku tak tau apa obatnya untuk perasaanku ini.
Aku naik taxi untuk sampai ke kost, aku menyeret koperku yang mungil ini dengan lunglai. Ku berjalan pelan menatap ambang pintu kamar Devan. Hening, tak ada suara, aku melanjutkan langkahku dan masuk ke kamarku. Beristirahat dan tidur dalam tenang yang aku butuhkan saat ini akhirnya aku dapatkan.
Hari baru, aku harus kembali bekerja, baiklah ini saatnya aku melupakan apa yang terjadi kemarin. Aku keluar kamar dan pergi sendiri ke hotel, tak telihat penampakan Devan sampai akhirnya pergantian sif kerja di jam 2 aku melihatnya baru masuk kerja, dia terlihat baik-baik saja, syukurlah. Tapi, aku sudah tau pasti dia akan mendiamkan aku lagi dalam waktu yang lama seperti sebelumnya.
Aku bekerja seperti biasanya setiap hari, tapi aku mulai malas berbicara dengan siapapun termasuk Juli dan Dahlia. Dahlia menyadari perubahanku dan menghawatirkanku, dia takut aku tak betah tinggal di Bali.
Saat di kantin Dahlia duduk disampingku dan makan bersamaku.
"Rin, kok kamu ga pernah main sih. Jalan yuk ke seminyak!" Ajak Dahlia dengan wajah hitam manisnya khas Bali.
Aku berpikir ini bagus untukku daripada terus monoton dengan keseharianku. "Kapan?" Jawabku.
"Sekarang aja pulang kerja," Ucap Dahlia semangat.
"Oke deh pulang dulu ya ganti baju," Jawabku tersenyum. Dahlia mengangguk dan cepat-cepat dia menghabiskan makanannya berisikan ayam betutu itu.
Aku dan Dahlia pulang bersama dan dia mengantarku pulang ke kost. Dahlia berjanji secepat mungkin kembali setelah bersolek dan mengganti pakaiannya. Aku memakai dress putih kesayanganku dengan sandal tali yang melilit sampai betis. Tas pantai yang terbuat dari rotan yang berbentuk bulat menemaniku sore ini. Dahlia memakai baju dress berwarna gading dan sandal berwarna putih yang kami diskusikan sebelumnya harus memakai pakaian apa dan sandal apa. Lucu memang, tapi begitu lah wanita.
Kami pergi dengan buru-buru agar mendapat sunset di seminyak, Dahlia membawa motor bak seorang pembalap Motto GP. Anehnya aku tidak takut dan hanya tertawa dan berteriak sepanjang jalan ketika Dahlia hampir menyerempet mobil orang lain.
Sampailah kami di seminyak, matahari masih berada di atas, kita tidak telat sama sekali. Perutku lapar dan Dahlia mengajakku makan semangkuk bakso dipinggir pantai. Bakso gerobak biru yang sangat terkenal itu. Aku sampai menghabiskan 2 mangkuk karena jarang ku temui bakso seenak ini di Bali.
Setelah habis melahap bakso, kamipun berjalan-jalan dipinggir pantai, ombak hari ini terasa besar. Dengan hembusan angin yang meniup-niup dress kami, kami tertawa dengan segala yang kami lihat. Bersama dengan Dahlia mengembalikan keceriaanku yang belakangan ini telah sirna.
Kami duduk di pasir yang sedikit basah, tak peduli pakaian kami berwarna putih dan gading. "Indah banget yah langit sore ini Rin" Ucap Dahlia mengagumi lukisan Tuhan.
"Iya Li, indah banget." Jawabku sambil menatap langit oranye. "Kayaknya aku harus sering main keluar sama kamu deh. Akhir-akhir ini aku lagi pusing Li."
"Iya aku tau, makanya aku ngajak kamu kesini." Jawab Dahlia penuh perhatian. Akhirya aku bercerita tentang apa yang terjadi antara aku dan Devan. Semuanya aku ceritakan tanpa terkecuali dan akhirnya hatiku lega. Ada orang yang mau mendengarkan keluh kesah ku yang selama ini aku pendam sendiri.
"Mending kamu fokus aja Rin sama training kita biar pikiran kamu ga bercabang-cabang," Ucap Dahlia yang memberiku saran. Aku mengangguk dan tersenyum seraya setuju dengan apa yang dia ucapkan.
Devan memang pergi menjauh, seperti biasa ketika dia marah dia akan diam seribu Bahasa, menganggapku tak ada biarpun aku berdiri didepan hidungnya. Dia sering menginap di kost temannya yang akupun tak tau siapa dia. Sesekali dia pulang untuk membawa baju dan barang yang dia butuhkan. Mungkin ini yang terbaik untuk kami saat ini. Biarpun hatiku rasanya perih tak bisa memiliki Devan.
Langit sudah gelap bulanpun muncul dengan bulat sempurna, aku dan Dahlia masih ingin main. Akhirnya kami memutuskan untuk makan di Cafe pinggir jalan di Petitenget. Aku memesan salad dan Dahlia memesan chicken sandwich. Tapi aku masih lapar dan memesan lagi Fettuccine carbonara. Melihat orang lain minum beer dan cocktail rasanya aku ingin minum tapi karena aku pergi dengan Dahlia yang anak baik-baik aku mengurungkan niatku dan memendam keinginanku dalam-dalam. Cukup strawberry smoothies saja menemani kami malam ini.
Lalu lalang orang yang membuatku senang menikmati cafe pinggir jalan. Jiwaku terasa ramai dan hidup.
"Minggu depan ada gathering ke Bedugul Rin, semua staff hotel, tapi di bagi 2 batch semoga kita barengan yah!" Ucap Dahlia sambil menyantap makan malamnya
"Oh yaa, tanggal berapa?" Tanyaku
"Batch 1 tanggal 4-5 Desember dan Batch 2 tanggal 6-7 Desember. Besok pengumumannya dipanjang. Tadi aku ngobrol sama anak trainee HR." Jawab Dahlia.
Aku tersenyum mengingat tanggal 4 adalah ulang tahunku dan tanggal 5 adalah ulang tahun Devan. Secara otomatis aku mengharapkan bisa gathering di hari yang sama dengan Devan karena ini adalah sweet Seventen kami.
"Ih kok senyum-senyum?" Tanya Dahlia mengernyit.
"Tanggal 4 aku sweet seventeen Li" Jawabku tertawa.
"Wah pas banget semoga pas hari itu yah, kita camping ke Bedugul" Ucap Dahlia melahap gigitan terakhir sandwich-nya.
"Apa? Camping? Yeaaah!" Teriakku kegirangan yang sangat menyukai camping.
Obrolan malam ini penuh dengan rencana camping, apa yang harus dibawa saat nanti camping, apa yang harus di beli nantinya. Sepertinya obrolan kami tak akan pernah habis sepanjang waktu sampai akhirnya kita sadar sudah larut malam. Kami pun pulang, rasanya bahagia sekali mempunyai teman yang mengerti segala kondisiku, yang selalu support dalam segala hal. Beruntungnya mempunyai teman seperti Dahlia. Bukan teman mungkin sahabat.
*****************
Gimana ya nanti pas camping? bisa baikan lagi gak yah mereka?
JANGAN LUPA, SHARE, LIKE DAN KOMEN GUYS
TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
KARINA & DEVAN [COMPLITED]
Teen Fiction[REMAJA DEWASA 16+] Waktu, Rasa dan Logika Semesta Tak Pernah Salah Memberi Menceritakan tentang Karina yang menyukai adik ipar kakaknya. Dibalut dengan latar Perhotelan di Bali. Akankah cinta Karina akan berhasil? [ON GOING]