08- dangerous

746 60 9
                                    

Happy reading :)


Aku merasakan kepalaku sangat pusing, dan mataku masih terasa berat. Kemudian perlahan-lahan aku membuka mataku dan ku pandangi sekelilingku. Aku yang masih setengah sadar langsung kaget dan membelalakkan mataku. Aku berada di sebuah ruangan asing yang dominan bercat putih. Dan kondisiku saat ini, sedang terbaring di sebuah kasur berukuran king-size serta masih mengenakan seragam sekolah. Aku masih ingat terakhir kali aku bertemu Devan di gedung belakang sekolah, dan berakhir dengan dia yang membius ku sampai aku pingsan. Aku bergegas menuju pintu, mencoba untuk membukanya, namun ternyata terkunci. Aku terus mencoba untuk mendobrak-dobrak pintu sampai akhirnya ada seseorang yang membukakan.

"Sudah bangun?"

Tentu saja itu suara orang yang tidak ingin kulihat, aku membencinya karena melakukan semua ini padaku tanpa alasan.

"Devan, apa maksudnya semua ini? Aku ada dimana? Aku ingin pulang sekarang juga!"

"Kau sudah pulang Angeline, ini rumahmu."

"Kau gila?! Apa maksudmu melakukan semua ini padaku?!"

Kulihat dia menyeringai dan berakhir menatapku tajam seperti biasanya. Kulihat dia semakin berjalan mendekat dan terus mendekat sampai aku terjatuh duduk di atas kasur. Kemudian dia mensejajarkan wajahnya padaku. Lalu mencengkram daguku kasar, yang membuatku otomatis mendongak padanya.

"Kamu sudah masuk ke dalam kehidupanku Angeline. Tidak ada jalan untuk keluar dari sini. Turuti saja perintahku maka aku akan memperlakukanmu dengan baik dan juga tinggallah  di sisiku selalu."

Aku sangat marah dia memperlakukanku seenaknya, dan juga sampai sekarang aku tidak tau apa tujuannya padaku. Seketika itu aku langsung melepaskan tangannya dari daguku dengan kasar dan sekuat tenaga mendorong tubuhnya, dan sedikit berhasil.

Aku sedikit menjaga jarak darinya dan mendongakkan kepala ku ke arahnya.

"Biarkan aku pulang."

Kulihat dia tertawa sinis dan menatapku tajam.

"Kau memang akan pulang. Tapi tidak untuk saat ini."

Kemudian dia langsung membalikan badan hendak keluar dari kamar.

"Apa syarat untuk keluar dari sini?"

Langsung saja Devan membalikan badan kearah ku sambil tersenyum sinis. Ini yang ia tunggu-tunggu.

"Mudah saja."

"Apa itu?"

Devan berjalan mendekat kearah ku dan menatapku tajam.

"Menjalin hubungan denganku. Jadilah milikku."

Aku sudah tidak kaget lagi dan memutar bola mataku malas sambil sedikit tertawa.

"Hentikan lelucon mu ini Devan. Mengapa kau terobsesi denganku? Kau selalu saja ingin menjadikanku milikmu."

"Aku tidak terobsesi denganmu."

"Lalu, ada alasan lain?"

"Ya atau tidak?"

Aku masih terdiam dan menatap matanya tajam. Kulihat dia mulai berjalan mundur ke arah pintu sambil membawa sebuah kunci.

"5..4..3..2.. "

"Oke, sekarang keluarkan aku dari sini."

"Tidak."

Aku semakin menatap tajam ke arah Devan dan berusaha untuk menahan emosiku.

"Kau mempermainkan ku? Aku sudah setuju untuk menjalin hubungan denganmu."

"Aku curiga kau punya tujuan lain Angeline, kau bukan orang yang mudah takluk hanya dengan ancaman sepele."

Dia menyeringai ke arahku. Dan kembali berkata.

"Lagipula itu yang menarik dari dirimu."

Kami saling bertatap-tatapan. Untuk sementara aku memilih bungkam. Lalu Devan memutuskan untuk keluar dari kamar namun sebelum mengunci pintu dia terdiam sebentar sambil menatapku lagi.

"Ini sudah malam. Aku akan mengantarmu pulang besok Angeline."

Setelah berkata demikian, ia menutup pintu kamar dan menguncinya. Meninggalkanku yang masih terdiam di tempat.

"Sialan."











Jangan lupa untuk vote, karena aku bakalan update lagi kalau vote cerita ini sudah 50+ hehe :))

YOU ARE MY MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang