Leo terbangun. Cowok itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Tangannya terulur menyentuh kakinya sendiri, matanya terbelak. Leo dengan cepat mengintip di balik selimutnya.
Apa yang terjadi? Fikirnya.
Ia melirik ke samping. Tak ada siapa-siapa. Lantas, apa yang ia lakukan dengan tubuh tanpa busana ini?
Cowok itu beralih mengambil pakaiannya di lantai dan memakainya. Setelah selesai, ia menyingkap selimut itu. Matanya kembali dibuat terbelak kala melihat bercak merah di seprai kamar ini.
Leo memijat pelipisnya pelan.
“Leo kenapa?”
“Leo lepasin Ara.”
“Leo Ara gak mau!”
“Leo sadar!”
Leo menggelengkan kepalanya kuat. Cowok itu mundur beberapa langkah, “Gak mungkin. Gue gak mungkin lakuin itu sama Ara,” lirihnya.
Cowok itu beralih menatap dua botol kosong di dekat jendela. “Bego, Leo! Lo bego!” Leo memukul kepalanya beberapa kali.
“Kalau Ara hamil gimana? Gue mau kasih dia makan apa? Kenapa bisa—sinting!”
Leo melipat seprai itu kemudian memasukannya ke dalam keranjang pakaian kotor. Setelahnya, Leo memilih pergi meninggalkan kamar itu.
“Ara mana?”
Anta dan juga Luthfi yang baru saja sampai mengerutkan alisnya. Dua remaja itu saling tatap, “Bukannya dia sama lo?” tanya Anta.
Leo menggeleng dan memilih naik ke atas motornya. Cowok itu langsung melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata.
Fikirannya kacau. Bukannya menyelesaikan masalahnya dengan sang Papa, ia malah menambahnya dengan kelakuan bejadnya pada Ara.
Apa Ara akan menjauhinya setelah ini? Apa gadis itu tak akan lagi sudi bertemu dengan Leo?
Motornya berhenti tepat dipekarangan rumah gadis itu. Leo turun, cowok itu berjalan dan memberanikan diri mengetuk pintu rumah besar itu. “Leo?”
“Ara ada, Tan?” tanya Leo.
Adel—Mamanya Ara menganggukan kepalanya pelan. “Ada. Dia langsung masuk kamar waktu pulang sekolah tadi. Gak tau kenapa,” ujar Adel.
“Leo boleh masuk?”
Adel menganggukan kepalanya dan mempersilahkan Leo. Perlahan, Leo berjalan memasuki rumah itu, menaiki satu persatu anak tangga dan berhenti tepat di depan pintu bertulisan, "Ara Leo Bestfriend forever"
Leo ingat betul tulisan itu dibuat saat keduanya masih menginjak bangku SMP kala itu.
Leo mengetuk pintu kamar itu tiga kali.
“Ra ….”
Tak ada sahutan. Leo mencoba membuka pintunya yang ternyata tidak dikunci.
Cowok itu berjalan masuk dan menghampiri Ara yang tengah meringkuk di atas kasur. “Ara,” panggil Leo.
“Udah sadar?”
Leo terdiam. Cowok itu hendak menyentuh lengan gadis itu. Namun, Ara langsung menepisnya. “Ara salah apa sama Leo? Kenapa Leo jahat banget sama Ara?”
“Ra, Leo—”
“Pergi.”
“Ra, please. Leo mab—”
“Ara bilang pergi, Leo!”
Leo menunduk. Cowok itu mendekat dan memeluk tubuh Ara. “Ara, maafin Leo. Leo gak sadar lakuin itu sama Ara,” kata Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo Rezayn [OPEN PRE-ORDER]
Teen FictionMenikah diusia muda dengan sahabat sendiri? Hal itu tak pernah dibayangkan oleh Ara sebelumnya. Leo-orang yang ia percaya akan menjaganya, malah melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan pada Ara. Penasaran? Yok langsung masukin ke perpustakaan!<...