11. Perasaan

48.3K 5.6K 360
                                    

"Kak Hanin lagi apa?"

"Eh, Ra? Kakak lagi bikin bubur kacang nih kesukaan Ara," jawab Hanin.

Ara yang mendengar itu lantas tersenyum. Syukurlah, ia kira Hanin akan mendiamkannya seperti Fatur. Ternyata tidak sama sekali.

"Ara bantuin ya?" tanya Ara antusias.

Hanin menganggukan kepalanya. Leo yang melihat itu tersenyum, Hanin memang baik sedari dulu. Tidak salah Malik bertahan dengan wanita itu.

"Gue denger, lo udah baikan sama Papa?"

Leo yang tengah duduk itu, langsung mengalihkan pandangannya pada Malik. Leo mengangguk pelan, "Iya," jawab Leo.

"Leo sadar, selama ini Leo salah nilai Papa. Di saat semua orang jauhin Leo, Papa malah nyuruh Leo buat bangkit. Padahal kelakuan Leo ke Papa selama ini sama sekali gak bagus," sambung Leo.

Malik mengacak puncak kepala adiknya. "Harus nikah dulu baru mikir? Tau gitu gue nikahin lo dari SD sama Ara," ujar Malik seraya tertawa.

Leo tertawa pelan. Nampaknya, Malik tak lagi marah pada Leo. "Abang, udah gak diemin Leo lagi?" tanya Leo.

"Lo mau gue diemin lagi?"

"Jahat banget sih," cibir Leo.

"Yo, semuanya udah kejadian. Lo juga udah nikah sekarang. Intinya, lo sekolah yang bener, terus setelah lulus nanti lo cari kerja buat bisa hidupin keluaga lo, ya? Jangan bandel lagi, udah ada Ara tuh," ujar Malik seraya melirik Ara dan juga Hanin.

"Iya, Bang. Makasih banget ya. Abang udah ngurus Leo dari kecil sampe segede gini," ujar Leo.

Malik tertawa pelan, "Ada-ada aja lo ah," jawab Malik.

"Papa Ezi ngompol di celana!"

Leo dan Malik membalikan tubuh mereka kala mendengar teriakan Ayla dari pintu kamar gadis kecil itu. Tak lama, Kenzie berjalan seraya mengangkang dengan celana basahnya.

Pria kecil itu mencebikan bibirnya, "Papa, Ezi gak tau," ujarnya seraya tertunduk melihat celananya.

Malik beranjak, "Ayo ke kamar mandi," ajak Malik.

Malik langsung menuntun Kenzie ke kamar mandi. Sedangkan Ayla, gadis kecil itu langsung duduk di samping Leo. "Abang cium Ayla!" pinta Ayla.

Leo langsung mencium pipi gadis kecil itu. "Selamat pagi, Ayla," ujar Leo seraya mencolek hidung mungil gadis itu.

"Abang tau gak? Kemarin malem Kenzie lompat-lompat di atas tempat tidur. Eh bangun-bangun kasur Ezi basah. Mana bau pesing lagi," adu Ayla.

"Oh ya? Ayla gak pipis kaya Ezi?" tanya Leo.

Ayla menggeleng, "Enggak dong. Ayla kan pinter," jawabnya seraya tercengir lebar.

"KAK! Nih rendang!"

"Bang Rios!" pekik Ayla.

Rios yang baru saja meletakan kreseknya, langsung berdecak kesal kala Ayla berlari dan memeluk cowok itu. "Awas ah! Risih!" kesal Rios.

"Bang Rios galak banget sih."

"Bodo amat gak urus," jawabnya ketus.

Rios memilih duduk di sebrang Leo. Cowok itu menatap Leo, "Bang, gimana malem pertamanya?" tanya Rios tak tahu diri.

"Mau tau? Nikah sana sama pacar lo," jawab Leo enteng.

Rios mengangkat bahunya tidak acuh. "Gak punya pacar. Cewek semuanya ribet. Apalagi kalau modelannya kaya Kak Hanin, ih." Rios mengedikan bahunya.

Leo Rezayn [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang