1.5

957 61 0
                                    

Ara tersenyum senang membaca balasan pesan dari Bara, walaupun balasan chatnya tidak seperti yang ia harapkan yang terpenting Bara membalas. Ara menaruh ponselnya didalam sling bag.

Ara turun ke bawah, pagi ini ia sudah rapih dengan menggunakan dress soft pink, flatshoes berwarna senada, dan rambut ia biarkan terurai. Sebelumnya Rendy sudah chat bahwa dirinya sudah berada di depan.

Ara memasuki mobil Rendy dan duduk di samping kursi pengemudi. Rendy terpaku melihat penampilan Ara. "Lo cantik." Gumam Rendy.

"Apa?"

"Eh enggak kok, kita berangkat ya?" Ara mengangguk.

"Udah sarapan?" Tanya Rendy.

Ara terdiam, antara tidak ingin berbohong dan tidak ingin Rendy khawatir. "Udah kok."

"Bener? Jangan boong, Ra."

"Bener Rendy. Tadi udah sarapan roti." Bohong, Ara berbohong. Sebenarnya bahan makanan dirumahnya sudah habis dan niatnya siang ini ia baru akan beli.

"Oh oke, maaf ya gue jadi ngerepotin lo."

"Gapapa, aku seneng. Jadi hari weekend aku enggak dirumah terus." Ara tersenyum.

"Kita' kan pura-pura pacaran, berarti gue harus ubah gaya bicara gue dong?" Tanya Rendy kikuk.

"Terserah kamu, Bara enggak kok. Jadi diri kamu sendiri aja."

"Tapi gue pengen latihan, biar nanti pas punya pacar gak kikuk lagi."

"Ya udah terserah kamu."

"Ra, boleh nanya?"

"Tanya aja, kenapa harus izin dulu?"

Rendy menggaruk tengkuknya. "Gue takut lo tersinggung."

"Gapapa, tanya aja."

"Kenapa lo pake bahasa aku-kamu? Maksudnya kenapa enggak lo-gue biar lebih santai."

Ara menatap lurus jalanan. "Aku disuruh bunda waktu kecil dan sampe sekarang gak bisa ngubah, udah terbiasa. Mungkin yang denger emang jijik, tapi aku emang begini kesemua orang."

"Oh gitu, gapapa si. Gue suka dengernya." Rendy mengacak rambut Ara dan tersenyum.

°°°°

Mereka turun dari mobil setelah sampai tempat tujuan, Rendy berjalan kikuk di samping Ara. "Ra, gue— boleh pegang tangan lo?"

"Maksudnya?"

"Gandengan, lo mau? Kalo gak mau gapapa kok."

Ara terdiam, ia takut Bara akan melihatnya dan menyebabkan mereka kembali salah paham. Masalah kemarin saja belum selesai. "Ra?" Rendy melambaikan tangan dihadapan Ara.

"O—oh iya, boleh." Ucap Ara spontan. Rendy tersenyum senang dan menggandeng tangan mungil Ara memasuki sebuah ruangan yang sudah dipesan khusus untuk reuni.

"Ehem, ada pasangan baru nih." Celetuk Vely yang sudah bersedekap dada dan tersenyum miring menatap mereka.

Ara mematung dengan cepat melepas tangannya yang bertautan dengan Rendy, mereka menjadi pusat perhatian karena godaan Vely. Ara menatap nanar Bara yang berdiri di samping Vely.

Ara menggeleng, agar Bara mempercayainya. Bara justru membuang pandangannya. "Vely? Tumben banget lo dateng ke acara reuni. Masih inget temen?" Sindir Rendy.

"Suka-suka gue lah, gak ada urusannya sama lo." Ucap Vely.

"Jelas ada, apa karena lo pengen ngenalin seseorang?" Tanya Rendy melirik Bara, Rendy kembali menggandeng Ara.

Ara mencoba melepaskan, namun tenaganya jelas lebih besar Rendy. "Hahaha, guys kumpul sebentar sini." Ucap Vely agar yang lain berkumpul.

Teman-temannya langsung membentuk lingkaran dan mengerumuni mereka. "Kenapa Vel?"

"Cowok di sampingnya siapa ya?"

"Ganteng banget, tolong." Bisik-bisik yang lain.

"Jangan ada yang centil sama calon tunangan gue ya, terlebih yang ngaku-ngaku sebagai pacarnya. Kenalin namanya Bara" Ucap Vely melirik sinis Ara.

Mata Ara memanas mendengar kalimat itu, ia melihat dengan jelas bahwa Bara tidak membantah ucapan Vely, yang berarti itu benar. "Bar, omongan Vely boong' kan?" Tanya Rendy.

"Bener, lo gak usah ikut campur." Ucap Bara dingin.

Ara mundur teratur dari kerumunan, Rendy yang menyadari hal itu segera mengejar Ara. Ara menghapus kasar air matanya, ia berlari keluar dari kafe itu. "Ra! Tunggu Ra!"

Rendy mencekal tangan Ara. "Lepas, aku mau pulang."

"Gue ngerti perasaan lo, ayo gue anter pulang."

"Enggak usah, kamu sama temen kamu disini aja. Aku gak mau ganggu acara reuni kamu."

"Lo dateng sama gue, lo harus pulang sama gue juga." Ucap Rendy kekeuh.

"Maaf, aku selalu ngerepotin."

Rendy menggeleng dan mengusap air mata Ara. "Enggak, gue yang minta maaf. Gara-gara gue bawa lo kesini, lo jadi sakit hati."

"Gapapa, kalau aku gak dateng, mungkin aku gak bakal tau." Ara tersenyum sendu.

Tring!

Ara mengecek ponselnya saat mendengar nada notifikasi yang berbeda, pertanda bahwa itu Bara.

Bara
Gue mau ngomong sama lo
Di taman biasa

"Rendy, bisa anterin aku ke taman deket sini gak?" Ucap Ara.

"Hah? Mau ketemu siapa?" Rendy mengkerutkan dahi bingung.

"Aku mau nenangin diri, abis ini kamu langsung balik kesini aja ya." lagi-lagi Ara berbohong.

"Mau gue temenin?"

Ara menggeleng. "gak usah, aku pengen sendiri." Rendy akhirnya mengangguk menyetujui.

Hanya butuh waktu lima menit agar Rendy dan Ara sampai tempat tujuan, memang letak taman itu tidak terlalu jauh. Ara menoleh dan membuka sabuk pengamannya. "makasih, kamu balik ke kafe ya. Aku gak mau merusak suasana dan maaf juga gak bisa nemenin kamu."

Rendy tersenyum lembut. "Santai Ra, gue udah seneng walaupun cuma sebentar sama lo."

Ara tersenyum tipis. "Aku keluar ya, hati-hati dijalan. Jangan ngebut lho."

"Siap, bye Ra." Ara keluar dari mobil dan melambaikan tangan pada mobil Rendy.

Ara memutar arah dan menuju sebuah kursi panjang bercat putih yang berada ditengah taman. Ara menunggu Bara.

°°°°

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang