Happy reading :)
Angeline Pov
Jam sudah menunjukan detik-detik bel pulang sekolah akan berbunyi. Aku masih berkecamuk dengan pikiranku. Apa aku harus menemui orang misterius ini atau tidak. Jika aku menemuinya rasa penasaranku akan terjawab, tapi di sisi lain aku takut jika nanti orang itu macam-macam padaku. Tapi jika aku tidak datang, orang ini tidak akan berhenti meneror ku. Apalagi setelah melihat tulisan darah tadi, aku merasa itu sudah benar-benar tidak normal. Saking lamanya aku berpikir, aku sampai kaget saat tiba-tiba bel pulang sekolah sudah berbunyi. Ini saatnya, aku menentukan keputusanku. Dan saat itu juga, ponselku bergetar menandakan satu pesan masuk.
"Aku menunggu."
Aku berpikir orang ini benar-benar gila. Sebenarnya aku takut dan juga marah. Tapi aku harus bisa mengendalikan emosiku ini.
Dan aku memutuskan untuk menemui orang ini, aku ingin menanyakan punya masalah apa dia denganku, sampai melakukan hal seperti ini. Harusnya saat ini sekolah masih aman, karena kulihat murid-murid banyak yang berkeliaran sepulang sekolah ini. Aku akan menemuinya, tapi sebelum itu aku menyalakan perekam suaraku, jika nanti dia bertindak macam-macam setidaknya aku punya bukti. Aku ini orangnya waspada.Aku memantapkan tekad ku dan berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah yang masih banyak orang berlalu lalang. Berjalan semakin ke belakang ke arah gedung yang sudah jarang dipakai, keadaan disini agak sepi tapi setidaknya masih ada segelintir orang. Akhirnya aku sampai juga dibelakang gedung dan aku tidak melihat ada seseorang disitu.
Apa dia iseng, menipuku?
Namun tiba-tiba..
Tanganku ditarik kencang oleh seseorang masuk ke sebuah ruangan di samping ku berdiri tadi. Ruangan ini gelap dan lembab. Aku bahkan tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang yang menarik ku kesini tadi. Yang kutahu dia memakai hoodie hitam dengan tudung hoodie di kepalanya. Langsung saja aku reflek."Siapa kamu? Apa mau mu?!"
Dia terkekeh dan berjalan mendekat ke arahku dan semakin dekat. Sekarang aku tau siapa dia, dugaan ku selama ini tidak salah. Seakan-akan dia bisa membaca pikiranku.
"Kau benar, dugaan mu sama sekali tidak salah. Hai Angeline Walson."
Dia terus mendekat ke arahku sampai tubuhku sudah menabrak tembok. Kemudian dia sampai tepat di depanku. Jarak kami 30 cm pun tidak ada. Lalu aku berusaha untuk tidak takut padanya dan mencoba untuk menatapnya.
"Apa mau mu, Devan?"
Kulihat dia tertawa sinis dan balas menatapku tajam.
"Mau ku? Tentu saja dirimu, sayang."
Aku mulai gelisah tentunya. Di gudang yang kosong ini dengan keadaan sepi, tentu saja aku takut jika dia melakukan sesuatu yang tak terduga.
"Apa maksudmu? Jangan macam-macam, Devan!"
Wajahnya mendekat ke arahku, lebih tepatnya condong ke arah telingaku, seperti ingin membisikan sesuatu.
"Jadilah milikku. Selamanya."
Sepertinya Devan ini benar-benar gila. Dia tidak seperti yang di deskripsikan orang-orang. Urusanku disini sudah selesai. Aku akan mengabaikannya, aku memutuskan untuk segera pergi dari sini dengan mendorong sedikit tubuhnya. Saat aku sudah hampir mencapai pintu keluar. Tiba-tiba, dia menarik kencang rambutku.
"Akhhh!"
Lalu dia menyumpal mulutku dengan kain putih. Kesadaran ku semakin menipis. Ini obat bius, seketika itu juga pandangan sekitarku berubah gelap gulita.
Jangan lupa vote :)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY MEDICINE
Romance"Kamu sudah masuk ke dalam kehidupanku Angeline. Tidak ada jalan untuk keluar dari sini. Turuti saja perintahku maka aku akan memperlakukanmu dengan baik dan tinggallah di sisiku SELAMANYA." Devan Edbert~ "Kau keterlaluan Devan. Aku tidak akan pern...