16. Terbongkar

45K 4.7K 377
                                    

Pagi-pagi sekali, badan Ara terasa lemas. Bahkan, gadis itu beberapa kali memuntahkan cairan bening di kamar mandinya.

Ara berjongkok. Gadis itu memijat kepalanya yang terasa pening.

Setelahnya, Ara memilih berjalan ke arah kamar kemudian duduk di tepi kasur. Ia memandang wajahnya sendiri lewat cermin.

Tangannya terulur mengusap perutnya sendiri, "Gak, Ara cuman mual karna kebanyakan bergadang. Ara gak mungkin hamil," gumamnya pelan.

Pintu terbuka menampakan Leo yang sudah siap dengan seragam sekolahnya. Cowok itu menatap Ara sekilas kemudian beralih meraih tasnya. "Leo duluan. Ara naik angkot aja," ujarnya.

Leo langsung pergi begitu saja meninggalkan Ara.

Ara memejamkan matanya kuat. Gadis itu mengigit bibir bawahnya kemudian beranjak dan mengambil tasnya.

"Leo," panggil Ara.

Leo berbalik. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya.

"A-Ara bareng Leo, ya?"

"Gak males." Leo langsung meninggalkan Ara dan naik ke atas motornya.

Tak lama, motor Leo melaju meninggalkan pekarangan rumah besar ini.

Ara menunduk. Ini salahnya.

Seharusnya Ara tak perlu berkata begitu pada Leo. Bagaimanapun, Leo adalah suaminya sekarang.

Ara harus jujur perihal ini pada Hasya. "Mau bareng gak?"

"Bukannya Rios sama Beby?"

"Halah si Beby suruh lompat kodok aja. Ayo cepetan."

Rios langsung memakai helmnya dan mengajak Ara naik ke atas motornya.

Segalak-galaknya Rios, tetap saja manusia itu adalah spesies orang yang peka terhadap suasana.

***

"Makasih ya."

"Yoi." Rios langsung melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata.

Bahkan Ara saja kaget saat motor itu melaju tanpa aba-aba.

Ara berjalan memasuki sekolahnya. Namun, matanya memanas saat mendapati Hasya yang baru saja turun bersama Leo dari atas motor cowok itu.

Mengapa bisa?

Ara mengepalkan tangannya di sisi jaitan. "Kenapa rasanya sakit banget?" lirih Ara.

Tanpa diduga, tangan Ara yang terkepal perlahan mengendur dan digenggam seseorang.

Ara mendongak. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, "Kak Danis?" tanya Ara.

"Kenapa?"

"L-lepasin, Kak."

Danis tak menggubris. Cowok itu menatap Ara, "Jangan nangis."

"Gue gak suka liat lo nangis."

Ara tersenyum dan menganggukan kepalanya. Di sisi lain, Leo menatap tajam ke arah Danis dan juga Ara yang masih saling menggenggam.

Cowok itu beralih menatap Hasya, "Ara sama Danis pacaran?" tanya Leo.

"Gak tau. Tapi mereka cocok," sahut Hasya.

Leo Rezayn [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang