03- weirdness

880 53 1
                                    

Angeline Pov

Apa-apaan dia ini, kenapa dia tiba-tiba tersenyum sinis padaku, dia ini ingin mencari musuh atau bagaimana sih. Aku mencoba untuk tidak menghiraukannya dan kembali fokus menyiapkan peralatan tulis ku sambil memperhatikan guru yang sedang mengajar itu. Tapi sepertinya tadi samar-samar kudengar dia mengatakan sesuatu, tapi entahlah.

Selama jalannya pelajaran aku merasa sedikit gelisah, seperti ada yang memperhatikanku, tapi saat kulihat sekitar semua fokus pada papan tulis, orang di sampingku juga sedang menatap ke depan.

"Ini aneh. Kenapa aku mulai parno sih."

Sampai tiba jam pelajaran usai dan waktunya untuk istirahat. Para siswa maupun siswi berhamburan keluar untuk ke kantin mungkin. Aku pun juga keluar sebentar untuk membuang beberapa sampah yang ada di loker mejaku. Dan tiba-tiba ada tiga orang siswi yang datang menghampiriku salah satunya adalah Casie teman sebangkuku sebelumnya yang sempat ku ajak berkenalan tadi. Dia dan juga kedua temannya itu seperti tipikal orang yang ramah.

"Angeline perkenalkan kedua temanku ini yang rambut keriting ini Valley dan yang perempuan tinggi ini Alexa, kami ingin mengajakmu ke kantin, sekalian juga ingin memperkenalkan mu pada lingkungan sekolah ini, ayo Angell."

"Salam kenal aku Angeline panggil saja Angel, semoga kita bisa berteman dengan baik."

Ku iringi juga dengan sedikit kekehan supaya tidak garing.

"Owh, tentu saja Angel, kita harus menjadi teman sampai lulus nanti. Jadi bagaimana mau ke kantin bersamaku, Casie, dan Valley?"

Aku senang mereka mengajakku, artinya aku sudah mendapatkan teman disini.

"Wah, terima kasih sudah mengajakku, tapi maaf untuk hari ini aku tidak bisa ikut kalian ke kantin, aku membawa bekal yang cukup banyak hari ini, mungkin lain kali, aku minta maaf ya."

"Yah, tidak apa-apa Angel, santai saja, masih ada lain waktu, kami duluan yaa. Hati-hati di kelas ada hantu loh."

Gurauan Valley membuat mereka dan aku juga tertawa, mungkin berteman dengan mereka akan sedikit menyenangkan.

Aku pun bergegas untuk kembali masuk ke dalam kelas, yang kupikir saat ini kelas sedang kosong dan hanya ada aku saja. Tapi ternyata dugaan ku salah, orang itu maksudku Devan masih ada di tempat duduknya dengan posisi bersender di kursi dan mata yang tertutup, apa mungkin dia tidur. Ah, tau begini aku ikut Casie dan kawan-kawan saja tadi, daripada aku harus merasa gugup begini. Aku ingin berjalan ke mejaku untuk mengambil bekalku tanpa mengeluarkan suara, tentu saja jika dia bangun itu akan menambah rasa gugup ku, aku ini hampir tidak punya teman laki-laki karena aku selalu menjaga jarak dari mereka, apalagi ini hanya berdua di kelas. Aku berpikir untuk bisa segera keluar.

Saat aku sudah mengambil bekalku dan bersiap untuk keluar, tiba-tiba ada suara yang ditujukan kepadaku.

"Tidak perlu merasa gugup begitu, aku ini teman sebangku mu loh."

Aku masih mematung di tempat, dia mengajakku berbicara, tidak salah dengarkan?

"Kau itu saat sedang diajak bicara tatap orangnya. Itu tidak sopan tau."

Hah, apa-apaan ini dia memerintah ku.

Langsung saja aku membalikan badan dan menatapnya dan kulihat matanya menatapku tajam.

"Aku tidak gugup."

"Benarkah? Kalau begitu duduklah disini."

Aku berusaha untuk tidak menghiraukan ucapannya dan ingin bergegas untuk pergi dari sini, tapi tiba-tiba saja orang aneh itu menarik tanganku sampai membuatku kembali duduk di kursi ku.Aku yang otomatis kaget ingin protes.

"Apa-apaan.."

Belum sempat aku melanjutkan kata-kataku dia sudah menyela duluan.

"Aku ini tidak menerima penolakan."

Aku sangat kesal sekarang, sejak awal firasat ku merasakan jika dia ini memang aneh, dan akhirnya terbukti sekarang. Padahal kami tidak saling berkenalan sebelumnya dan tiba-tiba saja dia memperlakukanku seenaknya.

"Kau boleh makan sekarang."

Kenapa dia ini, tentu saja aku akan makan, kenapa harus menunggu perintah darinya.

"Apa peduli mu."

"Turuti saja perintahku atau aku akan melakukan hal buruk padamu."

Oke, dia mulai berbicara melantur. Lebih baik aku menghiraukan dia dan menganggap hanya ada aku sendiri disini, dengan begitu aku bisa makan dengan tenang.

Kukira..

Tapi ternyata selama aku makan, pandangannya yang tajam terus tertuju padaku, tentu saja aku mulai merasa tidak nyaman.

"Berhenti menatapku seperti itu."

"Kau tidak punya hak untuk memerintah ku seperti itu, Angeline."

Kenapa setiap dia berbicara aura yang dikeluarkannya seperti mendominasi, itu membuatku sedikit kesusahan untuk mendebatnya. Tidak punya hak katanya? Tentu saja aku punya, aku ini manusia bukan peliharaannya. Aku memilih diam saja daripada menanggapi orang aneh itu, sampai terjadi hening yang cukup lama dan bel masuk pun berbunyi. Namun sebelum para siswa berhamburan masuk ke kelas secara tiba-tiba dia berkata kepadaku.

"Lupakan apa yang kamu lihat seminggu yang lalu."










Tolong untuk vote cerita ini ya teman-teman ^_^

YOU ARE MY MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang