09- just for today

749 57 6
                                    

Happy reading :)



Aku membuka mataku setelah tertidur cukup lama, jam di pojok kamar sudah menunjukan pukul setengah 6 pagi, aku melihat ke sekelilingku aku masih berada di dalam ruangan yang sama. Aku bangun dan berjalan perlahan menuju ke arah pintu, dan yang benar saja pintu masih dalam keadaan terkunci. Semalam Devan sempat berkunjung ke kamar untuk memberikan pakaian ganti, dan pakaian itu dalam keadaan baru, sepertinya memang Devan sudah merencanakan untuk penculikan ini. Aku mencoba untuk mengetok-ngetok pintu kamar dan kudengar dari luar ada suara orang sedang mencoba untuk membuka kunci kamar, dan yang pasti orang itu adalah Devan. Pintu terbuka dan Devan berjalan ke arahku lalu memelukku perlahan.

"Kita akan berangkat sekolah bersama. Dan ingat kau sudah jadi kekasihku sekarang."

Dia memelukku sambil mengelus rambutku, aku hanya diam tidak menjawab apapun ataupun membalas pelukannya. Dia seketika menghentikan kegiatannya mengelus rambutku dan berkata lirih tepat di dekat telingaku.

"Balas pelukanku dan katakan kau mencintaiku."

Aku masih terdiam tidak merespon apapun. Pelukannya padaku seketika semakin erat.

"Atau kau tidak akan pulang hari ini."

Dia lalu melepaskan pelukannya dan perlahan berbalik untuk keluar kamar. Aku pun mencoba memahami situasi dan langsung saja aku memeluknya dari belakang. Aku menurunkan ego ku karena terdesak oleh situasi. Dan langsung saja kukatakan apa yang ingin dia dengar.

"Aku mencintaimu Devan."

Lalu dia menolehkan kepalanya ke arahku sambil menyeringai.

"Good girl."

Dia lalu merangkul pundak ku dan mengajakku berjalan beriringan menuju meja makan. Aku memperhatikan ke sekeliling rumahnya dan berdecak kagum. Arsitektur dari rumah ini berbeda dari rumah-rumah yang pernah aku lihat, banyak barang-barang koleksi dan juga buku-buku serta jendela besar yang terbuka dan menampilkan pemandangan.. hutan? Aku mengerjapkan mataku berkali-kali untuk meyakinkan pandanganku.

"Sudah puas melihat rumahku?"

Kulihat dia tersenyum sinis dan membimbingku menuju kursi di salah satu meja makan lalu dia duduk tepat di depanku dengan makanan yang sudah tertata rapi di depanku.

"Makanlah. Aku yang memasak semuanya."

"Kita ada dimana Devan?"

Dia menatap mataku tajam.

"Di rumahku."

Aku merasakan aura nya semakin tidak mengenakan, aku mencoba untuk untuk tenang dan tidak bertanya lagi.

"Jika hari ini kau memperlakukan ku dengan baik sebagai kekasihmu. Aku akan mengantarkan mu pulang hari ini juga."

Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya. Dia memegang salah satu tanganku di atas meja dan tatapannya perlahan melembut.

"Makanlah."





06.30 A.M

Kami sudah sampai di sekolah. Tapi sebelum aku keluar dari mobilnya dia menahan tanganku, aku otomatis memandang ke arahnya.

"Kau kekasih ku sekarang kan?"

Aku ragu untuk menjawab. Namun hanya hari ini aku akan bersikap baik padanya, setelah aku berhasil pulang nanti aku akan memikirkan cara untuk melepaskan diri darinya.

"Iya."

"Bagus."

Kami pun keluar dari mobil dan berjalan beriringan menuju ke kelas. Dan benar saja sejak berjalan melalui koridor kelas semua pandangan menuju ke arahku dan Devan. Aku mencoba untuk menghiraukan dan bersikap se-cuek mungkin. Namun tiba-tiba Devan merangkul pundak ku dan menatap tajam siswi-siswi yang mungkin sedang menggosipkan tentang aku. Setibanya di kelas kami menjadi pusat perhatian dan temanku Cassie sampai kaget dan membelalakkan matanya menatap pemandangan yang sepertinya cukup langka.

Devan membimbingku untuk duduk i bangku sebelahnya dan setelah duduk, kami pun terdiam cukup lama. Tapi bukan itu yang membuatku risih, melainkan tatapan Devan yang terus tertuju ke arahku.

"Ada apa Dev?"

"Aku tidak menyangka bertemu denganmu lagi, dan menjadikanmu milikku."

Kata-katanya sedikit ambigu dan banyak pertanyaan terngiang di pikiranku. Sampai akhirnya bel masuk sekolah berbunyi.

Sepanjang pelajaran tidak ada percakapan sama sekali di antara kami. Aku memperhatikannya sekilas saat dia sedang sibuk mencatat tugas di papan tulis.

Kau itu tampan namun penuh misteri Devan.

"Sudah puas memandangiku?"

Aku secepat kilat membalikkan wajahku dan membuat ekspresi ku se-datar mungkin. Aku terlalu gengsi untuk mengakui bahwa aku sehabis memandangi wajahnya, aku terus meyakinkan diriku bahwa dia adalah orang yang berbahaya, aku tidak mau sampai jatuh ke dalam pesonanya.

"Jam istirahat nanti ikut aku ke suatu tempat."

Sebenarnya aku ingin menolak, namun percuma saja jika akhirnya dia akan tetap memaksaku untuk mengikuti kemauannya.

"Oke."

Hanya untuk hari ini.

Jam sudah menunjukkan waktu istirahat, Casie, Valley, dan Alexa menuju ke mejaku, tentu saja mereka bertiga sedikit grogi karena Devan masih ada di sebelahku.

"Angeline, ayo ke kantin."

Valley memulai percakapan diikuti dengan anggukan Cassie dan Alexa. Aku sebenarnya ingin ikut bersama mereka namun Devan melirik tajam ke arahku seolah tersirat suatu ancaman jika aku memutuskan untuk ikut dengan mereka.

"Valley, Cassie, Alexa maaf istirahat ini aku akan ikut dengan Devan."

Sebenarnya aku enggan mengatakan ini dan aku juga menatap ragu ke arah teman-temanku. Ku lirik sekilas Devan sempat menyunggingkan sedikit senyumnya ke arahku.

"Yasudah kami duluan, dah Angeline, dah Dev.. devan."

Mereka bertiga langsung berlari kecil menuju keluar kelas meninggalkan aku dan Devan yang masih duduk di meja belakang.

"Ayo ikut aku."

Devan berdiri sambil mengarahkan tangannya padaku. Aku yang peka pun langsung menyambar tangannya dan ikut berdiri untuk berjalan beriringan menuju ke suatu tempat yang aku tidak tau.

Kami sampai di suatu tempat di belakang sekolah tepatnya di sebuah gedung yang sudah tidak digunakan, dan ternyata disitu ada sebuah ruangan kecil yang di desain cukup bagus dan ada sebuah jendela dengan pemandangan menuju ke arah lapangan dengan banyak pohon rindang dimana banyak siswa sedang bermain sepak bola maupun olahraga lainnya. Devan menuntunku untuk duduk di sofa dan mengeluarkan bekal yang sempat di bawa nya tadi.

Dia duduk di sebelahku dan menyuruhku untuk menatapnya.

"Kau mau aku menyuapimu? Atau kau yang menyuapiku?"

"Tidak. Aku bisa sendiri."

"Bukankah pasangan itu harus romantis saat sedang berdua?"

Aku sudah kesal harus ber-akting dan mengikuti permainannya sepanjang hari ini.












Semakin banyak yang vote semakin sering update yaa ^_^

YOU ARE MY MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang