Part 17

792 124 30
                                    

Jam berdenting berganti memutar waktu, hari demi hari mengganti minggu. Begitu waktu berlalu dengan angkuh memupuk gelisah dalam hati bergelayut dosa.

Pengkhianat ini kian membenci dirinya setiap saat, kala paras perempuan lain mengisi harinya tanpa mampu ia berhenti. Kelemahan hati serta godaan nafsu telah mengalahkannya. Hingga malam yang biasanya indah berhias canda bersama gadis yang ia ikat dalam janji, kini dipenuhi rasa bersalah.

Sudah dua minggu ia kehilangan, jiwanya kian kosong. Hyein pergi menyisakan secarik kertas bertulis kekecewaan, kemudian enggan berkabar.

Kemarahan Hyein terlalu mengerikan, dan Baekhyun ketakutan. Meski tanpa cinta, ia tidak pernah membayangkan perpisahan. Hyein bagaikan udara segar ditengah hidup yang menghimpitnya menyesakkan.

Bagaimana kabarnya kini? Apa tidak ada setitik rindu yang mampu menggerakkan gadis itu untuk sekedar menyapanya?

Ia tidak munafik bahwa rindu tengah bergelayut dalam kalbu. Bayang senyum manis gadis ceria terus saja mengusik benak, setiap sudut ruang telah dipenuhi kenangan menyebabkan rindu semakin nyata terasa.

Kini, sepasang netra hanya mampu memandang paras yang terekam dalam jejak media. Tersenyum lepas menatap kamera kala angin menerpa gaun indahnya di bibir pantai, "Ck! Kenapa harus memposting foto ini?" Ia dongkol dalam hati, mengirim pesan penuh kecemburuan melalui pesan pribadi setelah mendapati banyaknya lelaki memuji paras rupawan gadisnya.

Foto yang baru Hyein posting dua jam lalu mengganggunya, ia merasa tidak senang gadis itu memamerkan kecantikan.

Sedang di Benua lain, Taeyeon menghela napas. Hampir saja ponsel di tangannya ia lempar ke tong sampah jika tidak ingat bukan miliknya. Yongjin yang baru tiba dengan dua gelas americano, mengerut heran.

"Ada apa?"

Gadis itu menggeleng, lantas menyandarkan kepala yang terasa berat di pundak Yongjin.

"Kenapa kita harus melakukan ini?" ia bertanya seelah cukup lama menikmati kenyamanan dalam dekap lelakinya.

"Hyein tidak ingin Baekhyun tahu keadaannya, hanya ini yang bisa kita lakukan."

Pandangan Yongjin menerawang menatap langit mendung. Beberapa jam yang lalu, ia dan kekasihnya sibuk mencari foto lama milik Hyein untuk di posting di media sosial. Seperti keinginan Hyein, ia akan menyembunyikan keadaan Hyein dari mata Dunia, terutama Baekhyun.

"Dia harusnya tahu." Taeyeon menegakkan tubuhnya menampilkan raut mengerut tidak setuju.

Dengan sabar, Yongjin kembali membawa tubuh Taeyeon dalam dekapan dan mengecup puncak kepala gadisnya. "Keputusan Hyein tidak bisa diganggu-gugat, aku sudah mencoba berbicara padanya dan dia tetap bersi keras." lelaki itu tersenyum melihat wajah tidak puas Taeyeon. "Kenapa dengan wajahmu?"

Taeyeon menggeleng pelan, netranya terfokus pada pintu ruang yang membatasinya dengan adik kekasihnya. "Kapan kemoterapinya selesai?"

"Sebentar lagi."

"Dia pasti kesakitan."

Genggaman Yongjin mengerat, "Ya, dia kesakitan." napasnya serasa tercekat.

Gadis itu menelisik raut Yongjin, hatinya berdenyut mendapati kesedihan di sana.

Bajingan itu harusnya tahu, Hyein sedang berjuang bertahan hidup ketika ia sibuk berselingkuh.

***

Wajah pucat Hyein menyambut kala Jeekwan memasuki ruang rawat. Pria paruh baya itu mengerut menatap putrinya yang tidak lagi mengenakan pakaian rumah sakit. Minjung mendekat dengan wajah masam.

"Tolong bujuk putrimu untuk tidak pulang ke Seoul besok."

"Ayolah bu, aku harus kuliah. Sudah hampir satu bulan aku tidak masuk, aku yakin sebentar lagi aku akan diberhentikan." Gadis itu merengek.

"Tapi kesehatanmu lebih penting!" Minjung bersedekap sebal, putrinya terlalu keras kepala.

"Kau tidak harus terburu-buru, sejak awal pihak kampus sudah tahu keadaanmu. Selama kau bisa mengejar ketertinggalan, itu bukan masalah besar." Timpal Jeekwan.

Yongjin yang sedari tadi diam memperhatikan, menghela lelah. Dia sudah membujuk adiknya sejak kemarin, tapi Hyein masih pada keputusannya. "Pasti ada alasan lain, jujur saja." Ia melirik pada Taeyeon yang membantu adiknya berkemas, mendapati gelengan pertanda gadis itu juga tidak tahu-menahu.

"Apa ada hubungannya dengan tunanganmu?" Tebak Yongjin tepat sasaran, karena Hyein terlihat gelagapan. "Dia mendesakmu kembali?"

"Bukan, aku terlalu lama menghilang. Mungkin sebelumnya aku bisa memakai alasan kekesalanku, tapi ini sudah terlalu lama. Dia bisa curiga."

"Tapi nak, ibu bisa menghubungi Baekhyun agar kau bisa di sini lebih lama."

"Aku tetap harus kembali, empat hari lagi Baekhyun berulang tahun." Akhirnya ia menyerah menyembunyikan alasannya kembali ke Seoul.

"Astaga..." Yongjin menggeleng tidak habis pikir, "Kau benar-benar sedang jatuh cinta."

Jeekwan dan Minjung beradu pandang, kemudian menghela napas. Mungkin sebaiknya mereka menikahkan Hyein dan Baekhyun secepatnya. Sementara Taeyeon menatap Hyein sedih, seandainya Baekhyun tahu bagaimana Hyein selalu menjadikannya prioritas.

"Kau ingin memberinya kejutan?" Hyein mengangguk sembari tersenyum lebar.

"Baiklah, kau bisa berangkat. Dengan syarat Taeyeon akan tinggal bersamamu sampai kau kembali tinggal di apartemen Baekhyun. Dave akan tetap mengawasimu." Tatapannya beralih pada Taeyeon, "Kau tidak keberatan, kan nak?"

"Aku akan senang jika Hyein mau tinggal denganku, ayah."

Minjung tersenyum mengusap lengan Taeyeon sayang, sorot matanya mengungkap banyak terima kasih kepada kekasih putranya itu. Hyein tampak girang mengecup pipi kedua orang tuanya, dan Taeyeon hanya mamou menghela napas. Semoga, semoga saja gadis ini tidak kecewa lagi.

***

Hai, aku baru update lagi setelah sebulan lebih.
Maaf ya, lama. Sehari setelah aku update part 16, abang kandungku meninggal dunia dan dia abangku yang paling dekat sama aku. Pembacaku yang ngikutin dari my EX atau Hurt Me pasti tau orang tuaku juga udah ga ada. Dan ya, aku rasanya ga bisa nulis. Perasaanku lagi kacau banget, aku berusaha untuk terus ngelanjutin cerita walaupun rasanya masih berat.
Sekali lagi, maaf ya. Aku usahakan update lagi malam ini atau besok. Makasih ^^

Be With You [BBH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang