Persaingan Panas

3.1K 551 33
                                    

Berita simpang siur ngawur menghebohkan kembali datang dari Talita. Sejujurnya pekerjaanku hari ini cukup banyak menyita perhatian. Aku mungkin akan melewatkan berita itu atau kalau bukan Gab yang menyodorkan iPad-nya ke depan wajahku. Benar-benar nyaris membuatku mencium salah satu benda kesayangannya itu.

Mengaku Dekat dengan Keynan, Talita Siap Dilamar.

Talita Iskandar mengahadiri acara peragaan busana desainer internasional Kamila Jamal di Senayan (30/11). Acara tersebut merupakan peragaan busana pertama Kamila di Jakarta dan dihadiri oleh puluhan publik figur dan sosialita Ibukota. Talita memilih hadir pada hari penutupan acara yang diselenggarakan sejak hari sebelumnya.

Megenakan gaun merah gelap dengan riasan wajah minimalis, Talita berhasil mencuri perhatian media di red carpet. Talita tampak percaya diri walaupun datang sendiri.

"Iya kan nanti ketemu banyak teman di dalam, jadi nggak sendirian," jawab Talita ketika ditanya pasangannya pada acara itu. Talita pun tampak malu-malu ketika nama Keynan disinggung. "Iya memang ada beberapa kali ketemu, tapi nggak direncanakan."

Talita Iskandar telah beberapa kali tertangkap basah pergi berdua dengan Keynan. Berita terakhir, Talita dikabarkan hendak liburan bersama dengan beredarnya foto kencan model yang juga seorang pengusaha tersebut dengan Keynan di restoran bandara.

Talita pun menjawab bahwa dirinya sudah siap dilamar jika telah menemukan pasangan yang cocok.

Astaga Tuhan... cobaan macam apa lagi ini?

"Gue rasa udah waktunya lo go public, Fey," tekan Gab seraya menaruh tanganya dipundakku seakan memberi dukungan penuh dan meyakinkan.

Wajahku mengernyit menatap Gab. "Gue nggak mau ngasih spotlight ke media. Hubungan gue dan Keynan itu bukan konsumsi publik se-Indonesia raya."

"Jadi lo lebih senang kalau Talita yang jadi spotlight sebagai pasangan laki lo? Ih, gue sih nggak terima."

Aku mengembalikan iPad Gab ke meja kerjanya. "Lo tau olah raga yang paling melelahkan?"

"Apa?" tanya Gab penasaran.

"Panjat sosial," jawabku cuek. "Daripada bahas Talita mulu dan bikin dia makin terkenal dan itu nggak bikin kerjaan gue cepat selesai atau gaji gue nambah, mending lo bantuin gue cari alasan biar gue boleh cuti Kamis dan Jumat besok."

"Mau ke mana, lo?"

"Calon mertua gue di Jakarta dan persiapan pernikahan gue masih jauh dari kata rampung."

Aku mengembuskan napas melihat daftar pekerjaan dalam folderku. Rekor terakhir, aku melakukan delapan kali revisi karena suasana hati Pak Wisnu sedang tidak baik dan membuatnya rewel dengan meminta segala macam hal tak penting dimasukkan ke dalam laporanku.

Kuputuskan untuk menyudahi obrolanku dengan Gab. Aku harus mempersipakan diri demi memasuki ruangan paling panas di kantor ini. Ruangan mana lagi kalau bukan ruangan milik lelaki paling perfeksionis Wisnu Hendarko.

Pak Wisnu langsung menyahut begitu kuketuk pintu ruangannya. Lelaki itu tampak sibuk memperhatikan layar komputer dan ponsel bergantian. Sambil membawa map berisi lembar persetujuan cutiku, aku memasang senyum paling ramah dan berharap Pak Wisnu setidaknya... ya....

"Ada apa, Dafeeya? Bukan mau izin pulang, kan?" tanyanya dengan kaca mata melorot ke hidung. Jantungku serasa jatuh ke lantai seketika. Keringat mulai bercucuran.

"Nganu, Pak...," ujarku pelan-pelan seraya menyodorkan mapku ke hadapan Pak Wisnu.

Dengan tampang galak Pak Wisnu membuka mapku dan meneliti lembar pengajuan cuti yang kuajukan. Gawatnya, suasana hati Pak Wisnua sepertinya masih belum membaik sepanjang minggu ini. Entah mungkin bertengkar dengan istrinya. Pernah juga kudengar kalau anjing golden retriever kesayangannya di Surabaya hilang. Atau dicuri, ya?

The Great Teacher My FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang