Tiga Dua

19 11 0
                                    


______

"Tolong bilang ke gue ini hanya mimpi!"

-Elvira Marthin Siyah-

💦💦💦💦

"El lo udah sadar?" tanya lelaki kepada El yang sudah tertidur di blanker rumah sakit.

"Gue kenapa?" tanya El yang segera bangun dari tidurnya dibantu oleh lelaki yang ada di dekatnya.

"Lo tadi pingsan," ujar lelaki. El teringat kejadian tadi itu sebelum ia pingsan.

"Al dimana? Gue mau nemuin Al sekarang!!" ucap El berusaha bangkit dari blanker  itu, namun lelaki itu menahanya.

"El lo masih sakit, Al masih ada di ruanganya. Lo istrahat dulu," tahan orang itu  dengan mengengang tangan El

"Lepasin Rik!! Gue bilang mau pergi!!" ujar El melirik Erik dengan tatapan tajamnya. Erik mengerti dia tidak bisa memaksa untuk El berhenti. El segera turun dari blanker serta membuka infus di tanganya.

Dia berjalan tertatih, di ikuti oleh Erik di belakang. Langkah El berhenti di ambang pintu saat ia mendegar suara wanita berbicara menyebut nama Al. Tidak terlalu keras namun mampu El mendegarnya.

"Sejak kapan Anak saya punya penyakit itu Dok?" tanya wanita itu tak lain itu adalah Ara-mamanya Al.

"Saya kenal Al sudah hampir 3 tahun, 3 tahun itu juga Al sudah mengidap penyakit ini," balas Dokter itu namanya Alex

"3 tahun dok?" tanya Ara tidak percaya. Alex mengangguk.

"Saat itu, saya bertemu Al pingsan di halte masih menggunakan pakain putih biru. Saya kasihan lepas itu saya membawanya kerumah sakit dimana saya bekerja saat ini! Saya kaget saat mengtahui anak ini mengidap penyakit separah ini, ketika saya tanya orang tuanya dimana dia tidak menjawab dia hanya diam," jelas Alex. Ara yang mendegarnya sangat kaget. Hampir 3 tahun Al menderita melawan penyakitnya sendiri, serta tidak ada dampingan orang tuanya. Ara mengingat akan kejadian dimana Al tidak pulang semalaman karena habis dimarahin David sebab masuk ruangan Bk di sekolahnya. Ia ingat ketika ia menayai David, Al dimana? Ia bilang ia menurunkan Al di jalan dan menyuruhnya pulang sendiri. Ara tidak menyangka Al pingsan dan sampai masuk rumah sakit. Ara menutup mulutnya. Air matanya turun sangat deras. Penyesalan ia dapat sekarang. 

Sedangkan El dan Erik diam ditempatnya. El dan Erik berusaha mendegar lebih ucapan mereka lagi. Walau hati sesekali tergores.

"Apa Anak saya bisa sembuh Dok?" tanya Ara diisakan tangisnya.

"Saya tidak bisa berjanji. Tapi saya usahakan Al bakal sembuh, saya sudah menganggap Al anak saya sendiri," Ara masih terdiam di tangisanya. Ia sadar dia bukan orang tua yang baik bahkan orang lain saja lebih sayang dan peduli dengan Al sedangkan dia? Dia tidak tau apa-apa tentang Al.

"Ibu beruntung punya anak seperti Al. Dia anak baik, ia sering bantu saya menghibur anak-anak disini yang sedang sakit. Ia selalu ceria walau ia tau hidupnya seperti bom waktu, kapan saja bisa meledak. Al juga anak hebat, dia tidak ingin merepotkan orang lain dengan penyakitnya. Ia membayar sendiri pengobatannya, saat saya ingin membantunya dia menolak." Lagi-lagi Ara tidak bisa menahan tangisnya. Bukan hanya dia tetapi El juga tersungkur jadi kebawah dengan tangisnya.

What If i Told That ILY (TAMAT!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang