Bab 25

6 1 0
                                    

~Jangan mudah mengumbar janji, kamu belum tentu dapat menepatinya karena hari esok tidak ada yang tahu~

Happy Reading!!

"Akh..."

Aku mengerang kesakitan ketika obat merah menyentuh luka disudut bibirku yang robek.Setelah menciumku didepan umum ia membawaku angkat kaki dari lapangan menuju taman belakang.Aku tidak tau mengapa ia memilih membawaku ke taman belakang daripada ke UKS untuk mengobatiku.Tetapi ia merawat luka ku dengan telaten.

Ia bahkan tidak bertanya alasan mengapa aku berkelahi atau memarahiku seperti yang dilakukan perempuan ke pacarnya yang hobi berantem dalam film-film romansa.ia justru berkata,"lain kali kalo berantem pastikan untuk tidak terluka atau aku akan memperparahnya," Aku hanya meringis mendengar perkataannya.sangat diluar ekspektasi bukan.

"Jadi ini pertama sekaligus terakhir kalinya aku mengobatimu chagiya, mengerti?" Tegasnya sembari membereskan kotak P3K.

"Kamu mengerti,chagiya?" Tanyanya ulang karena aku masih setia diam,enggan menanggapinya.

Aku bisa mendengar ia menghela nafas,"aku minta maaf karena mencium mu,aku tidak bisa memikirkan cara ampuh  untuk menghentikan mu selain itu," Aku menoleh menatap milea dengan tidak percaya.aku justru bersyukur ia mampu meredakan emosiku.jika saja aku kalap sudah pasti aku akan mendapatkan SP.

Milea beranjak dari duduknya,"aku pergi," ujarnya.aku menahan tangganya dan ia berbalik menatapku yang juga menatapnya.

"Kenapa.."aku melipat bibirku sebelum melanjutkan,"kamu tidak memakai pita yang ku pasangkan?" Tanyaku akhirnya sembari menghindari bersitatap dengannya.

"Ah..itu ikatannya terlepas sehingga aku takut itu akan terjatuh dan aku kehilangannya jadi untuk menghindari hal tersebut terjadi aku memutuskan untuk melepaskannya saja,"

"Benarkah kamu sendiri yang melepasnya?" Tanyaku sarkas. Sejujurnya aneh melakukan pembicaraan formal aku-kamu tapi entah kenapa aku tetap ingin melakukannya.

"Kamu melihatnya,bukan?" Tanyanya balik.aku memilih tidak menjawab dan aku baru menyadari tangan ku masih mencekal tangan milea jadi aku melepaskannya.

Milea menghela nafas lagi dan aku merasa terganggu mendengarnya,"aku sengaja memintanya melepaskannya karena seperti yang kamu lihat kedua tangan ku membawa setumpuk kertas,"jelasnya.tapi aku tidak bisa menerima penjelasan dia.

"Kamu bisa memintanya membawakan kertas-kertas itu dan melepas pitanya sendiri atau bahkan kamu bisa memperbaiki ikatannya sehingga tidak perlu melepasnya,"

Milea terkekeh pelan,"apa kamu sedang cemburu?" Melalui ekor mataku aku bisa melihat milea menatapku penuh selidik.

"Enggak sama sekali," bantahku tegas.meski dihati aku mempertanyakannya, benarkah aku cemburu?tidak mungkin aku hanya kesal hasil karya ku rusak.

"Benar untuk apa kamu cemburu, hubungan kita kan cuma pura-pura,"ujarnya santai.aku ingin menyanggah tapi itu benar adanya,hey bukannya dia tidak beranggapan begitu tadi siang?mengapa tiba-tiba menyetujui hal itu.

"Nah,bisakah kamu memasangkannya sekali lagi?aku janji tidak akan membiarkan siapapun melepaskannya apapun yang terjadi,"pintanya sembari memberikan pitanya kepadaku.

Aku menerima pita tersebut dan memasangkannya,"Jangan berjanji kamu belum tentu dapat menepatinya karena hari esok tidak ada yang tahu,cukup buktikan saja,"ucapku.

"NeeSonnim,aku akan berusaha memberi bukti yang terbaik," katanya riang sambil hormat padaku.

Aku tersenyum melihatnya,"terimakasih,"ujarku tulus.

My Absurd GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang