1.0

1K 62 1
                                    

Dan Ara sekarang sedang menunggu kertas selembaran itu difotocopy, jarak sekolahnya memang tidak jauh dari SMA Wijaya.

Ara memperhatikan was-was gedung sekolah Wijaya, takut apabila anggota Atrax melihat dirinya. Dahi Ara mengkerut dalam saat melihat Bara membonceng Vely.

"Jadi selama ini Bara anter Vely? Kenapa aku gak ngenalin? Jadi bener Vely yang aku pikirkan selama ini, Vely sepupu aku?" Gumam Ara pelan.

Ara melihat motor Bara terparkir agak jauh dari pagar SMA Wijaya. Ara hanya bisa melihat tanpa mendatangi. Ara ingin menangis namun ia tahan mengingat dirinya sedang berada ditempat umum. "Pak, bisa lebih cepet?"

"Sabar neng, seratus lembar banyak, enggak sedikit." Ucap tukang fotocopy.

Ara menggigiti kuku jarinya melihat kedatangan Vely, ia meneguk salivanya. "Ngapain lo disini?" Tanya Vely, melipat kedua tangannya dan memandang Ara sombong.

"Cuma mau fotocopy."

"Cuma fotocopy atau emang caper?!"

"Fotocopy aja, abis ini aku juga langsung balik ke sekolah. Aku gak ada niat apapun."

"Lo liat tadi gue dianterin siapa? Lo iri' kan?"

"Aku emang iri sama kamu yang dianter Bara, tapi aku yakin Bara pasti punya alasan."

Vely memandang remeh Ara dari atas sampai bawah. "Apa bagusnya sih lo? Gue jauh lebih cantik, jelas Bara akan milih gue."

"Kamu mungkin emang cantik secara fisik dan jauh di atas aku, tapi apa hati kamu juga cantik?"

Vely menatap Ara tajam dan menunjuknya. "Lo?! Berani banget ya!"

"Permisi, nih neng." Ucap tukang fotocopy memecah keributan mereka dan memberikan seplastik besar berisi kertas pada Ara.

Ara menerimanya dan memberikan uang, setelah itu tanpa berbicara lagi dengan Vely ia langsung pergi. "Sial! Awas lo Ra, udah berani sama gue!" Ucap Vely kesal.

°°°°

"Bara!" Panggil Nisa pada Bara yang sudah ingin melangkahkan kaki menuju warung pak kumis.

"Nih, dari Ara." Ucap Nisa tanpa mau basa-basi dan memberikan bekal itu pada Bara.

"Gue gak mau."

Nisa memutar bola mata. "Terima aja kek, ini juga dari pacar lo. Niat dia baik, pengen baikan sama lo."

Nisa menarik paksa tangan Bara dan menaruh kotak makannya di sana. "Tugas gue udah selesai, terserah mau lo makan, buang, kasih orang, terserah!"

Bara menatap malas kotak bekal berwarna pink di tangannya. "Emangnya gue anak kecil!"

Saat Bara ingin membuangnya ia teringat akan teman-temannya yang suka makan. Bara membawanya menuju warung pak kumis.

"Wih! Bara suka yang emping-emping nih." Ledek Emil melihat kotak bekal berwarna pink itu.

"Nih, buat lo pada."

Bara menghiraukan ledekan Emil dan menaruh kotak bekal itu ditengah-tengah mereka. "Lo buat, beli, atau dikasih orang?" Tanya Rendy yang hari ini sudah masuk.

"Buat? Wahahaha. Mana mau dia." Ucap Satria tertawa puas.

"Pasti dari fans lo, ya Bar?" Tanya Erland yang sudah membuka kotak bekal itu.

"Wih, roti bakar rasa coklat. Kesukaan lo nih Bar, lo gak mau?" Tanya Emil yang sudah mencomot.

"Itu dari Ara." Ucap Arsen tiba-tiba yang baru datang.

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang