Happy Reading~
Hari berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah hampir satu bulan aku tinggal bersama Devan. Semua berjalan normal-normal saja, aku juga sudah mulai menerima Devan sebagai kekasihku, perlahan tapi pasti aku belajar untuk mencintainya, dan aku juga mulai menyadari bahwa Devan bukanlah Ethan, pikiranku sudah mulai terbuka untuk tidak lagi menyamakan Devan dengan Ethan. Aku juga belajar untuk mengikhlaskan kematian Ethan. Dan juga Devan tidak seaneh yang kukira, perlahan-lahan dia berubah menjadi pria yang romantis dan pengertian, walaupun sikap posesifnya tingkat akut. Tapi tidak masalah, dia masih memperbolehkan aku berteman saat sedang di sekolah. Apakah aku boleh merasa bahagia untuk hal ini?
"Sweetie, kau sudah bangun?"
Kulihat Devan ada di sampingku, aku sedikit menggeliat dan membalikkan tubuhku menghadapnya.
"Sejak kapan kau disini?"
Devan tersenyum dan tangannya mengarah pada rambutku untuk membenahi rambutku yang berantakan.
"Aku suka melihatmu bangun tidur. Kau selalu cantik. Dan kau milikku."
Ini adalah kebiasaan Devan akhir-akhir ini, walaupun aku sudah jengah, dia selalu saja mengatakan hal itu setiap aku bangun tidur.
"Iya Devan aku tau. Sekarang biarkan aku bangun. Jam berapa sekarang?"
"Sudah jam 08.00"
Aku membelalakkan mataku.
"Kenapa kau tidak membangunkan ku?"
"Aku tidak tega."
Aku pun segera bangun dan beranjak untuk mandi.
Selesai mandi, aku segera bergegas untuk ke dapur, dan ternyata Devan sudah ada di meja makan dengan sederet makanan di hadapannya. Dan kurasa hari ini aku tidak perlu memasak. Aku bergegas untuk duduk di meja makan berhadapan dengan Devan, dan tidak ada yang membuka percakapan. Aku menoleh sekilas ke arahnya, dan sialnya ternyata sejak tadi dia memperhatikan aku. Itu sedikit membuatku salah tingkah.
"A-ada apa Dev?"
"Aku berencana untuk mengajakmu keluar hari ini." Katanya dengan nada serius.
"Benarkah? Kemana?" Jawabku dengan pandangan sedikit berbinar.
"Rahasia."
Aku hanya mengiyakan dan segera memakan makanan yang sudah di siapkan Devan untukku. Selama makan pagi berlangsung tidak ada percakapan sama sekali, hanya terdengar bunyi dentingan sendok dan piring.
11.00 am
Aku dan Devan tiba di sebuah taman wahana bermain. Aku tidak menyangka dia memikirkan hal seperti ini. Dia tidak se-kaku yang kukira ternyata.
"Dev, kau serius?" Tanyaku dengan pandangan mengkerut.
"Sesekali aku ingin mengajakmu kencan seperti pasangan pada umumnya. Kau tidak suka?" Katanya sambil menatapku.
"Tentu saja aku suka, hanya saja aku tidak menyangka." Kataku dengan di selingi tawa candaan.
Aku dan Devan bergegas untuk berjalan-jalan dan menikmati beberapa wahana permainan yang ada di sini.
Setelah cukup puas, aku merasa sedikit kelelahan karena sejak tadi hanya aku yang menikmati wahana, sedangkan Devan hanya menemaniku di beberapa wahana permainan saja. Sungguh menyebalkan. Aku pun segera mengajak Devan untuk mampir ke kedai es krim, aku membeli es krim dengan rasa strawberry dan Devan memilih es krim dengan rasa green tea. Kemudian kami memilih untuk duduk di tempat yang lumayan sepi, aku langsung menikmati es krim ku, ku lirik Devan yang sedikit melamun dan tidak segera memakan es krim nya, sampai es krimnya hampir meleleh.
"Dev, apa yang kau pikirkan? Es krim mu meleleh." Kataku sambil membersihkan tangan Devan yang terkena lelehan es krim dengan tissue.
"Aku ingin kita bersama selamanya." Katanya serius seraya menatap tajam ke arahku.
"Kenapa tiba-tiba mengatakan itu?" Kataku dengan pandangan bingung.
Perlahan sebelah tangan Devan mengarah ke wajahku dan membelai sebelah wajahku.
"Apa kamu mencintaiku?"
Devan mengatakan hal tersebut secara tiba-tiba. Aku tidak tau harus menjawab apa, karena aku tidak tau apakah sampai detik ini aku sudah mencintainya atau belum.
Terjadi keheningan cukup lama. Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Devan mengecup bibirku dengan cepat. Setelah itu dia memandangi lama wajahku.
"Kau tidak perlu menjawab sekarang. Hanya tetap di sisiku saat ini sudah cukup."
Sepulang dari wahana bermain, terjadi kesunyian di dalam mobil saat perjalanan pulang. Namun lama-kelamaan semakin aku memperhatikan jalan, ini bukan arah menuju rumah Devan.
"Kita mau kemana Dev?" Kataku penasaran.
"Lihat saja nanti." Katanya yang masih fokus mengendarai mobil.
Kurang lebih setengah jam, mobil Devan berhenti di depan gedung tinggi yang kosong. Dan kemudian Devan menyuruhku untuk segera keluar. Aku berjalan mengikuti Devan masuk menuju gedung tersebut dan sesampainya di dalam ada tangga menuju ke lantai atas, kami terus menaiki tangga. Kurang lebih 15 menit menaiki tangga, aku sudah mulai kelelahan namun tiba-tiba kedua mataku ditutup oleh Devan dan seperti dituntun menuju ke sebuah ruangan. Aku hanya diam menurutinya, karena sudah kehabisan tenaga untuk sekedar berbicara. Kemudian secara perlahan Devan menyingkirkan tangannya yang menutupi mataku dan tampaklah pemandangan yang begitu luar biasa, aku bisa melihat bukit-bukit dan juga gemerlapan lampu-lampu dari ketinggian. Ini sungguh indah, aku sampai tidak mampu berkata-kata.
"Apa kamu menyukainya sweety?" Katanya sambil memandang ke arahku.
Aku pun langsung mengangguk dengan penuh semangat.
Kami memandangi pemandangan dengan cukup lama, aku melirik ke arah Devan yang seperti memikirkan sesuatu. Namun tiba-tiba aku teringat pernyataan Devan di wahana bermain tadi.
"Devan."
Kulihat dia menoleh dengan pandangan datar seperti biasanya."I love you."
Sepertinya memang ini saatnya aku perlahan melupakan masa lalu dan mulai membuka lembaran baru.
Halo guys, how are u?
Sorry banget update lama, dikarenakan banyak urusan di real life yang harus di selesaikan😩
Oh iya 2-3 chapter lagi bakal menuju konflik yang sebenarnya yaa, siapkan hati dan mental😈
Pokoknya pantau terus!!Jangan lupa tinggalin jejak seperti like dan coment😊
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY MEDICINE
Romance"Kamu sudah masuk ke dalam kehidupanku Angeline. Tidak ada jalan untuk keluar dari sini. Turuti saja perintahku maka aku akan memperlakukanmu dengan baik dan tinggallah di sisiku SELAMANYA." Devan Edbert~ "Kau keterlaluan Devan. Aku tidak akan pern...