Epilog

394 62 5
                                    

Memang kita telah lamaNamun apalah artinyaCinta tapi tersiksaTakkan nyaman jalannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang kita telah lama
Namun apalah artinya
Cinta tapi tersiksa
Takkan nyaman jalannya

Ziva - Pilihan Yang Terbaik

Hiruk pikuk kota New York masih ramai beriring kerlap-kerlip caraya penerangan meramaikan malam menyambut datangnya bulan baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiruk pikuk kota New York masih ramai beriring kerlap-kerlip caraya penerangan meramaikan malam menyambut datangnya bulan baru. Billboard berdiri tegak menampilkan public figure terpanas bulan ini, idol terpopuler pada musim semi berkat single terbarunya yang berjudul Bambi. Sebuah mahakarya yang menampilkan sisi lain dari sang idol, hingga jumlah fans bertambah pesat.

Alunan musik melantun indah menjadi latar suara khas idol pria itu, diiringi pergerakan layar Billboard menampilkan ucapan selamat ulang tahun pada lelaki yang kini berusia 29 tahun.

Sementara, seorang gadis menatap layar dengan mata teduh, senyumnya mengembang lebar bersama kedua netra berbinar. Ia memperbaiki letak topi rajut, lantas mengeratkan mantel pada tubuh kurusnya. Tangan kanannya melambai pada pria tegap bertubuh besar khas keturunan eropa.

“Nona Hyein.”

Senyum tipis menghias wajah kaku Dave, ia menekuk lengan agar nona mudanya leluasa berpegangan padanya. Pria itu menatap layar besar di hadapan mereka sejenak, dan kembali menelisik raut nonanya yang tampak tersenyum tanpa beban. Menyadari itu, Hyein terkekeh pelan. Paham benar maksud dari tatapan itu.

“Dia memang seharusnya di sana, Dave.”

Kembali ia melempar tatapan pada layar besar. Sudah satu tahun, lelaki itu juga pasti sudah terbiasa tanpanya. Mereka telah melangkah maju, meski berada di jalan berbeda. Mereka akan bahagia.

Hyein mengakui bahwa ia masih mencintai lelaki itu. Aneh memang, ia memilih pergi ketika lelaki itu dengan lantang mengucap kata cinta untuknya. Tapi hati itu hanya terlalu rumit, sebesar apapun ia mencoba bersama dengan lelaki itu, yang tersisa hanya kecurigaan, rasa cemburu dan tidak percaya yang terus menghantuinya. Ketika ia membuka mata, hal yang pertama kali ia ingat adalah kenangannya dengan lelaki itu. Bertingkah seakan lupa, berharap ia akan benar lupa ada kenangan pahit dan menjalankan hidup bahagia yang ia impikan bersama Baekhyun.

Hyein terluka oleh pikirannya sendiri, kecurigaan dan ketidakpercayaan itu menghancurkan dirinya. Dan mungkin suatu saat, Baekhyun juga akan terluka olehnya. Hyein tidak pernah berhenti mencintai lelaki itu, ia hanya berhenti menyakiti diri.

***

1 month before break up

Hyein memandang layar ponsel menampilkan wajah samar lelaki berjaket hitam yang tak asing tengah bercakap serius dengan seorang perempuan berparas rupawan yang jelas sangat ia kenali. Rautnya tampak tenang mengamati gambar demi gambar yang tertangkap kamera, meski hatinya bergemuruh hebat.

“Kau hanya menyakiti hatimu saja. Kau tahu itu, kan?"

Ia menatap lelaki berparas tegas yang duduk di sisi brankar. Gerak tubuhnya jelas menampakkan helaan napas berat. Dan gadis itu hanya mampu menunduk menelan ludah kelat, semakin hari ia semakin tersiksa dengan kegilaan ini.

“Menyewa orang untuk memata-matainya selama berbulan-bulan tidak akan membuatmu tenang, Hye. Kau hanya melukai dirimu.” Hyein tahu itu, tapi ia selalu merasa butuh memastikan kejujuran Baekhyun dan menuntaskan kecurigaan bahwa Baekhyun kembali menduakan dan menyakitinya.

“Dia bahkan dengan jelas meminta izinmu untuk menemui perempuan itu, dan mengakhiri hubungan dengan benar.”

Satu persatu bulir air mata berjatuhan membasahi layar ponsel. Ia menatap lagi layar yang kini menampakkan perempuan itu tengah berada dalam dekapan seorang lelaki bermantel abu.

“Kau hanya perlu mengatakan apa yang sesungguhnya kau rasakan, kenyataan kau mengingat semuanya dan masih terluka akan hal itu. Kau bisa melarangnya menemui perempuan itu. Baekhyun akan melakukannya, dia akan melakukan apapun untukmu, Hye. Kau tahu benar itu.”

Bahunya bergetar hebat, bertanya-tanya pada diri. Apa yang sesungguhnya sedang ia lakukan? Semua kecurigaan ini justru menyakitinya, sedangkan Baekhyun berusaha jujur tanpa menutupi apapun lagi darinya.

Apa yang ia curigai sedangkan Baekhyun mencoba memperbaiki apa yang telah mereka rusak?

Baekhyun hanya mengembalikan Jin Ae pada suaminya.

Tubuhnya menghangat dalam dekap menenangkan. Membuat air matanya kian deras.

“Chen oppa, apa yang sudah aku lakukan?”

“Cobalah mempercayainya sekali lagi, dan berhenti saling menyakiti.”

Kembali percaya setelah dilukai begitu dalam tidak akan mudah, sedang ketidakpercayaan dalam hubungan hanya akan menyakiti keduanya dan mereka berdua mengetahui itu.

Deham keras terdengar dari arah pintu, lelaki bermata sipit mendekat melirik sinis pada sahabat karibnya sebelum melerai dekap dan menarik gadis yang ia akui sebagai kekasih sedari gadis itu terbangun dan melihatnya lagi untuk kali pertama.

"Apa yang membuatmu mendekap perempuanku seerat itu disaat istrimu baru saja melahirkan?" Mulut nyinyirnya bersuara.

"Aigo...Dia hanya mengingat masa lalunya sepintas, dan menangis. Aku hanya menenangkannya." Jongdae berucap santai sembari melihat ponsel, ia tidak terbiasa berbohong pada lelaki di hadapannya.

Sementara Baekhyun menatap Hyein cemas, matanya memancar ketakutan yang hampir tak ketara jika saja Hyein tidak benar-benar mengenal lelaki ini.

Jongdae benar, hubungan ini membuat mereka menderita. Baekhyun dengan ketakutan akan ingatan buruk Hyein ketika mereka bersama, dan Hyein yang takut kembali disakiti. Mereka tidak akan pernah bisa menjalani hubungan dengan benar.

Dalam terang cahaya lampu ruang bernuansa putih, Hyein menatap lurus pada lelaki yang bersemangat menceritakan pertemuannya dengan Jin Ae dan suaminya. Kebahagiaannya berhasil membuat mereka mau mencoba mempertahankan pernikahan dan usahanya memperoleh maaf dari pria yang sudah ia rusak pernikahannya.

"Apa kau tidak menyesalinya, oppa?" Gerakan Baekhyun yang hendak menyuapi makan malam Hyein terhenti, lelaki itu menatapnya dalam.

"Kau mencintai Jin Ae untuk waktu yang lama, saat itu bisa saja kau meminta pria itu melepaskan Jin Ae untuk bersamamu." Perempuan bodoh ini sedang mencoba menyakiti hatinya untuk kesekian kali.

Senyum yang Baekhyun tampilkan sesungguhnya begitu tulus dan lembut, tapi dimatanya senyum itu tampak palsu dan menyedihkan.

"Aku sudah memilikimu, jadi aku tidak butuh yang lainnya." Dan Hyein hanya tersenyum tipis.

Ya, dia tetap tidak bisa mempercayai Baekhyun.

Hyein mengusap wajah Baekhyun yang kini tertidur pulas di atas brankar sembari mendekapnya, netranya berkaca mengingat betapa ia mencintai lelaki ini sebagai idola, dan sebagai seorang pria.

Besarnya cinta yang ia punya tidak berubah, tapi rasa yang ia punya sudah berbeda.

"Oppa, ternyata aku tidak bahagia."

Be With You [BBH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang