Semilir Rindu

442 14 0
                                    


Ditengah semilir angin yang sepoi, Menembus celah gorden dalam kamar pengantin baru Lara dan Bima.  Bima masih tetap terjaga mengelus perut Lara yang tadi sempat keram. Hingga sekarang lara sudah tertidur nyenyak ia masih menemani istrinya itu duduk ditepi ranjang perlahan ia tarik selimut dan menutupi tubuh Lara agar tetap hangat.

"Tidurlah sayang" desisnya mengkecup kening Lara lembut, dan beranjak menutup jendela. angin di luar sana cukup kencang tak baik jika Lara kena angin malam yang tidak sehat. Setelah memadamkan lampu Bima keluar dari kamarnya hendak mencari ibuk dan Ecca.  sepertinya mereka sudah pada tidur. pria itu berjalan kaki kedapur hendak menyeduh Kopi. namun langkahnya terhenti saat melihat berkas yang ada diatas meja di ruang tamu. sontak Bima putar balik dan menyambar kertas itu.

"Sertifikat kepemilikan tanah?" bisiknya membaca, Dengan lugas ia coba buka beberapa berkas dan surat itu.

"Bayu.. berikan padaku 70%? apa anak itu sudah gila!" geramnya, Bima coba membuka lipatan kecil yang terselip diantara beberapa berkas itu.

"Lanjutkan Kelola kebun karet ini Bima, Aku tidak ingin kembali lagi kesini untuk hal apapun lagi. aku ingin lupakan segalanya tentang rumah dan tempat ini. aku akan tagih bagianku tiap bulan. Selamat berusaha!" ucapnya, Bima menaiki alisnya dan coba bernafas lega.

"Baguslah.. setidaknya. aku tidak harus bersembunyi-sembunyi darimu menyembunyikan Lara" desisnya mengenggam berkas itu dan beranjak lagi kekamar.

                             ***
Bunyi cuitan kicau burung bergema di pagi hari itu, Lara terbangun dengan rasa sakit dan mual. setelah beberapa kali muntah pagi itu. Lara berdiam di ri dikamar mandi hingga rasa sakit dan mualnya hilang.

"Ra? kamu gak kenapa-napakan sayang?" teriak Bima, Lara nanar melihat muntahan Darah yang baru saja ia muntahkan. matanya berkaca-kaca. entah kenapa untuk pertama kalinya ia tidak mau berpikir untuk mati. ia ingin hidup lebih lama. setidaknya hingga bayi dalam kandungannya itu lahir. gemetar Lara mengelus perutnya hingga rintikan air mata itu mengalir juga.

"Tuhan.. berikan aku kesemptan untuk melahirkan. biarkan bayiku tetap hidup" rengek Lara bertopang badan coba berdiri dan menghidupkan kran.

"Lara?..." panggil Bima,

"Lar..-".

Trakt

" Sayang? ada apa?"desis Bima cemas, Lara tertunduk dan coba menggeleng.

"Tak apa mas, Aku baik-baik aja kok. hanya mual biasa. dengan sigap Bima membopong tubuh Lara. namun tubuh wanita itu melemah hingga ia Oleh. dengan sigap tubuh kekar Bima menggendongnya.

"Kamu yakin gak apa-apa sayang?"

"Iya mas, aku baik-baik saja" desis Lara bergelayut manja di bahu suaminya. matanya berkaca-kaca melihat suaminya merawatnya dengan baik. entah kenapa hati bodohnya masih merindukan Bayu. perlahan air mata Lara merintik.

"Mas... makasih kamu" ucapan Lara terhenti..

"kamu gak usah bicara apa-apa dulu! istirahat ya, aku akan menyiapkan air hangat untuk mandimu" jelasnya...

Bersambung...

Lara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang