Part 15

786 136 40
                                    

That woman is very timidSo she learnt how to smileThere are so many things she cannot tell her closest friendThat woman’s heart is full of tears

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

That woman is very timid
So she learnt how to smile
There are so many things she cannot tell her closest friend
That woman’s heart is full of tears

Baek Ji Young - That Woman

Jarum panjang bergerak teratur, mengganti detik, mengubah menit, berganti jam. Gadis itu hanya duduk tertunduk dalam. Tubuhnya sudah lelah bersedih sejak kemarin malam. Wajahnya tidak sembab sama sekali yang justru membuat orang di sekitar kian iba. Gadis ini, mungkin sudah terlalu banyak menangis sebelumnya, hingga kini ia kelelahan dan enggan menangis lagi.

Usapan lembut di kepala memecah lamunan, ia menatap paras cantik di sampingnya. "Telpon saja, Hye." Wajah itu tampak sedih.

Hyein menggeleng pelan, "Dia akan datang jika aku memang penting." Perempuan di sampingnya kembali mengusap puncak kepalanya, menggenggam jemari Hyein yang semakin kurus.

"Berhenti memendamnya sendiri. Aku selalu siap menjadi tempatmu berkeluh kesah."

"Eonnie, aku baik-baik saja."

Taeyeon hanya bisa menghela napas, mengusap kepala gadis yang masih berusaha menyembunyikan sedihnya. "Jika ini menyakitimu, pergilah Hye. Tinggalkan dia." Ia tersenyum sendu.

"Apa itu yang eonnie lakukan dulu?"

Anggukan serta sorot mata Taeyeon cukup menjadi jawaban bagaimana ia dilukai dengan cara yang sama oleh Baekhyun. Perempuan sesempurna dan sebaik Taeyeon saja ia sakiti dengan mudah. Bagaimana dengannya yang tidak memiliki apapun selain harta yang menahan lelaki itu di sisinya?

Ia mendekat, mendekap Taeyeon yang tampak sama terlukanya. "Aku tahu rasa sakitnya, maka dari itu aku tidak mau kau merasakan sakit yang lebih dari ini."

"Eonnie masih mencintainya?"

"Tidak, tapi setiap kali mengingat masa lalu, sakit hati dan amarah masih terasa. Karena dulu, aku sangat mencintai dia."

Dekapan gadis itu mengerat, matanya memejam. Seakan ia mampu merasakan perasaan Taeyeon pada saat itu. "Jin Ae tidak pernah bisa pergi, dan terus menjadi bayang-bayang mengerikan dalam hubungan Baekhyun dengan gadis lain. Perempuan itu..." Taeyeon menghela napas, tidak bisa menggambarkan rasa bencinya pada Jin Ae.

"Nona, sudah waktunya pergi." Dave muncul dari balik pintu, lelaki itu baru saja kembali setelah meletakkan koper ke dalam mobil.

Jongdae yang sedari tadi membantu pekerjaan Dave mendekat, pada Hyein yang tengah bersiap. "Jaga dirimu, kabari kami setelah sampai." Ia mengusap surai Hyein perlahan.

"Aku akan menghubungi lewat Dave." Jongdae akan berkomentar, ketika melihat Tatapan pengertian dari Taeyeon. Ia mengangguk paham, Hyein membutuhkan waktu untuk dirinya dan menjauh dari rasa sakit sementara.

Mata Taeyeon berkaca-kaca ketika mengantar Hyein ke basement, memeluk gadis itu sekali lagi. "Tolong kembali dengan selamat. Aku menunggumu, Hye." Ia tahu tujuan Hyein pergi dari Yongjin, gadis itu sedang berjuang menahan sakitnya. Taeyeon mengerjap berusaha menahan air mata.

Hyein beralih pada Jongdae, mendekapnya menyelipkan selembar kertas di tangan lelaki itu. "Tolong sampaikan padanya." Pinta Hyein sebelum memasuki mobil, bergerak perlahan meninggalkan dua orang terdekatnya.

Ia berharap, bisa kembali.

***

Tersentak dari mimpinya, ia bangkit tergesa-gesa. Mengacak surai panik, seketika itu pintu terbuka menampakkan perempuan yang mengenakan kaos kelonggaran yang menutupi hingga setengah paha.

"Jam berapa sekarang?" Ia bergerak mencari ponsel di atas ranjang.

"Satu siang."

Sontah ia meremat surai gusar, "Lepaskan bajuku, Ae-ya." Ia memasang celananya terburu-buru.

"Kau mau pergi? Aku sudah memesan makanan." Protes Jin Ae.

Ia mendengus ketika Baekhyun tidak membalas ucapannya, "Baek, apa yang membuatmu gusar?" Ia menyentuh lengan Baekhyun, mengusapnya menenangkan.

"Hyein akan berangkat ke New York sore ini. Aku harus pulang."

Jin Ae melipat lengan di depan dada, menyiratkan ketidak sukaan. "Untuk apa?" Ia menggigir bibir kesal, "Biar saja dia pergi, itu bagus untuk kita."

Ucapannya sukses membuat Baekhyun berbalik, menatapnya penuh ancaman. "Kau tidak pantas memintaku mengabaikannya! Bagaimanapun dia tunanganku! Aku memperingatkanmu, Jin Ae! Jangan pernah memintaku menjauh darinya!" Langkah Baekhyun mendekat membuat Jin Ae mundur perlahan, Baekhyun tidak pernah terlihat semarah ini.

Dalam sekali sentakan, Baekhyun melepas kaos yang terpasang di tubuh Jin Ae. Ia melempar gaun tidur pada perempuan itu. Kemudian beranjak terburu-buru sembari mengenakan baju.

Lalu lintas cukup lancar, namun tak mengizinkannya mengendara dengan kecepatan tinggi. Dengan gusar ia mendial nomor Hyein berkali-kali. Namun, hasilnya nihil. Ponsel gadis itu dalam keadaan mati.

Hampir satu jam waktu yang ia perlukan untuk sampai di apartemen. Baekhyun berlari cepat, menaiki lift, memasuki unitnya. Saat pintu terbuka, ia menemukan Jongdae dan Taeyeon yang duduk di sofa ruang tengah.

Keduanya menatap Baekhyun tajam. Lelaki itu baru akan membuka suara ketika Taeyeon melangkah maju mendaratkan satu tamparan keras di pipi kiri.

"Bajingan!" Tuturnya geram lantas berlalu menyisakan Jongdae.

Tanpa berkata apapun, Jongdae mendekat. Mengibaskan sepucuk surat di depan wajahnya sebelum meletakkan di atas telapak tangan Baekhyun.

Dan Baekhyun tahu, dia sudah terlambat.

Dia sudah mengecewakan Hyein.

***

Pendek ya? Hehe

Be With You [BBH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang