Menjauh

454 21 1
                                    


                                       ***
"Pak saya mau bertanya pasal pencabutan laporan kasus Lara? Apa dia datang kesini hari ini?" tanya Bayu cemas menemui polisi.
"Iya mas, saudari Lara mencabut tuntutannya" singkat pak polisi, sontak saja Bayu histeris gemetar dengan mengepal jemarinya di mulut.
"Dimana dia sekarang?" tanyanya sedikit membentak.
"Beliau pergi sekitar setengah jam yang lalu"
Tanpa pikir panjang Bayu bergegas ke mobil, setelah sampai di parkiran dia terpikir sesuatu dan kembali lagi kedalam.
"Pak, apa saya bisa tau alamat lengkapnya?" tanya Bayu, begitu bodohny bahkan Bayu tak tau Alamat rumah Lara. Polisi tampak mengerutkan keningnya sembari memegang berkas.
"Mohon maaf, bukannya dari awal bapak yang minta jangan beberkan alamat asli agar wanita itu tidak terlalu terekpos demi melindungi nama baiknya? Kami hanya punya data alamat yang salah itu. Jelas pak polisi.
" owh sial!"geram Bayu. Kembali ia bergegas melajukan mobilnya ke terminal.
"Lara..." panggilnya, diantara ramainya dan banyaknya bus yang ngantri ketujuannya masing-masing.
"Lara" teriak bayu coba mengintip bus tujuan luar kota
"Lara, kamu jangan pergi. Tunggu aku yang mengantarmu pulang" rengeknya, Bayu semakin histeris kebingungan ditengah ramainnya orang, tak habis akal ia coba hubungi petugas loket.
"Mas, Travel tujuan kalimantan? Masih ada gak?"
"Sudah berangkat mas.. Baru 10 menit yang lalu" ujarnya, Bayu nanar melihat jalan yang ramainya orang-orang berlalu lalang.
"Lara..." lirihnya, serentak dengan gepulan air mata yang mengucur pelan disudut matanya.

                                              ***
Setelah menempuh dua hari perjalanan, Lara sampai juga ditanah kelahirannya, dengan langkah oleng dan terengah-engah karna kondisinya yang lemah, Lara turun dari bis hendak menapaki jalan setapak menuju gubuk tua yang masih di huni walau sedikit rewot, terdengar suara bapak 3 anak itu mengumandang ayat-ayat al-qur'an tengah berjema'ah sholat magrib. Mata Lara semakin membendung kesedihan gepulan rintik air mata itu semakin deras. Harapan keluarga untuk merubah nasib darinya kandas sudah.
"Assalamualaikum warroh matullah" terdengar salam akhir dari sholat mereka. Lara sedikit beriyak berbaring di dipan kayu diteras rumahnya hendak mengetuk pintu
"Mari kita berdoa untuk keselamatan kakak kalian, semoga dimanapun dia berada dia dilindungi oleh Allah swt" ujar bapak Lara, terdengar rintih ibuk Asmi maknya Lara terisak-isak, Lara sesegukan menangis diluar tak tahan hatinya ia pun bergegas mengetuk pintu.
Tok tok tok..
Semua tersintak mendengar ketukan pintu di senja hari itu. Buk Asmi melangkah ke pintu sedangkan yang lain meneruskan doanya.
"Ya Allah Lara?" rintih Emaknya gemetar melihat anaknya pulang dengan keada'an tidak baik begitu. Badan Lara sedikit merebah di sambut oleh maknya..
"Mak.. Lara.." ucapannya terhenti sembari merintikkan air mata. Bapak aryo dan kedua adik-adiknya Luna dan lisapun bergegas mendekat
"Apa yang terjadi nak?" rintih Maknya membopong tubuhnya pada Tikar pandan yang terbentang diatas dipan diruang utama. Wajah cemas seluruh keluarga membuat Lara miris.
"Mak, bapak.. Lara tak apa-apa. Jangan khawatir" desisnya coba beriyak dari duduknya.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu tak temui keluarga bapak disana nak? Lelah sudah mereka mencarimu disana?" tanya Bapak Lara, Wanita itu mendegup dan coba berdiam sejenak sebelum ia coba getarkan bibirnya bicara.
"Lara.. Kemalingan pas sampai di surabaya pak, saya bingung tak tau harus hubungi siapa akhirnya Lara di kasihani oleh seseorang, hingga Lara harus bekerja untuk dapatkan uang balik lagi kesini" jelasnya terbata, maknya sesegukan menangis.
"Lantas apa yang terjadi? Kenapa kamu jadi kurus begini? Wajahmu pucat sekali nak?" rengek ibunya mengelus pipi Lara. Lara juga merintikkan air mata.
"Selama disana Lara jatuh sakit pak, makanya Lara gak bawa-apa-apa uang Lara habis untuk berobat" elaknya dengan tangis, Maknya reflek memeluk.
"Mak, gak bayangkan betapa kesulitannya kamu di rantau, Maafkan kami" rengek Mak Asmi, Lara membalas dekapan emaknya erat. Begitu juga ia gapai badan kedua adik gadisnya yang juga tampak mendekat.
                                         ***
Dengan segala usahanya Bayu juga tak bisa temukan Alamat Lara. Seakan prustasi Bayu tak bisa berbuat banyak dia mengurung diri dikamar. Kalo bukan karna Arumi dia tidak akan mau balik lagi kerumah Ella, rasa patah hati karna ditinggal Lara membuatny kacau.
Tok tok tok tok..
Bunyi ketukan pintu Ella masuk dengan membuang nafas berat. Dua hari Bayu bersikap begitu
"Mas, mau sampai kapan kamu mengabaikan kami hanya karna pelacurmu itu pergi!" ucapnya sedikit gemetar karna kesal. Mata Bayu memerah dan coba melirik Ella penuh amarah.
"Aku tidak akan bisa maafkan diriku sendiri jika terjadi apa-apa dengannya" lirih Bayu, tertunduk Ella sedikit menaiki alisnya tak habis pikir.
"Dia bukan siapa-siapa bagimu mas, walau dia mati sekalipun itu bukan urusan kita hardiknya!"
Bayu berdiri kesal dan meremas bahu Ella dengan tatapan tajam ia coba menggertakkan rahangnya bicara.
"Tolong jujur padaku? Kamukan yang menguna-guna Ella hingga ia harus sakit seperti itu" desisnya dengan tatapan berapi-api. Mata Ella membulat menatap wajah suaminya itu. Dengan sedikit tersenyum simpul dan terkekeh lembut. Ia coba bicara dengan tawa.
"Apa? Kamu nuduh aku menyantet selirmu itu?" ucapnya dengan tertawa kecil. Ella terbahak dengan menutup mulutnya.
"Mas... Bergaul dengan wanita murahan itu membuat otakmu jadi picik ya mas?, hey! Aku wanita modren mas! Aku gak percaya yang begituan" ujarnya masih terkekeh. Bayu sedikit mendorong Ella pelan.
"Cukup terima saja mas, wanita itu memang pantas mendapatkan laknat, kamu fikir gak sih mas. Kamu udah bersalah! Atau otakmu sudah sama kotornya dengan pelacur itu?"
"ELLA!" bentaknya kasar.
Bayu mendekatkan lagi wajahnya pada Wanita itu dengan mata yang berapi-api.
"Jangan pernah berpikir wanita itu yang mempengaruhiku. Aku yang begitu mencintai dan tergila-gila padanya. Kamu tau kenapa? Karna aku hanya dapatkan cinta darinya di bandingkan denganmu yang sibuk mengurus dirimu sendiri!" tuturnya dengan geram mata Ella berkaca-kaca memandang wajah suaminya itu ia mendegup gemetar.
"Kk-amu begitu cepat menyimpulkan itu cinta. Apa salahnya kamu berikan kesempatan padaku untuk berubah. Tanpa harus main gila dengan perempuan lain, aku hanya sibuk bekerja mas! Bukan selingkuh? Apa aku harus menteloransi ini? Kamu hanya dibutakan syahwat karna wanita itu jauh lebih cantik dariku begitu?" geramnya, Bayu mengusap wajahnya gusar.
"Percuma bicara denganmu!" singkat berlalu pergi, Nafas Ella tersengal ada sayatan luka lebar  menganga yang harus ia balut sendiri.
"Apa ini mas? Kamu benar-benar keterlaluan" rintihnya tertunduk menangis, matanya kembali terbuka lebar.
"Perempuan itu... Dia harus mati!" geramnya menggertakkan rahang kesal.
                                        ***
Siang yang tenang, di taman rumahnya Ratih tengah bersantai diatas kursi taman, Lamunannya terhenti saat kedatangan Angga adik bungsunya melajukan motor Gp warna hitam berkombinasi biru. Sontak saja ratih beriyak dari duduknya dan menghampiri Angga.
"Kamu dari mana saja sih ngga?" tanya Ratih, Dengan sigap pemuda itu turun dari motor membuka helm dan menoleh pada kakaknya itu.
"Ini lo mbak.., aku harus jemput motor ini ke kantor polisi sempat di tahan sebagai barang bukti" ujarnya, Mata Ratih membulat mengikuti langkah adiknya masuk.
"Mm-maksudmu apa?, kamu berurusan dengan polisi? Kamu ngapain?" tanyanya, Angga menghenyak di sofa dengan senyum simpul.
"Gak mbak..., waktu itu mas Bima ngajakin Angga kekampung. Mbak tau mas Bima kan? Sepepupunya mas Bayu suaminya teman mbak itu?" jelasnya, Ratih tampak mencerna ucapannya.
"Ya terus?"
"Mas Bima memperkosa cewek saat malam terakhir kami disana! Dia mngendarai motornya Angga mbak" jelas Angga, Ratih makin bingung dan coba memegangi dahinya.
"Tt-tunggu kamu ngapain ikut Bima kekampungnya? Ada urusan apa?"
"Waktu itu kan Ecca adiknya mas Bima pernah mendaftar di fakultas sini, dia teman satu kampus Angga, karna ayahnya meninggal Ecca gak balik lagi kesini dia harus jagain ibunya, Angga kangen Ecca aja sih ikut mas Bima kekampungnya" jelasnya, Ratih menghela nafas lega, namun otaknya di penuhi rasa ingin tahu.
"Lantas wanita yang di perkosa Bima itu bagaimana keada'annya?"
Angga terdiam sesa'at.
"Baik-baik aja sih mbak, untung di selamatin mas Bayu. Kalo gak, gak tau lah bagaimana nasibnya" tutupnya membuka jacket dan beranjak kekamar. Ratih tertinggal dengan perasa'an tercampur aduk.
"Wanita itu? Apa dia selingkuhannya Bayu?" desis Ratih sendiri.
                                               ***
Sore itu di cafe yang lumayan mewah Squad sosilaita Ella kembali berkumpul seperti biasa, walau tetap menghadiri Ella tampak bermuram muka menghadapi mereka semua, demi tampak seperti baik-baik saja Ella tetap memaksa senyum pada mereka walau ratih dan Ajeng sangat paham perasa'annya saat ini. Setelah perkumpulan itu berakhir Ajeng dan Ratih menghampiri Ella.
"Ada apa lagi sayangku... Bukankah Bayu sudah kembali dan wanita itu dia sudah pergi jauh? Apa lagi yang kamu risaukan?" tanya Ajeng, Ella melirik kedua temannya itu dan kembali menatap pemandangan hamparan gedung-gedung diluat sana dari lantai 5 itu.
"Aku tidak bisa mengusir wanita itu dari fikiran mas Bayu" ucapnya lirih Ratih tampak menghela nafas pelan dan coba bicara pada Ella.
"Maaf kalo aku salah, masmu mungkin sangat tulus padanya. Cinta mereka bersemi perlahan. Maaf Ella aku menyimpulkan Bayu benar-benar mencintainya" jelas Ratih, kedua wanita itu menoleh pada Ratih. Ratih mendegup gundah melihat tatapan sinis dua wanita itu.
"Suamimu.. Dia menyelamatkan seorang gadis yang tengah kemalangan. Tak salah memang jika diantara mereka bersemi rasa cinta, menurutku Lara dia hanya terbawa peras'an dan Bayu dia butuh di perhatikan Ella.. Takdir itu membuat cinta merek bersemi" ujarnya, Ella mengusap wajahnya kesal mendengar ungkapan Ratih.
"Apapun itu aku tidak mau dia merenggut mas Bayu dariku. Dia tetap aja murahan dimataku" geram Ella, Ajeng tampak mengangguk pasti. Ratih kembali menghela nafas.
"Tapi kesalahannu Fatal dengan menganiaya wanita itu seperti ini. Dia sudah pergi jauh jangan sakiti dia lagi" ujar Ratih, Ajeng mendorong bahu Ratih pelan.
"Dengar! Mungkin kamu gak akan paham karna kamu gak mempunyai suami Ratih, Naluri jadi istrimu lenyap karna kelama'an menjanda kayaknya,sebagai seorang istri yang sudah di tindas seperti ini kita harus bertindak supaya gak di injak-injak. Biarkan aja dia menderita sampai ajal. Dia memang pantas mendapatkannya" ujar Ajeng, Ella tampak kesal dan bosan mendengar perseteruan dua sahabatnya itu dia memilih berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Say.. Kamu mau kemana?" panggil Ajeng mengikuti, sedangkan Ratih terdiam duduk di meja Cafe sembari tetap menghela nafas berat.
                                         ***
Di teras rumahnya pikiran Bima jauh melayang entah kemana, setelah Lara mencabut laporannya seminggu yang Lalu entah kenapa hatinya gundah dan resah ada rasa bersalah yang besar terselubung di jiwanya. Berkal-kali Bima ingin coba mengakhiri hidup wanita itu. Tapi hari ini ia terkungkung kesedihan karna rasa bersalah. Sungguh luas dan pengasihnya Lara. Hanya karna dia kasian pada Ecca dan ibuk.
"Mas?" sapa Ecca, sontak saja lamunan Bima buyar. Ia menoleh pada adik bungsunya itu.
"Kenapa mas Bisa bebas? Mas tidak terbukti bersalah kan? Wanita picik itu dia terlalu munafik" ujar Ecca, Bima menghela nafas berat dan berkata.
"Dia mencabut laporan atas mas" singkat Bima, Mata Ecca membulat dan sedikit tersenyum simpul.
"Ya harus donk mas, orang dia sendiri murahan gitu. Aku gak yakin dia di tiduri oleh mas Bayu aja" ucapnya dengan memainkan mimik wajah jijik.
"Gak, ca. Maksud mas. Lara dia benar-benar orang yang berhati luas. Mas bisa saja mendekam di penjara seumur hidup karna pemerkosa'an dan coba pembunuhan bahkan 2 kali" lirihnya tertunduk. Mata Ecca membulat, berat ia coba getarkan bibirnya lagi bicara.
"Mm-maksud mas, Lara gak salah?" ucapnya terbata. Bima mengangguk, nafas Ecca sontak tersengal. Dengan gemetar Ecca berdiri.
"Mas, Ecca gak percaya punya kakak sangat keji begini! " ujarnya matanya tampak berkaca-kaca memandangi Bima.
"Lara berpesan, aku harus kembali padamu dan menjaga ibuk dengan baik" rintih Bima, Ecca juga tampak merintikkan air mata dan berlalu pergi kekamar.
Plak..
Bunyi pintu terhempaskan bayangan wajah polos Lara saat datang kesini dengan raut wajah sedih dan pucat, dengan lemah terangat sangat Ecca mendorongnya wanita itu hingga tersungkur, Ecca merintikkan air mata hebat membayangkan betapa jahatnya dia pada Lara.
Hiks hiks hiks..
Tangisnya bersimpuh di balik pintu.
                                                ***
"Tolong lakukan apa saja, aku percaya padamu. Demi aku aku akan bayar berapa aja asal kamu dapatkan alamatnya" ujar Bayu bicara pada kenalannya yang ada di kalimantan.
"Baik saya akan usahakan, tapi saya tidak janji bayu karna kalimantan bukan propinsi yang kecil" ujar seseorang di dalam telfon itu. Bayu berdecih pelan sembari melihat langit-langit kamar dengan mata yang berkaca-kaca. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, Bayu belum bisa tenang ini sudah seminggu tanpa kabar dari Lara membuatnya seperti orang tlah kehilangan Akal. Dengan wajah miris dan berdecih pelan. Ella masuk kedalam kamar dengan piyama tidurnya, ia coba tak menghiraukan Bayu yang tengah mencemaskan Lara. Wanita itu menarik selimut dan coba memejamkan mata. Namun karna tingkah Bayu Ella geram juga. Beberapa kali sibuk pada saluran telpon hingga membantingnya Ella kembali duduk dengan wajah kesal menatap pada Bayu. Walau tak di hiraukan Ella tetap memandanginya miris. Pria itu duduk membungkuk dengan bertopang siku dan mengusap wajahnya berkali.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini mas?" singkat Ella menohokkan pandangan datar padanya. Bayu diam tetap mengusap-ngusap dahinya.
"Kamu mengkhawatirkan wanita murahan itu, dan membiarkan Istri mu mengemis disini menunggumu di ranjang, tidak cukupkah semua ini mas? Kamu sudah keterlaluan. Wanita itu sudab pergi! Lantas apa lagi ha., aku disini aku siap melayanimu kapan saja!" bentak Ella berkali-kali. Bayu menoleh pada Ella dan coba menggetarkan bibirnya berucap.
"Jikalah aku hanya ingin hasrat, aku bisa saja dengan siapapun, kamu tau Ella aku mengkhawatirkannya, percuma ku jelaskan padamu kamu tidak akan paham" ujarnya beranjak kekamar Arumi. Ella mengepal jemarinya kesal.
"Kamu bahkan juga tak paham perasa'anku mas, bagaimana caranya membuatnya kamu mengerti kalo aku juga sangat tersakiti" lirih Ella merintih mengusap dadanya air matanya mengalir hebat.

                                          ***
Didalam rumah berdindingkan rotan dan berlantai tanah, Lara berbaring diatas dipan tempat tidurnya, Kedua adiknya juga tampak bertengker di atas dipan rumah kayu itu duluar tengah menonton saluran TV dari televisi butut yang mereka cicil sudah lama, Sesekali Lisa tampak memutar antena diluar karna mereka sangat ingin menonton chanel kesanyangan mereka.
"Lisa.. Ayo buruan nanti acara mba Ella berakhir. Aku ingin belajar lagi hari ini" teriaknya, Lisa juga tampaj fokus memperbaiki antene.
"Suati hari nanti aku juga pasti bisa seperti kak Ella itu, kalo untuk jahit aku belajar sama ibuk saja dulu" ujar Lisa yang tengah sibuk memperbaiki, mendengar ucapan kedua adiknya itu, Lara sedikit Beriyak dan melangkah pelan ke ruang utama rumah yang tidak besar itu.
"Eh kakak, kakak istirahat Aja. Kakakkan lagi sakit?" ujar Luna masih memantau layar Tv.
"Kalian mau nonton apa?"
"Acara Designer Ella itu lo mbak mau belajar bikin baju cantik" Lara tampak merekahkan senyum hangatnya.
"Udah belum dek?"
"Belooom..." sahut Luna, Lara menggeleng-geleng pelan sembari berdiri menuju TV dan dengan sigap.
Plak..
Bunyi Tv di pukul lumayan keras. Sontak TV menyala lagi dan layar yang buram sudah bisa di tonton mata Luna sedikit terbuka melihat Tv kembali nyala.
"Masih belum ingat ya.. Gimana cara memperbaiki TV yabg bermasalah" ujar Lara dengan senyum simpul, Luna tampak terkekeh.
"Heh iya aku lupa, TVnya kalau bermasalah digebukin baru bisa hidup lagi" ucapnya sambil tertawa lepas. Mendengar suara siaran TV sudah menyala Lisa turun kebawah.
"Lah.. Udah bisa padahal aku gak apa-apain" ucapnya, Lisa melirik Lara dengan tawa simpul. Kedua adik gadis Lara itu menyiapkan tempat duduk dan nyender di dinding kayu rumahnya.
"Semoga aja hari ini Ella shooting ama suaminya, aku ngefans banget ama Mas Bayu itu dia ganteng banget" ucap Lisa menghayal dengan merapatkan tangannya didagu
"Seandainya dia mau jadi pacarku" harapnya. Lara melirik kedua adiknya itu dengan menaiki alis.
"Iiiih.. Kalian ini kecentilan aja., emang mas Bayu itu mau apa sama anak-anak ABG macam kalian masih ingusan gitu!" ledek Lara lisa dan Luna tampak nyengir. Seketika berita terkini hadir sebelum memulai acara" belajar disign bersama mami Ella" dimulai.
"Aksi Suami Ella fransiska artis tenar yang baru saja naik daun suaminya mengegerkan dunia maya pada postingan dan vlog pribadinya di intsagram bahwa ia tengah merindukan kekasihnya, video yang berdurasi satu menit 15 detik itu mengirim pesan untuk Lara yang pergi meninggalkannya satu minggu yang lalu, berita ini heboh hingga menjadi trending topik di twiter" ucap presnter berita itu ketiga wanita didepan TV rongsok itu termangu. Luna dan lisapun masih nanar hingga chanel TV itu memutar Vlog instagran pribadi Bayu.
"Lara... Kamu dimana? Aku sudah lelah mencarimu aku mohon kembalilah, kamu tau kan bahwa aku sangat mencintaimu kamu jangan pergi" ucapnya merintih tertunduk kembali Bayu mengangkat lehernya dan menghapus air mata memandang mantap kearah kamera.
"Siapapun yang mendengar ini jika kalian mengenal Laraku aku sangat berterima kasih jika ada yang membantuku menemukannya dia sekarang  pulang kekalimantan sekitar satu minggu yang lalu. Aku sangat mengkhawatirkannya aku harap bisa dapatkan info dari kalian semua. Aku iingin Lara kembali" lirihnya tertunduk. Hingga chanel Tv itu sibuk dengan Putaran acarannya Lisa dan Luna menoleh pada Lara yang tampak merintikkan air mata melihat Bayu bicara dalam TV.
"Kak Lara?" desis mereka serentak menatap kakaknya nanar.

Lara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang