Part 26

427 79 33
                                    

Ruang sunyi berhias denting jarumjam memutar waktu melewati jatum panjang menariknya melewati menit-menit dimana dua manusia berbeda gender sibuk dengan duanianya. Lelaki yang duduk di atas sofa sibuk membalas pesan membahas pekerjaan yang akan satang dua hari kedepan. Sementara gadis pucat di atas brankar menatapnya lurus.

Usai rampung dengan pembahasan mengenai konsep acara dan jadwal tampilnya, ia mengalihkan pandamg pasa si gadis hingga pandangan mereka bertemu. Untuk beberapa saat gadis itu masih menatapnya lusur tanpa seulas semuny yang biasa ia lontarkan tiap kalo bertemu lelaki ini. Kemudian ia tersenyum mendapati pertanyaan dari lelaki itu.

"Ada apa, Hye?"

Gadis itu, Hyein menggeleng pelan lantas menampilkan senyumnya lagi. Ia memandang pada jemari yang kian megurus dan bertanya pelan.

"Apa cintamu itu benar-benar ada, oppa?" Ia bergumam.

Namun ruangan yang sepi membuat Baekhyun mampu menangkap pertanyaan dari gadis itu. Ia beranjak dari dudukbya kemudian mendekat pada Hyein dengan kernyitan dalam di dahi. Ada yang aneh dari gadis ini sejak ia datang pagi ini, Baekhyun tentu menyadari. Tapi ia memilih untuk tidak bertanya, jila Hyein tidak menceritakannya sendiri.

"Ada apa dengan pertanyaanmu? Mengapa kau perlu mempertanyakan ini sementara kai tahu jawabannya?" Baekhyun megusap pipi tirus gadisnya kemudian mendaratkan kecupan ringan di sana.

Hyein hanya tersenyum, merentangkan tangan meminta Baekhyun masuk ke dalam dekapannya. "Bolehkah aku meminta pelukan?" Jelas saja Baekhyun segera medekap gadis kesayangannya. Membiarlan Hyein menghindu aroma tubuh miliknya.

"Besok kau akan pergi lagi, kau terlalu sibuk belakangan ini. Tolong jaga kesehatanmu."

"Maafkan aku, waktu kita bwrkurang banyak. Tapi aku tidak bisa berbuat apapun, semua jadwalku sudah diatur sejak lama dan aku tidak bisa membatalkannya sesukaku. Kau tahu... Karena kontraknya."

"Hm... Tolong makan dengan baik, jangan lupakan tidurmu."

"Tentu, aku tidak akan membuatmu cemas."

"Operasinya..."

"Minggu depan, aku sudah tahu." Lelaki itu endekapnya kian erat, "Jadwalku sudah diatur, minggu depan jadwalku hanyanya menemanimu."

Baekhyun bisa merasakan Hyein mengangguk dalam dekapannya.

Sungguh, Baekhyun berharap waktu akan bergerak lambat. Ia velum siap membiarkan Hyein memasuki ruang operasi, membiarkan Hyein berteruh nyaqa sendirian. Memasrahkan hidup untuk kemungkinan kecil akan kesembuhannya.

***

Dan waktu tidak juga memihaknya. Waktu berjalan cepat menyeretnya menerima kenyataan melihat gadis yang ia cintai berbaring lemah di atas brankar yang berjalan menuju ruang dingin tempatnya berjuan antara hidup dan mati.

Kedua orang tua Hyein memaksakan senyum, meski gudah menyergap tanpa ampun. Mencegah genangan air mata membasahi wajah senja mereka, begitupun Taeyeon dan Yongjin. Lelaki nakal yang kerap mengusik adik kecilnya itu mengecup pelan jemari Hyein, menampilkan senyumnya pula.

Itu semua atas keinginan Hyein yang didengar dan di sampaikan oleh dokter Lee. Jika saja saat akan memasuki ruang operasi adalah saat terakhirnya, Hyein ingin melihat dan mengingat senyum semua orang yang ia kasihi untuk terakhir kalinya. Harapan kecil yang terasa berat mereka lakukan saat ini.

"Oppa..." Panggilnya pada Baekhyun yang sedari tadi berdiri dibelakang Yongjin dalam diam. Mengulurkan tangan meminta Baekhyun mendekat.

Jemari itu terasa dingin kala menyentuh wajahnya, "Dimana senyummu?" Gadis itu bertanya. Baekhyun mengecup dahi Hyein lamat dan mengecup binir pucatnya.

"Berjanjilah untuk kembali padaku."

Sontak saja Taeyeon yang sedari tadi berusaha ikut tersenyum pada Hyein membalikkan tubuh mengusap air mata. Bagaimana tidak? Hyein sudah menunggu lama untuk cinta Baekhyun, dan ketika lelaki itu mencintainya, mereka terjebak dalm situasi yang memaksa mereka pasrah pada takdir.

Yongjin mendekap kekasihnya, sementara matanya mengikuti laju brankar yang membawa Hyein hingga menghilang di balik pintu. Mereka sudah mnahannya terlalu lama.

Maka, saat pintu tertutup dan lampu pertanda operasi berlangsung menyala, tangis mereka pecah. Terlalu takut jika saja Tuhan menginginkan gadis periang itu kembali.

Hanya mampu berdoa agar Tuhan berbaik hati mengabulkan permintaan mereka.

***

Hallo it's been a very long time.
Lama banget ga up cerita ini, beberapa kali aku coba tapi memang ga bisa nulis. Ga tau apa yang terjadi. Selama ini menulis itu merupakan hiburan buat aku, baca komentar kalian bikin aku semangat.

Tapi belakangan menulis justru menjadi beban, aku berhenti melakukan semua hobi, dan aku yang dulunya ga bisa tanpa musik, kadang jadi benci denger musik. Aku tahu ada yang salah sama diriku.

Dan setelah mencoba sembuh, aku jadi sadar, ini efek dari denial. Terlalu sering memungkiri keadaan aku yang ga baik-baik aja. Sesakit apapun aku disakiti, aku selalu bilang gapapa dan memaafkan terus bertingkah seakan ga terjadi apa-apa. Padahal dalam diriku ga bisa menerima, aku sakit dan marah cuma aku aja yang ga sadar kalau mentalku udah berdarah2. Jadi aku belajar untuk lebih mencintai diriku sendiri. Menerima dan belajar mengakui kalau aku ga baik-baik aja. Juga menerima emosi yang aku rasakan.

Dan yah, sekarang aku mencoba memberanikan diri muncul lagi. Hehe

Malah curhat kepanjangan😅

Mohon maaf lahir dan batin ya chingu, semoga sehat selalu untuk kalian.

Be With You [BBH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang