Cinta terlarang

3.4K 59 2
                                    


Tok tok tok...

"Maaf Nona, apa bisa bantu aku sebentar?"

Lama Lara terdiam tak mau menyahut ucapan Bima hingga pria itu mengetuk untuk kedua kalinya

Tok tok tok

Lara kembali terperanjat hingga suara pria itu kembali terdengar.
"Nona apa kamu sudah tidur?" tanyanya, Lara gemetar berdiri menoleh ke pintu perlahan ia langkahkan kaki dan menyambar pisau buah yang ada di laci untuk berjaga-jaga. Beberapa kali wanita itu mendegup sembari keringatnya mengucur di pelipis.

Tok tok tok..

"Non-" ucapan Bima terhenti serentak dengan daun pintu terbuka. Lara mengintip sedikit sembari menyembunyikan pisau di tangannya.

"Ada apa?" desisnya,

"Aku mau bikin kopi, bisa mintak tolong nyalakan kompornya?" tanyanya terbata heran melihat raut wajah Lara, Lara mengatur nafas dan coba bicara tegas.

"Pergilah aku akan menyusul kedapur"

Tanpa pikir panjang Bima membalik menuruni tangga, Lara melangkahkan kaki kearah dapur dengan sembari waspada kalau-kalau pria itu punya niat buruk, Bima menghenyakkan badannya di sofa sembari tetap melirik Lara menghangatkan air panas. Pria itu menyambar keripik yang ada di meja dan berulang kali menoleh pada Lara, Sekilas Bima lengah Lara menyembunyikan pisau buah itu di balik bajunya, Lara kembali fokus meracik Coffe dan susu hingga mencari letak gula tanpa dia sadari Bima berada di belakangnya hendak mengambil sesuatu di kulkas. Tak sengaja Bima menyenggol tubuhnya, sontak saja Lara membalik hebat sembari menghunuskan pisau itu dengan tatapan tajam pria yang di todong pisau tampak terperanjak dan reflek menganggkat tangan.

"Ada apa no-na?" ucap Bima terbata, sembari membulatkan matanya kaget.

"B-bukannya kamu t-tadi di depan TV, buat apa kamu disini!" hardiknya, Bima tampak menoleh ke kulkas sembari tetap mengangkat tangannya ia berkata.

"Aku mau mengambil es di kulkas untuk mengompres kakiku keseleo dikit  tadi jadi lebam?" jelasnya, Lara melemaskan tangannya turun kebawah tangannya masih mengepal pisau, Bima membuka kulkas dan kembali berjalan sedikit pincang ke ruang keluarga. Lara kembali fokus pada air rebusannya dan menuangkan pada Coffe didalam gelas. Wanita itu mematikan kompor dan coba meletakkan di nampan membawanya pada pria itu.

"Ini Coffenya" singkatnya, meletakkan di meja dan beranjak pergi, Bima coba melirik lara sebentar dan berkata.

"Makasih ya, oh iya aku paham sikapmu barusan hanya karna kamu masih trauma" jelasnya, Lara kembali menoleh dengan raut wajah heran, Bima tlah bisa menyimpulkan masalahnya.
"Aku juga minta maaf, apa kamu butuh sesuatu lagi. Aku butuh istirahat karna kerja seharian"

"Sudah tak ada, tidurlah" singkatnya, Lara beranjak kekamar tidur dan kembali menutup pintu kamarnya. Hingga selang dua jam mobil Bima tampak pergi menjauh dari rumah itu.
                                         ***
Hari berlalu Kesibukan Ella dan rutinitas Bayu membuat mereka jarang bersama kala di rumah. Bayu makin bingung menghadapi sikap Ella yang lebih banyak menghabiskan banyak waktu di kantor dan kumpul-kumpul bersama teman-teman sosialitanya hingga tak terasa dua minggu berlalu, mau gak mau Bayu harus kembali ke Goa kampung dimana perkebunan karet milik ibunya itu, sudah rutinitasnya satu minggu dalam sebulan ia sempatkan datang sekedar menyapa pekerja dan memantau keada'an kebun,

Tuuuut..

Bunyi nada ponsel tersambung, Ella tengah asyik bercengkrama dengan wanita-wanita elit lainnya hingga ia tak sadar dengan bunyi getar ponsel di tasnya. Bayu berdecih mengusap wajahnya. Bahkan selama dia dirumah bisa di hitung Ella menyempatkan waktu bersamanya di ranjang atau bahkan hanya sekedar mengobrol.

Lara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang