"Mas aku sudah mema'afkanmu, tak perlu bicarakan pernikahan. Aku sama sekali tak pantas untuk dimiliki siapapun lagi" jelas Lara dengan tertunduk menyembunyikan air matanya.
"Aku tak tau bagaimana mengusir rasa bersalah ini" lirih Bima, Lara merintikkan air mata.
"Cukup jaga dan lindungi ibukmu mas, aku tidak tega melihat wajah sedih mereka, aku mencabut laporan itu demi Ibukmu dan Ecca" jelasnya, Bima tertunduk menggumam sakitnya. Diantara suasana syahdu itu mak bapak dan dua adik Lara datang mendekat.
"Aden? Datang jauh-jauh dari kota ayo kita kerumah dulu" basa mak asmi pada Bima Lisa dan Luna tampak merangkul Lara berjalan kerumah.
" Apa gerangan kenapa Nak Bima menyusul Lara kemari?" tanya Bapak, saat mereka sudah berkumpul di teras kayu rumah Lara. Bima melirik Lara sedikit dan coba bergumam dengan ragu.
"Saya datang kesini hanya ingin memastikan Lara baik-baik saja dia tidak sehat menjalani perjalanan" ujarnya dengan tenang dan kelihatan mikir. Lara mendegup sedikit menghela nafas.
"Kalau boleh tau, nak Bima inikah orang yang di tumpangi Lara disana?" tanya Bapak, lama Bima terdiam hingga Lara menggetarkan bibirnya juga.
"Ya bapak, selama disana beliaulah yang membantu dan memberi Lara pekerja'an" timpal Lara, mak bapak tersintak dan langsung menepuk pundaknya.
"Terima kasih nak, aku tidak tau apa yang akan terjadi pada Lara jika kamu tak menyelamatkannya"
Bima tampak mengangguk pelan sembari tersenyum simpul, Ia merasa tak pantas di sanjung begitu oleh keluarga Lara karna penyebab kehancuran gadis sulungnya itu adalah dirinya sendiri.***
"Apa sudah ada perkembangan?" tanya Bayu pada Dion yang mendadak jadi kaki tangannya sekarang, Dion dimintai Bayu untuk mecek semua informasi di sosial media perihal kabar terbaru tentang Lara.
"Belum tuan" singkatnya, Bayu berdecih pelan sembari tetap mengusap wajahnya gundah."Lara kamu dimana? Aku bisa gila kalo terus-terusan begini"lirihnya merintikkan bulir hangat disudut matanya
***
" Kamu sudah melihat berita yang ramai akhir-akhir ini?"tanya Bima saat berjalan di pematang sawah berdua bersama Tubuh lemah Lara, Bima tampak memapah Lara berjalan.
"Aku tau.., tapi aku gak akan temui mas Bayu" singkatnya mencoba menghenyak menjuntaikan kaki di pengairan air sawah yang mengalir. Bima menatap Lara sebentar dan coba ikut juga menghenyak pada semen parit penahan air sepanjang pengairan itu.
"Kenapa? Bayu sangat mengkhawatirkanmu, kamu juga sangat mencintaimu bukan?" Lara mendegup, dan coba menghela nafas berat. Matanya berkaca-kaca menatap hamparan padi yang menghijau.
"Aku tidak akan menemui mas Bayu lagi, biarkan dia hidup kembali dengan normal" ucapnya berat tertunduk, Bima menggapai bahu mungil Lara.
"Kamu sangat mencintainya?"
Lara tertunduk kembali merintikkan air mata. "Aku berharap banyak pada cinta ini, pada akhirnya aku sendiri yang hancur aku tidak mau cintaku ini terlalu banyak menimbulkan kehancuran, biar aku saja" ucapnya Lirih lagi merintih, sigap Lara menghapus butiran air mata yang mengalir deras hingga Bima kembali membuka pembicara'an.
"Aku juga ingin di cintai seperti kamu mencintai Bayu, tapi sepertinya aku juga terlalu banyak berharap, bahwa untuk mema'afkanku saja, kamu sulit. Bagaimana bisa kamu juga mencintaiku" ujarnya, Lama Lara terdiam melihat manik mata Bima.
"Aku sudah mema'afkanmu, Tapi cinta itu beda mas. Aku tak mudah mencintai begitu saja, maaf kumohon jangan tersinggung untuk sekarang aku hanya mengenal mas Bayu sebagai cintaku" jelasnya, mengelus kalung berpermata biru yang ada di lehernya, air matanya semakin merintik deras membayangkan kebersama'an bersama mas Bayu terakhir kalinya.
"Kalungmu indah" desis Bima melirik leher Lara. Lara menekuk lehernya sedikit melirik liontin berpermatakan biru itu. "Ini kalung diberi mas Bayu" singkatnya, coba menarik ujung bibirnya untuk tersenyum.
"Ini akan kusimpan baik-baik"Lara terdiam mendegup memejamkan mata kembali air matanya menetes
"Hanya ini yang tersisa kenangan mas Bayu"lirihnya, Bima tampak menghela nafas berat dan coba menenangkan Lara yang tampak gundah.
" Jangan siksa dirimu begini Lara, Bayu juga pasti sudah pikirkan matang-matang keputusannya memilihmu, sekarang dia sangat kebingungan"jelas Bima, Lara terdiam sesa'at.
"Aku yang tidak ingin melanjutkan hubungan yang salah itu, kamu tau mas aku sudah bahagia dengan semua ini. Mas Bayu hadir sebagai pelengkap ceriaku, aku sudah cukup bahagia. Aku tak mau apa-apa lagi" ujarnya, menyapu pemandangan Alam yang begitu hijau membentang itu. Bima juga ikut menatap pandangan pada tujuan bola mata Lara, sebuah bukit indah yang berdiri kokoh didepan mereka. Bima menggetarkan bibirnya bicara tanpa menoleh pada wanita yang tengah sakit-sakitan itu.
"Lantas... Kamu akan hidup dengan cinta itu sendiri?" desisnya, Lara menoleh pada Bima pria itu melirik Lara sedikit dan terkekeh.
"Tentu saja begitu bukan? Mengingat kamu sangat mencintainya" ujarnya tersenyum hangat. Lara tersenyum simpul.
"Aku, tak butuh apa-apa lagi. Aku akan pergi mas cukup bagiku pergi dan mati bersama cinta ini" desis Lara menatap dalam wajah Bima, hati Bima teranyuh reflek tangannya mengelus pipi wanita itu.
"Kamu tak boleh bicara seperti itu, kamu pasti sembuh. Dan wajah ini akan kembali seperti dulu lagi, kecantikanmu akan kembali" desisnya dengan binar mata berkaca-kaca, bayangan wajah manis yang mengundang syahwatnya waktu itu kini seakan ada yang menghisap rona indah wanita itu, muram tanpa cahaya.
"Kamu menghiburku berlebihan mas" desis Lara tersenyum simpul.
"Kamu kuat jalan hingga ke kaki bukit itu?" tunjuk Bima pada penghunjung hamparan sawah, Lara mengerinyitkan dahinya melirik Bima sedikit seakan senang dengan tantangan itu Lara berdiri.
"Ayo... Kita mau apa sampai disana?" tanya Lara, Bima juga tampak bersemangat berdiri. "Aku belum pernah kesana"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Hati
RomanceMenjadi simpanan Bayu Lara bisa bahagia dan tenang, karna baginya hanya Bayulah kebahagia'annya. setelah nasib Na'as yang ia alami Lara di selamatkan oleh saudagar kebun karet itu hingga menjalin hubungan dengannya, Lantas bagaimana hubungan cinta t...