14 - he's devil

511 51 11
                                    

Haii Guys! I'am Comeback!!
Ini kayanya udah hiatus lama banget yaa, aduhh T_T
Nah buat yang mau lanjut baca chapter ini, bisa baca chapter sebelumnya dulu, kalo misal diantara kalian ada yang lupa alur ceritanya. Hehe :"




"Devan."

Kulihat dia menoleh dengan pandangan datar seperti biasanya.

"I love you."


Aku mengatakan hal tersebut secara refleks, namun ku lihat tubuh Devan tiba-tiba menegang lalu kemudian dia menoleh cepat ke arahku dengan tatapan dalam yang tidak bisa terbaca.

"You are mine."

Setelah mengatakan itu tangan Devan terulur menyentuh rambutku dan membelainya secara perlahan, aku sedikit menikmati perlakuannya itu.

"Katakan, Angeline."

"I'm yours."

Tiba-tiba pergerakan tangan Devan berhenti dan perlahan kulihat dia menatapku dengan pandangan datar disertai seringai an yang jujur menurutku sedikit menakutkan. Lalu kemudian kulihat wajahnya yang semakin mendekat ke arahku, dan aku secara refleks memejamkan mata, namun yang terjadi justru aku malah merasakan seperti ada kain yang membekap hidung dan mulutku, aku langsung membuka mata dan yang kulihat adalah wajah Devan yang semakin berangsur tidak jelas, lalu kemudian semuanya gelap.


Aku perlahan mulai membuka mata, dan pemandangan yang pertama kali kulihat adalah kamar yang biasa aku tempati, kepala ku masih sangat pusing namun aku tetap mencoba untuk mengingat-ngingat apa yang sebenarnya terjadi. Dan, ya! Terakhir aku melihat wajah Devan yang menyeringai seraya membekap hidung dan mulutku dengan obat bius. Kemudian aku melirik jam yang sudah menunjukan pukul 8 malam, sial, kurasa obat bius tersebut sangat kuat sampai aku tidak sadarkan diri selama berjam-jam. Setelah beberapa menit aku mulai tersadar sepenuhnya dan pandanganku mulai sangat jelas, tapi aku merasa seperti ada yang aneh di kakiku, aku langsung menyibakkan selimut yang menutupi tubuhku dan betapa terkejutnya aku, yang kulihat adalah seutas rantai yang dipasangkan di kaki sebelah kananku. Untuk saat ini aku benar-benar sangat marah dan sedikit kecewa.

Tiba-tiba terdengar bunyi pintu yang perlahan terbuka, menampilkan Devan dengan baju tidurnya yang sedang membawa nampan penuh berisi makanan dan juga minuman.

"Makanlah, kau pasti lapar."

Devan berkata dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa. Aku semakin menajamkan mataku ke arahnya.

"Devan, apa maksudnya ini?!"

Kulihat Devan mulai berjalan mendekat dan duduk di tepi kasur sambil memandangku dalam dan perlahan sebelah tangannya terulur untuk menyentuh rambutku dan mengusapnya perlahan.

"Diam, dan menurut lah, agar kau baik-baik saja My Angel."

"Kau gila?! Setelah apa yang ku lalui bersamamu selama ini, kau malah merantai kaki ku, seolah-olah aku ini binatang. Tentu saja aku sangat marah Devan!"

Aku tidak pernah merasa se- emosi ini sebelumnya, ini pertama kalinya. Dan yang kudapatkan setelah mengatakan hal tersebut malah kulihat Devan semakin menyeringai mengerikan, dan

"Ahhkkk! sa-sakit Dev!!"

Cengkraman tangan Devan di rambutku semakin kuat, dia menarik rambutku tanpa belas kasihan sama sekali, lalu perlahan dia mendekatkan wajahnya ke arahku dan berkata lirih namun sangat mengintimidasi.

"Diam lah. Kau sendiri yang mengatakan bahwa kau milikku. Aku bebas melakukan apapun padamu, tergantung sikapmu padaku."

Air mataku tiba-tiba keluar begitu saja tanpa seijin ku. Tangan Devan semakin kuat menarik rambutku, di samping fisikku yang sakit ternyata batinku juga sedikit terluka.

"Dev, le-lepaskan!"

Aku mengatakannya dengan lirih, dan ajaib, Devan langsung menarik tangannya dari rambutku begitu saja. Aku semakin menangis.

"Kenapa kau berubah Dev?"

Tiba-tiba saja dia tertawa sangat keras dan pandangannya masih tertuju ke arahku dengan tatapan mencemooh.

"HAHAHAHAHA, apa katamu? Berubah?"

Devan kembali mendekat ke arahku dengan perlahan, masih dengan ekspresi mencemoohnya itu. Dan aku hanya bisa mematung di tempat, ini pertama kalinya Devan terlihat seperti orang asing bagiku. Dan juga dia tidak pernah tertawa sekeras ini sebelumnya. Tiba-tiba Devan kembali tepat berdiri di hadapanku.

"Ketahuilah satu hal My Angel. Aku yang berubah atau kau yang terlalu bodoh?"

Devan mengatakan itu di ikuti dengan seringainya yang mengerikan. Tanpa sadar air mataku luruh begitu saja. Kemudian Devan segera berbalik dan meninggalkan kamar ini begitu saja.




Jam sudah menunjukan pukul 9 pagi. Aku terbangun dan kulihat diriku masih berada di tempat yang sama dengan keadaan yang sama pula. Rantai yang mengikat kaki sebelah kananku juga masih ada. Lalu kemudian kulihat di atas meja sebelah kananku telah terdapat makanan yang sepertinya masih hangat dan segar serta disertai dengan selembar kertas, aku mengambil kertas tersebut dan membacanya.

"Makanlah."

Aku membuang kertas tersebut begitu saja. Namun aku tetap memakan makanannya karena perutku memang sudah kelaparan, setidaknya aku butuh energi ekstra untuk mulai  percobaan melarikan diri dari rumah ini. Sembari aku menyantap makanan di hadapanku aku terus berpikir bagaimana caranya agar aku bisa pergi dari sini.





Devan pov

Aku melihat My Angel sedang menyantap makanan yang ku hidangkan dengan lahap. Yah setidaknya dia mau menuruti aku pagi ini. Saat ini aku hanya berada di sebuah ruangan yang masih bagian dari rumahku. Yang kulakukan hanya sedikit bersantai dengan menikmati layar monitor yang menampilkan seisi kamar gadisku. Aku memang baru memasangnya semalam, setelah gadisku tertidur pulas, maksudku lebih tepatnya dia pingsan setelah dia meminum segelas susu yang kuberikan semalam. Yah, kupikir mulai sekarang aku harus memantau aktivitasnya sepanjang hari.

Karena dia milikku.

Aku menyeringai puas.












Jangan lupa tinggalkan jejak :)


YOU ARE MY MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang