Happy Reading :)
Banyak hal yang kurasakan saat ini, mulai dari marah, sedih, dan juga bosan. Semua emosi ini bercampur menjadi satu. Aku bingung sekali dengan keadaan ini, apa yang membuat Devan tiba-tiba berubah, padahal aku sudah mulai menerimanya.
"Sial."
Hatiku terasa sakit sekali, Kukira dengan belajar untuk mencintainya, dia akan sembuh, kukira dia tidak akan kembali berbuat kasar lagi padaku. Nyatanya malah lebih parah.
Hari sudah hampir menjelang malam, dan sudah berhari-hari pula aku masih dalam keadaan seperti ini, Devan tetap tidak membiarkanku bebas. Masalah sekolah? Orang tua? Ah, sudahlah. Setiap aku menanyakan hal itu malah bentakan yang selalu kudapatkan dan tidak sering aku mendapatkan kekerasan darinya. Aku sudah tidak sanggup menghadapi ini semua. Sebenarnya apa yang diinginkan Devan dariku?
Tiba-tiba kudengar suara langkah kaki disertai pintu yang mulai terbuka. Tanpa ku menoleh pun aku sudah tahu siapa pelakunya. Dia berjalan mendekat ke tempat tidur dimana aku sedang setengah berbaring. Dia menaruh tangannya di dagu ku supaya aku menoleh padanya.
"Hai sayang. Bagaimana harimu?"
Aku memutar bola mataku malas.
"Menurutmu?"
Pandangannya mendadak berubah tajam dan jujur aku sedikit ketakutan.
"Jangan pernah memutar bola matamu di hadapanku. Dan jawab pertanyaan ku dengan benar."
Dia semakin mencengkram daguku dengan kasar dengan kuku-kukunya.
"Maaf. Hariku baik Devan."
Dalam sekejap perlakuannya kembali lembut. Dia mulai duduk di sampingku dan mengelus rambutku perlahan.
"Oh ya? Apa saja yang kamu lakukan hari ini sayang? Kau tidak punya rencana untuk kabur dariku kan?"
Tentu saja aku harus kabur darimu, dasar laki-laki gila.
"Hari ini aku menonton film dan itu cukup untuk menghiburku. Aku tidak ada rencana untuk kabur darimu Devan."
Setidaknya untuk saat ini.
Kataku disertai senyuman yang dipaksakan.
Tiba-tiba Devan mendadak bangkit dan berjalan ke arah ujung tempat tidur, dia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Itu terlihat seperti sebuah kunci kecil. Kemudian dia
Kreekk
Terdengar seperti bunyi rantai yang dilepas. Aku menatap Devan dengan pandangan senang tidak percaya. Kemudian dia berjalan mendekatiku lagi sambil sedikit menyeringai.
"Kau senang Angeline? Tapi tentu saja tidak ada yang gratis."
Devan mendekat tepat di depan wajahku. Dan memandangiku dalam sebelum pandangannya beralih ke bibirku. Aku yang diperlakukan seperti ini sangat gugup dan juga takut. Aku memberanikan diri untuk menatapnya juga. Dan kemudian Devan mengatakan hal yang tak terduga.
"Kiss me."
DEG
"A-apa m-maksud .."
Belum selesai aku berbicara dia mendahuluiku lagi.
"Kurang jelas? Apa perlu aku meniduri mu sekarang?"
Aku membelalakkan mataku, menatapnya horor. Kemudian Devan mundur dan mengambil posisi duduk, matanya masih tetap memandangiku tajam.
"Aku sudah melepaskan mu. Dan kau bebas berkeliaran di rumah ini. Jadi aku minta bayaran untuk kebaikanku hari ini sayang."
Aku masih terdiam di tempat. Devan kembali mengeluarkan kata-katanya.
"Kau sendiri yang mengatakan bahwa kau milikku. Jadi turuti kata-kataku. Jika sampai hitungan kelima kau tidak membuat keputusan maka dengan senang hati aku akan memilih opsi ke dua."
"1 ... 2 ... 3 ... 4 ...
Tidak ada pilihan lain, pria ini benar-benar akan melakukan hal yang diinginkannya jika aku tidak menurut. Maka dengan berat hati aku mulai mendekat kepadanya. Meskipun ini hal memalukan yang pernah kulakukan dalam hidupku.
............................. (bayangin sendiri)...................................
Keesokan harinya, karena aku sudah kembali bebas, meskipun masih di rumah ini. Aku berjalan menuju dapur untuk membuat makanan untukku sendiri. Lalu aku mengambil bahan makanan di kulkas yang bisa diolah menjadi apa saja. Aku berencana untuk membuat sup jagung dan beberapa makanan kecil lainnya.
Saat aku sedang sibuk mengolah bahan makanan, sepasang tangan melilit sempurna di pinggangku serta kepala nya yg berada di ceruk leherku membuatku sedikit merasa geli. Meskipun saat ini dia bersikap baik, aku tetap tidak boleh lengah.
"Morning. Bisa kau lepaskan tanganku, aku sedang memasak."
Kataku dengan hati-hati. Dan dengan suara serak khas bangun tidurnya dia menjawab.
"Kau memerintah ku?"
"Tidak, aku hanya .."
"Lanjutkanlah kegiatan memasak mu."
Dan semenjak aku memasak, dia tetap masih seperti itu tidak bergerak sedikitpun. Sampai makanan pun jadi, dia baru menyingkir. Devan berjalan mendahuluiku di meja makan, aku pun mengikutinya sambil menata makanan di atas meja. Saat aku hendak berjalan ke kursi yang ada di hadapannya, tiba-tiba dia menarik tanganku sampai membuatku terjatuh di atas pangkuannya. Aku sedikit meronta karena ini adalah hal yang memalukan.
"Dev, aku bisa duduk sendiri."
Aku mengatakan itu dengan rasa tidak nyaman sama sekali.
"Suapi aku."
Devan semakin mengeratkan pelukannya dan pelukannya kali ini tidak main-main, karena aku merasakan badanku mulai sakit.
"O-oke. Tapi lepaskan pelukanmu ini dulu."
Dia pun melonggarkan pelukannya tapi tetap masih memelukku.
Kemudian acara makan pagi berlangsung seperti ini.
Untuk chapter kali ini agak ku sisipkan adegan romantis dulu. Untuk chapter berikutnya agak sedikit dark soalnya.
Jangan lupa vote! ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY MEDICINE
Romansa"Kamu sudah masuk ke dalam kehidupanku Angeline. Tidak ada jalan untuk keluar dari sini. Turuti saja perintahku maka aku akan memperlakukanmu dengan baik dan tinggallah di sisiku SELAMANYA." Devan Edbert~ "Kau keterlaluan Devan. Aku tidak akan pern...