06. who are you (b)

659 55 0
                                    

Autor Pov

Sepulang sekolah, kebetulan Cassie, Alexa, dan Valley mengunjungi kos-kosan ku. Mereka berkata ingin mengerjakan tugas bersama. Tapi nyatanya kita malah bergosip dan bercerita banyak hal. Entahlah, aku sudah merasa akrab dengan mereka, mungkin karena mereka orang yang ramah. Tiba-tiba terlintas sesuatu di pikiranku untuk menanyakan perihal perilaku Devan yang selalu aneh dan kasar padaku. Aku berniat untuk menceritakan masalah ini kepada mereka.

"Cassie, Alexa, Valley, aku ingin menanyakan sesuatu pada kalian mengenai Devan, laki-laki yang duduk disampingku.''

Kulihat mereka terdiam sesaat dan saling bertukar pandangan.

"Devan Edbert, ya?"

Alexa menimpali. Lalu langsung kukatakan apa yang ingin kutanyakan.

"Apa kalian merasa Devan itu sedikit aneh? Maksudku kalian mungkin mengenalnya lebih lama, dan aku hanyalah murid baru."

Mereka sedikit kebingung dengan pertanyaanku, lalu Cassie menjawab.

"Menurutku, dia itu tidak aneh. Hanya saja sedikit ansos."

Katanya setengah berbisik. Valley kemudian menimpali.

"Seluruh sekolah mengenalnya sebagai sosok yang tampan tentu saja, dan juga tajir. Itulah sebabnya banyak yang terpesona olehnya. Kau beruntung Angeline, bisa duduk disampingnya. Kebetulan dulu kelas 10 aku juga sekelas dengannya. Para siswi pada berebut untuk bisa dekat dengannya."

Alexa langsung menimpali dengan berapi-api.

"Dia itu tidak suka didekati sepertinya. Kulihat dia selalu menjauh saat ada yang mendekati atau ada yang mengajaknya berbicara, entahlah, dia itu misterius namun pesonanya luar biasa."

Aku menimbang-nimbang apakah aku harus menceritakan hal ini atau tidak, tentang perilaku Devan yang sedikit kasar. Namun melihat respon teman-temanku yang positif seperti ini membuatku enggan bercerita hal ini. Lalu aku menanyakan sesuatu lagi.

"Apa Devan suka bertindak kasar? Ah, maksudku seperti berkelahi mungkin?"

Mereka bertiga langsung bertukar pandangan dan terakhir menatapku dengan senyuman misterius. Kemudian Cassie langsung berceloteh.

"Kau suka padanya ya, Angeline. Ayo jujur saja kau sangat ingin sekali tau tentang dia."

Alexa dan Valley menimpali.

"Kau tidak suka lelaki kasar kan, Angeline? Tenang saja, orang seperti Devan tidak mungkin berkelahi. Dia saja tidak suka berinteraksi, bagaimana mungkin dia mencari masalah dengan orang lain? Haha."

"Kami semua mendukungmu kok, jika kau suka dengannya. Gunakan kesempatanmu Angeline, selagi kau duduk disampingnya."

Dan sialnya, mereka semua malah menggodaku. Dan akhirnya aku tidak jadi menceritakan masalah ini.






Keesokan harinya..

Seperti biasa aku datang pagi hari ini. Hanya ada segelintir orang di kelas. Aku duduk di mejaku dan menata buku-bukuku. Saat aku meraba-raba lokerku, aku menemukan selembar kertas putih dengan tinta merah di atasnya. Bertuliskan.

"ANGELINE IS MINE."

Dan aku juga mencium bau besi berkarat dari tulisan itu. Aku menegang sesaat.

"Ini darah."

Langsung saja aku membuang kertas itu. Dan perasaanku langsung tidak karuan. Tiba-tiba saja ponsel yang ada di sakuku berdering, ada pesan masuk. Aku membukanya.

"Bagaimana hadiahku, baguskan?"

Kenapa akhir-akhir ini aku merasa aneh. Soal perilaku Devan dan juga sosok misterius yang menerorku saat ini. Atau jangan-jangan sosok misterius ini Devan sendiri? Tidak, aku tidak boleh negthink.

"Pasti ini hanya orang iseng. Tunggu, tapi tulisan itu darah sungguhan."

Aku merinding sesaat.

Tiba-tiba ponselku menunjukan satu pesan masuk lagi.

"Jangan mengabaikanku, sayang."

Hatiku langsung berfirasat, kalau ini memang Devan jika dilihat dari gaya bahasanya. Tapi aku tetap mencoba untuk menempis pikiran ini. Namun jika semisal ini benar Devan, kenapa dia melakukan hal seperti ini padaku. Atau jangan-jangan dia membenciku? Tidak. Aku bahkan baru mengenalnya, aku juga tidak ada masalah dengannya, lalu..

Bel masuk berbunyi. Aku bergegas masuk ke dalam kelas, dan kulihat Devan tidak datang hari ini. Aku bisa sedikit tenang, entahlah. Namun lagi-lagi suara pesan masuk membuyarkan lamunanku.

"Temui aku saat pulang nanti di gedung belakang sekolah."

"Jangan mengajak siapa pun."

Oke. Sekarang aku mulai takut.













Jangan lupa vote cerita ini ya🥺

YOU ARE MY MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang