Hari ini hari terakhir kerja sebelum ke Jakarta. Aku bersandar pada pilar besar di hotel menatap langit sore Bali yang indah dengan pemandangan pantai yang memukau. Terkadang aku merasa sangat beruntung berada disini.
Juli menghampiriku dengan senyumannya.
"Cantik yah" Ucap Juli dengan suara lembutnya.
"Banget Bli, aku suka Bali" Jawabku.
"Bukan Bali yang cantik, tapi kamu" Kata Juli.
Suara musik klasik terdengar samar-samar dari Lobby menghiasi sore ini. Terkesan romantis di kota yang indah ini. Aku terdiam rasanya aku tak harus mengatakan apa-apa. Juli berdiri disampingku, menatap langit bersama.
"Rin, kamu jangan lama-lama di Jakarta yah, kamu harus cepet pulang ke Bali" Kata Juli pelan.
"Kan rumah aku di Jakarta Bli bukan di Bali" Jawabku biasa saja.
"Kamu pernah kepikiran ga jadi orang Bali? Tinggal di Bali, nikah sama orang Bali?" Tanya Juli dengan santainya.
"Gak sih, tapi gak tau deh" Kataku yang malas berpikir apa-apa.
"Kalo kamu mau, aku bakal kabulin. Rin, keluargaku suka sama kamu. Apalagi aku, kita udah deket lama. Aku tau kita beda Rin tapi aku ga apa-apa" Ucap Juli. Memang Agama dan kebudayaan kita berbeda.
"Hmmm, yaaa" Jawabku yang tak punya ide harus bilang apa.
"Kamu disini yah tinggal di Bali sama aku, aku pengen kita lebih deket lagi. Aku pengen serius sama kamu Rin" Ucap Juli. Aku bingung, awalnya aku senang sekali dekat dengan Juli tapi sekarang aku merasa semua biasa saja. Juli sudah aku anggap seperti kakak aku sendiri. Sekarang rasanya tak ada getaran dihatiku untuk Juli hanya tersisa rasa nyaman untuk berlindung.
Aku hanya diam tidak bisa berkata apa-apa, aku takut salah bicara. Aku takut menyakiti atau mengecewakan Juli. Tiba-tiba Juli memegang tangan kiriku dengan kedua tangannya.
"Kamu hati-hati yah di Jakarta" Kata Juli yang mungkin merasakan kegundahan dalam hatiku. Aku mengangguk pelan dan tersenyum semu. Juli pergi meninggalkanku dan kembali melakukan aktifitasnya.
*********
Jam pulang pun tiba, aku segera pulang ke kost. Aku membereskan semua baju yang akan ku bawa pulang ke Jakarta. Koper keciku yang berwarna ungu penuh sesak oleh bajuku. Sementara Devan dengan santainya memainkan gitar di teras kamar kost nya.
"Vaan udah siap?" Teriakku dari dalam kamar.
"Udah, cuman bawa tas ransel aja" Jawab Devan yang mood-nya sedang bagus.
"Nanti bawa tas belanjaan ya Van!" Kataku.
"Bawel lu" Jawabnya singkat dan ngegas. Itu lah Devan yang aku suka yang tak pernah jaim.
Setelah selesai packing kami order Taksi Online menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. Kami melewati Tol Bali Mandara.
Hari mulai senja, langit berwarna oranye dan matahari sangat jelas mulai turun. Terlihat dari kejauhan patung Garuda Wisnu Kencana berdiri tinggi dengan gagahnya. Air laut yang sedang pasang dan jernih berwarna biru. Bulan purnama mulai muncul dari tempat persembunyiannya. Pesawat yang melintas diatas Jalan Tol Bali Mandara melengkapi keindahan Bali sore ini, aku cinta Bali.
Sampai lah kami di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. Setelah melakukan check-in kami menunggu sebentar di ruang tunggu sampai akhirnya kita terbang di langit malam. Aku tak suka dengan suasana pesawat apalagi malam hari. Sepanjang jalan aku hanya merengek pada Devan ingin cepat sampai ke rumah. Tapi Devan tak pernah menghiraukanku dia hanya memakai headset dan mendengarkan musik. Tapi sesekali dia mengusap kepalaku dan memelintir rambutku.
Setelah tiba di Bandara Soekarno Hatta kami di jemput orang tuaku.
"Apakabar sayang?" Sambut Mamaku sambil memelukku. "Baik Ma, Mama gimana kabarnya? Arin kangen banget sama Mama, sama Papa juga".
"Mama sama Papa baik juga kok" Jawab Mama.
Sementara itu Papa dan Devan saling berpelukan seperti Devan itu anaknya Papa.
"Om apa kabar? Makin ganteng aja Om" Ucap Devan seraya memeluk Papaku.
"Om baik kok, gimana Bali? Betah disana?"Tanya papaku.
"OK banget Om, mantappp. Betah banget disana" Jawab Devan yang memang sudah tak segan lagi.
Kami pulang ke rumah Devan, disana ada orang tua Devan, kakakku Renata dan abangnya Devan yaitu Jordan yang sudah menunggu dari tadi. Kami makan malam bersama seperti keluarga besar. Di meja makannya yang panjang kami bercerita dan tertawa bersama, aku duduk berhadapan dengan Devan, Renata dengan Jordan, Mamaku dengan Papaku. Di ujung meja sebelah kanan dan kiri ada Mama dan Papanya Devan.
Kami mulai menyantap hidangan steak buatan Mama Devan dan ada pasta juga. Papaku dan Papa Devan meminum Red wine. Aku senyum-senyum sendiri melihat Red wine rasanya aku ingin mengambil gelas punya Papaku. Gara-gara Sangria aku jatuh cinta dengan Red wine. Aku menggigit garpuku dan mataku terus menatap Red wine punya papaku. Berharap papa menawariku dan aku tidak akan pernah menolaknya. Devan sepertinya bisa membaca pikiranku, dia menendang kakiku saat aku sedang melihat Papaku minum.
"Awww" Teriakku.
Devan mengepalkan tangannya seolah-olah mau meninjuku. Aku melotot sambil tolak pinggang pada Devan.
"Mulai deh Tom and Jerry beraksi" Kata Renata sambil tertawa.
"Kapan dewasanya nih bocah dua?" Sambung Jordan menambah keriuhan di meja makan.
Mereka semua tertawa melihat tingkahku dan Devan. Begitupun Devan tertawa dengan bahagianya. Devan terlihat beda sekali, dia sangat manja di depan keluarganya. Beda saat denganku yang galaknya minta ampun. Kemudian aku mulai berhalusinasi apa jadinya kalau yang di meja ini semuanya adalah pasangan. Tapi, aku langsung tersadar saat melihat Renata dan Jordan yang 2 hari lagi akan menikah.
Saat mereka tertawa aku hanya diam memasang muka datar, aku melihat wajah Devan lalu menundukan kepala. Aku tak boleh terus begini harus bisa melawan perasaanku. Devan terus menatapku di sebrang meja makanku. Setelah semua orang melanjutkan makannya Devan masih tetap menatapku sambil memainkan buah jeruk.
'TIINGGG'
Tiba-tiba Devan mengedipkan sebelah matanya.
"Omayyy God Damage-nya" Suara dalam hatiku ingin rasanya meronta-ronta.
Seperti disambar petir atau di tembak Airsoft guns dari jarak dekat. Rasanya mau meninggal. Bibirku tak bisa menahan senyum dibuatnya.
Tapi kemudian Renata melihatku dan Devan. Aku pura-pura tidak melihat apa-apa dan melanjutkan makan.
Makan malam pun selesai dan malam sudah larut, aku dan keluargaku pamit pulang. Setelah sampai rumah aku langsung masuk kamarku karena kangen sudah hampir 2 bulan meninggalkan kamar kesayanganku ini. Aku menyalakan lilin aroma terapi dan mendengarkan musik relaksasi romantis. Kemudian aku berendam air hangat di kamar mandiku, rasanya aku sangat lelah hari ini. Setelah selesai mandi aku melakukan perawatan wajah karena akhir-akhir ini rasanya aku kurang memperhatikan diriku sendiri.
Besok harinya dirumahku sangat sibuk karena keluargaku berdatangan dari luar kota. Saudara yang sudah lama tidak bertemu berkumpul kembali karena pernikahan Renata. Keponakanku yang masih kecil-kecil berlarian kesana kesini. Ibu-ibu sibuk masak-masak untuk hidangan keluarga hari ini. Bapak-bapak sibuk mengobrol dan sambil ngopi. Para gadis termasuk aku sibuk mencoba gaun yang akan dipakai besok.
'Kring kringg'
Telepon rumah berbunyi dan aku mengangkatnya.
"Halooo"
***********************
Siapa ya yang telepon Arin pas lagi sibuk-sibuknya????
JANGAN LUPA, SHARE, LIKE DAN KOMEN HYUNG
TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
KARINA & DEVAN [COMPLITED]
Teen Fiction[REMAJA DEWASA 16+] Waktu, Rasa dan Logika Semesta Tak Pernah Salah Memberi Menceritakan tentang Karina yang menyukai adik ipar kakaknya. Dibalut dengan latar Perhotelan di Bali. Akankah cinta Karina akan berhasil? [ON GOING]