Di luar nalar

661 22 1
                                    


Ditengah pekatnya deru angin dan padatnya barisan pohon karet, wanita paruh baya yang menjadi tetangga Lara itu terengah-engah berlari kecil mendengar teriakan histeris Lara di rumah saudagar itu.

"Neng Lara..." panggil Lastri dari luar, berkali-kali ia gedor pintu depan namun tak kunjung Lara keluar, hanya pekikan histeris dari kamar mandi yang membuat Lastri semakin gundah.

"Neng.., neng kenapa? Apakah tuan dirumah?" soraknya, Tidak kehilangan Akal, Lastri memecahkan kaca jendela dan berlari kesumber suara. Wanita itu tampak gigil dan gemetar setelah beberapa menit bertengkar dengan dinginnya angin malam itu.

"Oh tuhan apa yang terjadi, Lastri coba membopong tubuh Lara yang sudah mulai melemah, terbopoh-bopoh ibu dua anak itu membawa Lara keluar dan membalutnya dengan kain.

" Neng apa yang terjadi?"ujar, Lastri melirik Darah yang sudah mulai mengepul ke pembuangan, Lara menggeleng pelan setelah itu samar pandangannya memudar dan tak ingat apa-apa lagi, Lastri panik. Meletakkan leher Lara pelan kelantai dan berlari mengejar telpon rumah, sigap ia cari nomor bosnya tapi sepertinya koneksi tengah buruk. Lastri kembali Lari ke pintu rumah, membuka gembok dan berteriak di teras memanggil suaminya surya dan maman penjaga kebun. Butuh waktu lama mereka mendatangkan tim medis hingga tubuh Lara semakin memucat.

Satu jam berlalu Dokter sudah memeriksa keada'annya, Dengan wajah gundah dan tak habis pikir Dokter tidak bisa menyimpulkan apa penyakitnya.

"Aku menyarankan, beliau dibawa kerumah sakit saja dulu, diagnosa pertama saya mungkin beliau mengalami keguguran" jelas Dokter, Lastri melirik Lara dan reflek mengelus kepalanya.

"Tapi itu terlihat ganjal dok, pendarahan yang begitu hebat" lirihnya menerawang jauh pada hal buruk lain yang di luar nalar. Dokter tampak manggut-manggut.

"Kita bisa liat kepastiannya saat periksa dirumah sakit dulu" singkat Dokter, maman dan surya juga tampak membantu mengangkat Lara.

"Sudah kita bawa kerumah sakit secepatnya" titah Lastri.
                                               ***
Fajar tampak membiaskan cahaya di ufuk hingga matahari perlahan menerbitkan cahaya cerah, diantara sibuknya perawat silang sali mengurus pasien rumah sakit perlahan mata Lara terbuka, wanita itu coba beriyak melihat siapa sekarang yang ada disampingnya hati Lara hangat melihat Lastri tertidur disamping ranjang rumah sakit jelas kali ia tampak lelah kali begadang semalaman.

"Mba..?'desis Lara menggerakkan pundaknya, perlahan leher Lastri terangkat dan mendongak pada Lara sonta saja tangannya menggapai wajah wanita itu.

"Neng lara? Sudah sembuh?"harapnya dengan mata berkaca-kaca. Lara juga tampak merintikkan air mata.

" Makasih mba sudah bantu aku"lirihnya dengan wajah pucat. Lastri mengamati wajahnya pasti.

"Rona wajahmu seperti hilang begini, apa yang terjadi?" desis Lastri, Lara tertunduk melihat pergelangan tangan dan sekujur tubuhnya.

"Aku juga tidak tau Mba, perutku sakit sekali hingga aku pendarahan aku juga bingung" ujar Lara, lastri kembali merebahkan Lara di tempat tidur.

"Sudah, kita pikirkan ini nanti, kamu istirahat saja. Dokter penyakit dalam. Akan datang pagi ini, kita tunggu diagnosa dokter" jelas Lastri, Lara hanya mengangguk lemes. Lastri beranjak ke kasir untuk kembali mengurus sesuatu. Kembali Lara mengangkat tangannya yang mulai terlihat keriput-keriput kecil. Lama ia coba amati.

"Apa yang terjadi.." desisnya. Selang  sepuluh menit Lastri masuk lagi sembari menghubungi Bayu lagi.

"Mba nelpon siapa?"tanyanya, lastri menoleh.

Lara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang