1.8

960 62 3
                                    

Sekarang Ara sedang berada di UKS bersama Vico, Ara sedari tadi celingak-celinguk menatap pintu UKS berharap Bara akan datang. "Lo nunggu Bara?"

"Hm, Bara kemana?"

"Gak tau, tadi tiba-tiba ngilang. Sini gua kompres pake es batu." Ucap Vico.

"Harus kamu? PMR yang lain gak ada?" Vico terkekeh.

"Kenapa si? Lo gak mau gue obatin? Gue ini temen sekelas lo sekaligus sahabat Bara, gak usah sungkan sama gue."

"Bukan gitu." Ucap Ara, matanya bergerak gelisah.

"Mau gue panggil PMR lain? Mereka masih istirahat kali, Ra."

Ara menahan Vico yang hendak pergi. "Ya udah kamu aja."

"Gimana? Gak ngerti gue." Ucap Vico, sengaja meledek.

"Ya udah, kamu obatin aku."

"Nah gitu dong, good girl." Vico mengacak rambut Ara dan mulai mengambil handuk kecil yang untuk membungkus es batu.

Vico menahan kekesalan sedari tadi, ia tidak tega melihat Ara merintih kesakitan akibat ulah Bara. Vico mencoba mengobati Ara pelan-pelan. "Boleh tau, kenapa tadi Bara berantem?" Tanya Ara.

"Biasa, Bara udah ngomong kalo Viktor cari anggota baru?"

"Anggota baru? Buat apa?"

"Oh, lo belum tau ya? Sebenernya gue yang ngusulin si, tadi istirahat kita niatnya mau liat siapa yang pemberani di sekolah ini. Dan tadi adek kelas, bersikap songong. Padahal kita udah ajak baik-baik tapi dia gak mau. Mendinglah kalo bilang gak mau doang, tapi dia ngejelek-jelekin Viktor."

Ara mengangguk mengerti. Ia menyadari bahwa Bara tidak terbuka padanya. Ara tau bahwa Bara hanya pacarnya, tapi setidaknya tidak bisakah Bara bercerita sedikit? Kenapa dia harus tau dari orang lain? Segitu tidak pentingkah dirinya dikehidupan Bara?

°°°°

Bara baru mendatangi warung pak kumis setelah jam pelajaran usai, padahal anggota Viktor yang lain sudah menunggu kehadirannya sedari tadi. Bara yang melihat tatapan teman-temannya berbeda memilih tidak menghiraukan.

"Pak, pesen mie kuah satu." Ucap Bara.

"Siap tong." Ucap pak kumis.

"Lo kemana Bar?" Tanya Vico lebih dulu.

"Rooftop." Jawab Bara.

"Lo kenapa kesitu? Gak inget abis mukul Ara?" Ucap Vico.

"Ara nya aja kali, udah tau ada orang berantem kenapa berdiri ditengah-tengah, ya kena pukul lah." Ucap Satria.

"Dia cuma ngelerai, lo mending diem Sat." Ucap Erland.

"Kalian pada kenapa si? Kayak cewek pms, marah-marah mulu dari tadi." Ucap Emil.

"Gue gak ngerti Bar, lo abis mukul cewek lo dan lo justru gak merasa bersalah sama sekali. Minta maaf aja enggak." Ucap Rendy menghiraukan Emil.

"Itu gak sengaja." Ucap Bara.

"Udahlah, gak usah lo semua ngasih tau dia. Percuma, dia gak ada rasa manusianya dan mungkin gak punya hati." Ucap Erland penuh penekanan.

Ucapan Erland jelas membuat emosi Bara memuncak, ia berdiri dan menarik kerah baju Erland. "Dari tadi lo nyindir gue,  gue gak mau basa-basi. Lebih baik kita selesain sekarang juga!"

"Apa-apaan sih kalian berdua! Kayak anak kecil." Ucap Arsen mencoba melerai.

"Emangnya gue takut sama lo?!" Ucap Erland menantang.

"Bar, ayo Bar. Pergi dari sini sama gue, ayo!" Ucap Vico menarik Bara keluar dari warung.

"Eh, tong! Mie nya gimana ini?!" Ucap pak kumis.

"Sini pak buat saya aja." Ucap Emil cengengesan.

Ditempat lain Bara dan Vico sedang duduk disebuah kafe. Vico yang membawanya. "Lo ada masalah sama Erland?"

Bara diam, tidak menjawab. "Bar, cerita sama gue. Gue sahabat lo, kita udah kenal lama."

"Gue tau, tapi gue gak mau."

"Susah ya, ngomong sama manusia keras kepala kayak lo." Ucap Vico.

"Lo yakin setelah gue cerita lo akan memihak gue?" Tanya Bara.

"Itu urusan nanti, lo cerita aja dulu."

Bara tersenyum tipis. "Jawaban lo enggak membuat gue percaya. Nanti lo juga akan tau."

"Apaansi Bar? Jangan main teka-teki kayak gini. Tinggal cerita, ribet lo."

"Gue sama Erland —"

"Bara." Ucap seseorang sambil menepuk pundak Bara.

Bara dan Vico menoleh melihat gadis dengan penampilan feminim itu. "Vely? Lo ngapain disini?"

"Aku yang seharusnya nanya, kenapa kamu disini? Kenapa gak jemput aku?"

Vico yang melihat itu memutar bola mata. "Emangnya Bara tukang ojek lo." Ucap Vico.

Vely melirik sinis Vico. "Diem lo, gue gak ngomong sama lo."

"Vel, lo bisa pulang sendiri. Gue males." Ucap Bara.

"Loh kok gitu? Terus aku pulang sama siapa?" Ucap Vely manja.

"Vic, lo anterin dia ya. Gue mau cabut dulu." Ucap Bara santai.

"Gak!" Jawab mereka kompak.

"Kalo lo mau pulang, biar sama Vico kalo gak mau yaudah. Gak usah pulang sekalian." Bara mengambil tasnya dan berlalu dari sana.

"Bara!" Panggil Vely sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Gak sudi gue nganterin lo." Ucap Vico, ikut meninggalkan kafe.

"Cowok nyebelin! Liat aja Bar, aku aduin ke papa kamu." Ucap Vely.

°°°°

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang