04- we will meet again

758 52 0
                                    

Author Pov

Seminggu yang lalu..
Hari Senin, seorang pria ber- hoodie hitam dan juga masker hitamnya berjalan dengan pandangan tajam sambil terus menelusuri koridor kelas yang sedang sepi. Tentu saja karena ini masih hari libur semester. Hanya ada satu dua guru yang sepertinya mengurus bagian administrasi dan juga beberapa penjaga kebun sekolah. Keadaan sekolah yang sepi ini tentu saja membuat sang pria tersenyum sinis, karena dia bisa melakukan hal-hal yang ingin dia lakukan tanpa harus mengotori rumahnya.

Devan Edbert. Itulah namanya. Seseorang yang terkenal di sekolah karena ketampanan dan juga kekayaannya tentu saja. Oleh karena itu dia menggunakan masker untuk antisipasi, karena dia terlalu malas untuk menanggapi gurauan orang tentangnya, ups lebih tepatnya tidak peduli sama sekali.

Devan masuk ke salah satu ruang kelas yang kebetulan kuncinya rusak sehingga otomatis ruang kelas tersebut bisa dimasuki. Keadaan kelas itu gelap hanya diterangi penerangan cahaya matahari dari pintu dan juga jendela kecil.

"Bagus. Apa yang harus kulakukan sekarang?"

Ia terus bergumam tentang apa yang harus dia lakukan, karena dia sedang tidak ada kerjaan dan juga mood nya sedang sedikit buruk. Saat ia terus menelusuri ruang kelas, di loker meja paling pojok belakang ia menemukan sebuah cutter yang cukup tajam sepertinya. Ia menyeringai.

"Cutter baru ya."

Ia menatap sekeliling untuk mencari objek yang bisa ia buat untuk mengukir kesenangannya seperti hewan misalnya atau manusia juga boleh.

"Tidak ada yang menarik, maka tanganku lebih menarik."

Lelaki itu menyeringai sambil menatap tangannya yang memang sudah penuh goresan, entah goresan dari apa saja itu. Lelaki itu mulai melakukan aksinya dengan menyayat pergelangan tangan kirinya secara perlahan, seolah menikmatinya. Meskipun tidak terlalu dalam tentu saja sudah cukup mengeluarkan banyak darah.

"Rasanya menyenangkan, kenapa orang-orang takut hal seperti ini sih. Dasar lemah."

Ia menikmati luka goresannya itu sambil terus membatin tentang betapa lemahnya orang-orang. Karena terlalu menikmati kesenangannya itu, ia tidak sadar jika sedari tadi ada seorang gadis dengan seragam sekolah yang sedikit asing dan juga membawa beberapa lembaran berkas mematung  menatapnya dari arah pintu.

Lelaki itu pun tersenyum sinis dari balik maskernya.

"Ada pengganggu ya."

Karena sadar pria tadi sudah balik menatapnya, gadis itu pun mundur perlahan dan bergegas pergi. Tentu saja dia takut, jika pria aneh itu tadi berniat bunuh diri setidaknya dirinya jangan sampai terlibat, apalagi jika dirinya sampai di fitnah jika ia yang membunuhnya. Membayangkannya saja sudah membuatnya tidak tenang. Egois memang, tapi biarlah dia hanyalah orang asing dan aku sama sekali tidak mengenalnya apalagi melihat wajahnya tadi. Melihat darah yang menetes dari tangannya itu tadi saja sudah membuat bulu kudukku berdiri.

"Lebih baik aku segera pulang."


Pria yang masih tinggal di kelas itu tadi menatap kepergian sang gadis pengganggu dengan tatapan tajam. Bisa saja tadi ia menyeret gadis itu dan mengukir tubuhnya dengan cutter ini juga. Namun kesenangannya sudah terlampiaskan lewat darah dari tangannya itu. Jadi dia membiarkan saja gadis itu pergi dan juga jika dilihat dari seragamnya ia berasal dari sekolah lain.

Tapi ada yang sedikit menarik perhatiannya. Yaitu caranya menatapnya tadi, tatapannya terkesan sangat datar tanpa ekspresi. Berbeda dengan orang-orang pada umumnya, dia juga seperti tidak peduli sama sekali apa yang sedang kulakukan ini. Padahal dia tadi sedang melihat hal yang kata orang mengerikan loh. Darah.

"Bagaimana jika aku melampiaskan kesenanganku ini pada gadis itu? Bagaimana ekspresinya ya."

Lelaki itu menyeringai lebar.

"Kita akan bertemu lagi sayang."











Jika kalian suka cerita ini, vote ya teman-teman. Vote itu gratis kok😊

YOU ARE MY MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang