Rumit

389 22 1
                                    


"Mba Ella.. Tolong beri Klarifikasi dari Video suami mbak yang lagi Viral itu mbak" teriak beberapa wartawan mengerumuni Ella yang baru saja turun dari mobil. Dengan susah payah, iya masuk ke gerbang, di bantu keamanan dan polisi Ella berhasil juga masuk tanpa bicara pada wartawan sepatah katapun. Dengan geram ia datangi Bayu yang tengah terjebak wartawan juga diluar sana tak bisa kemana-mana dari rumah
"Puas kamu mas? Kamu dah benar-benar menguji kesabaranku kamu menghancurkan karirku dalam sekejap, sebegitu jijikkah kamu sama aku mas? Hingga sedikitpun kamu tak mau peduli perasa'anku" ucap Ella tak habis pikir. Bayu tetap mematung melihat dari balik gorden banyaknya  wartawan diluar sana.
"Mas!" hardik Ella lagi dengan tatapan mata berkaca-kaca. Bayu menggaruk dahinya sedikit dan coba menoleh pada istrinya itu.
"M-ma'af, aku kebingungan. Aku benar-benar mengkhawatirkan Lara andai dia tidak sakit mungkin aku tidak akan serisau ini" jelasnya dengan nada lirih Ella mengepal jemarinya kesal. Dengan geram ia coba meremas kemeja Bayu dengan tatapan berapi-api.
"Aku sudah muak mas, kamu begitu mengkhawatirkan wanita itu, bahkan karirku berakhirpun kamu tak peduli?" desis Ella menggertakkan giginya dan kembali meremas krah baju Bayu kesal.
"Dengar. Aku tidak akan tinggal diam! Kau begitu mencintainya? Tak adakah hal lain dalam benakmu ha? Kamu bahkan sudah kehilangan akal sehat mas! Sadar!" teriak histeris Ella. Bayu tetap tertunduk diam. Yang membuat Ella semakin greget.

"Sekarang apa yang kamu dapat mas? apa pelacurmu itu kembali? yang ada aku kehilangan segalanya karirku berantakan suamiku kehilangan akal" geram Ella, reflek ia menepuk jidatnya kesal.

"Oh tuhan kenapa takdirku bisa seburuk ini" rintihnya  dengan nada berat.  Bayu tertunduk diam sembari fikirannya melayang pada Lara yang kini entah kemana.

                               ***

"Tolong jujur sama bapak nak? apa Lara yang dimaksud pria itu Lara anak bapak?" tanya pria paruh baya yang telah dihasut dua anak gadisnya bicara pada kakaknya, karna setelah gegernya berita itu Lara terilhat tidak baik-baik saja. bahkan Luna dan Lisa dapati ia sering menangis sendiri.

"Bapak bicara apa? mana mungkin Lara yang dimaksud pria itu, Lara putri bapak yang bukan siapa-siapa ini? yang dimaksud bukan Lara pak" ngelesnya sembari tetap tertunduk di ranjang kayu beralaskan tikar tipis dikamarnya. Bapaknya tampak menghela nafas lega setelah mendengar ungkapan putrinya. karna baginya jika wanita yang dimaksud itu putrinya. bapak Lara terasa bercoreng arang di wajah, karna Pria itu pria yang telah berkeluarga pantang baginya anak gadisnya menjalani cinta dengan suami orang.

                                 ***
Setelah gegernya berita Bayu kehilangan Lara, Bima juga tertegun sejenak mengkhawatirkan wanita itu, bagaimanapun semenjak Lara mencabut tuntunannya Bima sangat merasa bersalah dan ingin sekali meminta maaf,  bahkan  dia ingin menebus kesalahannya pada Lara. Bima coba mengingat lagi alamat yang pernah dikatakan Lara waktu dia membawa Lara naik diatas motor menuju kebun karet waktu itu yang menjadi tempat aksi bejatnya. Lara menunjukan alamat rumah Aslinya pada Bima. Sontak saja pria itu berdiri hendak berkemas menyusul Lara yang ada dikalimantan.

                                     ***
Arrrggggh....
Amukan Kekesalan Ella saat berada dikediamannya Ajeng, sulit baginya kucing-kucingan dari wartawa hanya mengelak pertanya'an-pertanya'an sampah baginya.

"Sudah  Ella sayang, kamu jangan seperti ini" bujuk Ajeng kebingungan melihat semua barang-barang Ajeng telah porak poranda karna kekesalannya.
"Sekarang aku benar-benar hancur! aku tak habis pikir kenapa bisa Mas Bayu kehabisan akal seperti itu. apa istemewabya wanita itu" geramnya memukul-mukul jidatnya histeris.
"Ella... hey sudah. jangan sakiti dirimu sendiri begini, Kita kembali pada Mbah itu. Sudahi nyawa wanita itu sekarang juga!" tegas Ajeng, Ella menatap wajah Ajeng nanar, lama mata sembabnya melihat wajah sahabatnya itu hingga dia tertawa geli seakan menertawakan dirinya sendiri.

"Dengan membunuhnya apa karirku kembali? apa mas Bayu kembali seperti dulu lagi? tidakkan?" ringisnya sembari mendegup. Ajeng menghela nafas berat.
"Aku tidak akan mengotori tanganku membunuhnya, aku sudah muak biarkan dia mati perlahan" rintih Ella, Ajeng mengusap-ngusap punggungnya lembut.

"Lantas apa yang akan kamu lakukan Ella?"Cukup Lama Ella terdiam, ia mendegup pelan fikirannya melayang jauh.

" Karirku... aku hanya ingin karirku.. ini impianku Ajeng, aku benar-benar tak sudi jika aku harus kehilangan segalanya"tangisnya terisak-isak, Ajeng hanya bisa mendekap tubuh Ella erat.

                                ***

Tok tok tok..
Bunyi ketukan pintu, Sore itu Bapak Lara baru saja merebahkan badannya diatas dipan disamping teras rumah, Mendengar ketukan pintu ayah tiga anak itu terpaksa beranjak berdiri lagi mengingat dirumah hanya ada Lara yang sedang sakit sedangkan istri dan kedua anak gadisnya masih disawah. tertatih pria itu membukakan pintu, sedikit terheran ia melihat pria gagah dengan gaya anak kota berdiri dihadapannya sekarang.

"Ma'af mas, mencari siapa ya?" tanya bapak Lara, Bima tampak canggung menyunggingkan senyum hingga ia coba bertanya dengan hati-hati.

"Maaf apa ini benar rumahnya Lara?"

"Ya, saya bapaknya, tuan ini siapa?"
"Saya temennya pak, apa bisa saya bertemu dengannya?" bapak Lara, sedikit beriyak dan mempersilahkan Bima masuk.

"Duduklah Lara sedang sakit, aku panggilkan dulu" ujarnya, Bima tampak nurut duduk disofa dan menunggu Lara datang. Selang dua menit bapak itu keluar lagi tampak kebingungan mencari Lara karna ia tak ada dikamar.

"Tunggu ya den, mungkin Lara di perkarangan belakang" ujarnya, Bima berdiri membuntuti bapak Lara yang tengah mencari putrinya yang sedang sakit.

"Lara ternyata kamu disini, bapak sangat mencemaskanmu. Ada seseorang dirumah dia ingin menemuimu" ujarnya, Lara menoleh dan matanya reflek membulat melihat Bima membuntuti bapaknya di belakang.

"Mas Bima?" desisnya, Bapak Lara membalik melihat pria tadi ikut juga bersamanya, pemandangan indah dan hamparan padi yang luas membuat suasana itu berkesan hebat dihati Bima.

"Saya tinggal dulu, panggil ibuk. silahkan mas" Basa Ayah tiga anak itu, dan menjauh mendekat pada istri yang sibuk menyiangi padi disawah mereka.

"Siapa itu pak?"
"gak tau mak.. katanya temen kakak" ujarnya, sembari tetap menoleh pada dua orang yang masih diam bertatap-tatapan.

"Mas, kenapa kamu disini?" tanya Lara masih menjaga jarak dengannya. Bima tampak gugup kikuk mencoba menggetarkan bibirnya.

"Aku datang kesini mau minta maaf Lara" singkatnya memejamkan mata tertunduk. lama Lara terdiam.

"Aku sudah mema'afkanmu mas" singkatnya, Bima tampak berdecih pelan, matanya berkaca-kaca melihat raut sendu wajah Lara.

"Aku datang untuk menebus kesalahanku, aku akan melindungimu dari sekarang Lara, bahkan jika bersedia aku akan menikahimu, tolong bantu aku mengusir rasa bersalah ini Lara. Ini sangat menyiksa" rintihnya, Mengepal pergelangan tangan Lara. mata wanita itu membulat melihat reaksi Bima. bibirnya bungkam tak bergeming gundah. entah apa yang akan dia lontarkan dari mulutnya, menolak Bima atau justru menerimanya

Lara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang