Hasrat Membara

4.6K 57 2
                                    


=======================

Tok tok tok

Sontak mereka berhenti dari tariannya, Lara mendorong dada Bayu pelan, Lara tertunduk malu akan gelora nafsu yang baru saja terlepaskan.

"Saya bukakan pintu dulu mas" desisnya dengan pipi memerah, Bayu juga tampak canggung mengangguk. Lara berlalu turun kebawah mencari pintu utama.

Trakt..

Lastri berdiri bersama suaminya membawakan ramuan obat untuk pengering luka.

"Apa tuan sudah tidur neng, ini saya racik dedaunan untuk obatnya, "Lara merekahkan senyum hangatnya.

" Silahkan mbak masuk dulu"tuturnya, lastri dan maman melirik keatas.

"Tak usah, takut menganggu. Kamu berikan ini ya neng, kami harus kekampung sebelah ada acara pekan raya" ujarnya, mata Lara membulat mendengarnya.

"Ah, yang benar mba, dimana?"

"Tak jauh dari sini, kenapa mau ikut? tuan Bayu kan masih sakit kasian dia sendiri"tuturnya, Lara tampak mengangguk.

"Iya juga sih mbak, makasih ya" tukasnya, Lastri dan suami tampak beranjak menyunggingkan senyum. Lara kembali melangkah kekamar dengan perasa'an canggung bagaimanapun kejadian 2 menit yang lalu membuat dia dag dig dug, takut-takut kalau Bayu menyesal kelepasan mencumbuinya. Setelah sampai di pintu Lara berpikir hendak kembali.

"Lara.." panggil Bayu, sontak saja wanita itu menoleh pada celah daun pintu, Bayu nyender kepala ranjang memperhatikan glegatnya, dengan tawa simpul wanita itu melangkah mendekat.
"Mm-maaf mas, kita gak seharusnya seperti itu tadi" jelas Lara terbata, Bayu juga tampak terkekeh pelan.

"Aku juga minta maaf Lara..." singkatnya, Lara menghenyak di tepi ranjang lagi mengalihkan pembicara'an.

"Mas, mas bisa menyetirkan. Kita pergi ke pekan raya yuk, Lastri dan orang kampung ini meramaikannya" jelasnya, Bayu sedikit beriyak menggerakkan kakinya.

"Boleh juga sih, kamu bantu aku turun ya"

Lara membopong tubuh Bayu sembari menyambar kunci mobil.
Sesampai di sana, Lara dan Bayu tampak menyaksikan keramaian dari dalam mobil, banyajnya pergelaran seni dan penjualan hasil karya berderet sepanjang alun-alun, Bayu memilih duduk di didalam mobil karna kakinya sakit, sedang kan Lara asyik bercengkrama dengan pekerja-pekerja Bayu yang juga datang, hatinya hangat melihat pemandangan indah itu yakni tawa dan senyum manis Lara. Tau sudah cukup lama Lara meninggalkan Bayu diatas mobil wanita iti coba memeriksanya.

"Mas... Apa mas gak mau turun melihat-lihat atau sekedar membeli sesuatu?" tanya Lara, Bayu menggeleng.

"Apa kamu sudah selesai, kita pulang!" singkatnya, Dara memainkan wajahnya dan coba berucap sedikit kecewa.
"Owh baiklah" desisnya beranjak membuka pintu mobil dan masuk.

"Kamu beli apa itu?" tanyanya, Lara melirik sesuatu yang ada dalam genggamannya.

"Kata peramal itu ini kalung keberuntungan" lirihnya,Bayu terkekeh apa yang kamu harapkan pada kalung itu.

"Kebahagia'an, semoga setelah ini aku bisa hidup tenang dan bahagia" jelasnya, Bayu sedikit beringsut menghadap pada Lara dan mengambil kalung itu.

"Menarik.. Aku suka desainnya. Sayangnya aku tidak percaya dengan paranormal" ujarnya, Lara menarik ujung bibirnya untuk tersenyum.

"Percaya gak percaya sih mas, nih tolong bantuin" titah Lara membelakangi Bayu minta pasangkan kalung itu, pria itu melirik sedikit dan coba memasangkan kalung itu dileher Lara.
"Makasih ya mas"

"Kita bisa kembali sekarang"

                                           ***
Malam semakin Larut, Baik Lara atau Bayu tidak bisa memejamkan matanya. Bayangan balasan cumbuannya pada Lara yang berbalas beberapa jam yang lalu mengusik tidurnya, perlahan ia menoleh pada pintu yang belum terkatup sempurna, pria itu mungkin berpikir Lara sudah tidur, berusaha dia turun dengan berinjit mencari wanita itu. Namun Bayu terejut tak menemui Lara di kamar, berusaha ia kembali membawa kakinya pincang mencari wanita itu, hingga mata Bayu menangkap Lara berdiri dibalik kaca jendela diteras rumah.

"Lara..." bisiknya,berjalan pelan selagi berinjit.
"Kenapa kamu belum tidur?" tanyanya, Lara menoleh dan coba tersenyum simpul.

"Mataku tidak bisa terpejamkan mas" desisnya, Bayu sedikit beriyak duduk di kursi teras.

"Kenapa?"

Lara menoleh dan ikut juga duduk disampingnya. Lama ia terdiam menatap wajah tampan itu. Bayu juga sulit mengartikan tatapan sendu itu.

"Sebelum datang kesini, aku mempunyai banyak harapan untuk diriku dan keluarga, terutama tentang cinta" ujarnya, dengan mata berkaca-kaca menatap Bima, mata pria itu sayu melihat raut sedih diwajahnya.

"Impianku, aku akan di cintai oleh seseorang yang bukan milik orang lain dan kita bahagia diatas kesucian cinta yang belum pernah terbagi atau tersentuh siapapun" tuturnya sudah mulai berat, Bayu mendegup meremas jemari Lara. Namun pria itu belum bisa menggetarkan bibirnya.

"Kejadian beberapa jam yang lalu, membuat aku semakin miris mas, kenapa aku bisa nyaman membalas kecupan, aku tidak boleh mencintaimu mas. Aku tau tadi mungkin kamu hanya terbawa nafsu. Sungguh aku tidak bisa melenyapkan rasa ini dalam diriku" ujarnya tertunduk, air matanya menetes, Bayu coba menggetarkan bibirnya untuk bicara.

"Mas... Maaf, kamu bisa anggap tidak mendengar ungkapan ini, aku sama sekali tidak pantas bicara seperti ini wanita kotor yang tlah dijamahi oleh orang lain. Aku benar-benar hina mas, maafkan aku tlah lancang" jelasnya, Bayu makin meremas jemari Lara erat.
"Aku bodoh, berharap kamu menyukai dan mencintaiku" rengeknya

"Lara dengar, aku benar-benar menyukaimu" singkatnya, Mata Lara mencoba mencari manik mata pria itu, dengan berat Lara coba menggetarkan bibirnya

"Tapi kamu sudah berkeluarga mas," rintihnya menunduk dengan sesegukan menangis, Bayu menghapus air mata Lara dan merangkulnya erat.

"Aku baru merasakan, bahwa ini cinta Lara. Bersamamu aku serasa hidup" desisnya pelan mengelus rambut wanita itu.

"Kesucianku sudah terenggut, aku sama sekali tak pantas dicintai" lirih Lara, pria itu meremas bahunya dalam dekapannya.
"Aku akan bunuh dia, jika ketemu!" geram Bayu, Lara tetap sesegukan dalam dada pria itu, rasa nyaman bergelayut hangat dalam dada bidang pria itu membuat cintanya terasa amat lekat. Bahkan Lara tak bisa jika harus jauh-jauh darinya walau satu detik. Lara sedikit mendongakkan kepalanya melihat wajah pria itu.
"Aku mencintaimu mas" lirih Lara membendung air mata disudut matanya, Bayu hanya bisa mengkecup dahi wanita itu lama, Lara merintikkan air mata sembari meresapi kecupan yang mendarat di kening.

"Apa yang akan kita lakukan dengan cinta ini mas" tuturnya meratkan dekapan, Bayu juga tampak bingung lumayan lama dia terdiam hingga ia berucap lirih.

"Yang aku tau sekarang, aku hanya ingin bersamamu saat ini" jelasnya, Lara mengangkat lehernya lagi mengkecup dagu pria itu. Bayu menangkap bibirnya dan kembali mengabsen setiap sisi mulut dengan lidahnya, Lara terbuai membalas setiap perlakuan Bayu, Hasrat yang menggebu-gebu yang tersimpan untuk pria itu membuat Lara seakan haus akan setiap kecupan, Lumatan demi lumatan  membingkai setiap sentuhan indah seolah-olah dua insan itu kini sedang mabuk melepaskan rindu yang belum terlepaskan setelah ribuan tahun lamanya

============================

Lara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang