14. Leo manja

54.9K 5.6K 274
                                    

Ara bangun dari tidurnya. Gadis itu melirik ke arah Leo yang masih terlelap di sampingnya.

Tangan Ara terulur menyentuh dahi cowok itu. "Kenapa masih panas banget?" gumam Ara khawatir.

"Leo," bisik Ara seraya menepuk pipi Leo pelan.

Leo membuka matanya. Matanya mengerjap beberapa kali, "Dingin, Ra," lirih Leo.

Ara menaikan selimutnya. Gadis itu mengusap rambut Leo dengan lembut, "Leo jangan sekolah dulu, ya?" kata Ara.

"Ara juga," ujar Leo pelan.

Ara mengembuskan nafasnya pelan. "Ara ada ulangan, Leo," jawab Ara.

Leo mengeratkan pelukannya pada pinggang Ara. Wajahnya ia sembunyikan pada lekukan leher gadis itu. "Gak mau, mau sama Ara," rengeknya.

"Leo, Ara janji pulang sekolah Ara langsung pulang, ya?"

"Gak mau."

Ara mengembuskan nafasnya lagi. Seumur-umur Leo sakit, baru kali ini cowok itu bersikap manja begini. "Ya udah, Ara gak sekolah. Lepasin dulu," putus Ara.

Leo menggeleng. Nafas Leo terasa begitu panas di leher Ara. "Leo, Ara mau ke Kak Hanin dulu. Mau minta tolong telepon wali kelas Ara sama Leo. Lepas dulu, ya?" pinta Ara.

Leo langsung melepas pelukannya dan membelakangi Ara. Tangannya terulur menaikan selimutnya hingga leher. "Ya udah sana," usir Leo.

Ara menggelengkan kepalanya pelan. Gadis itu beranjak kemudian masuk ke dalam kamar mandi, mencuci muka kemudian turun menuju lantai bawah.

Di dapur, Ara melihat Hanin yang tengah memasak dengan Malik yang memeluk wanita itu dari arah belakang.

Astaga ... Apa-apaan ini?

"Kak," panggil Ara.

Malik sontak melepas pelukannya. Pria itu mendengkus pelan, "Ara, ganggu aja sih," kesal Malik.

"Hehe ... Bentar, Bang. Ara ada perlu sama Kakak," kata Ara cengengesan.

Malik memilih duduk di kursi. Ara menghampiri Hanin, "Kak, Leo sakit," ujar Ara.

Hanin sontak mematikan kompornya. Wanita itu melotot menatap Ara, "Sakit? Sakit apa?" tanya Hanin.

"Gak tau, badannya panas dari kemarin. Gak turun-turun panasnya," ujar Ara.

"Ara minta tolong teleponin wali kelas Ara sama Leo ya, Kak?" pinta Ara.

Hanin menganggukan kepalanya pelan. "Kakak baru bikin sayur sup, kamu bawa ke atas terus obatnya juga kayanya ada deh di laci. Kamu kasih Leo, ya?" ujar Hanin.

Ara menganggukan kepalanya, "Makasih, ya, Kak?" ujar Ara.

"KAK, PINJEM DUIT."

Ara, Malik, dan Hanin langsung mengalihkan pandangan mereka bersamaan.

Di sana, cowok dengan seragam SMPnya berjalan menghampiri Hanin, "Kak, duit gue abis. Papa sama Mama belum balik. Katanya minjem sama Kakak dulu," ujarnya.

"Apaan sih lo? Dateng-dateng minjem duit."

"Disuruh Papa, Kak," jawabnya ketus.

Hanin memutar bola matanya malas, "Bukannya duit lo banyak ya? Kenapa malah minta sama gue?"

"Minjem! Gue bilang minjem. Nanti diganti sama Papa. Lemot banget sih lo," jawabnya kesal.

"Rios ngegas banget sih," sahut Ara.

"Diem lo."

Ara melotot. Gadis itu memukul lengan Rios dengan gemas, "Bisa gak sih, sehari aja gak usah ngegas?" tanya Ara.

Leo Rezayn [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang