00. Prolog

1.3K 126 45
                                    

Suara hembusan angin yang terbilang cukup menerpa bulu kuduk siapapun yang melewatinya. Bau tanah seakan-akan menguasai indra penciuman dikala hujan telah reda. Kicauan burung yang semula ada, kini hilang sesaat setelah hujan selesai.

Pohon yang menjulang begitu tinggi dan juga bertubuh besar, menghiasi langit-langit dan menutupi terpaan cahaya matahari yang masuk. Membuat hutan tersebut bernuansa remang-remang dan cukup membuat nuansa ngeri menguasai hutan tersebut.

Jake berjalan mengitari sekitaran hutan belantara yang terbilang cukup luas dan minim cahaya, hanya remang-remang membuatnya sesekali menyipitkan matanya karena ia harus tetap waspada bagaimana pun juga.

Langkah demi langkah ia lalu dengan perasaan gugup dan puspas yang tiada hentinya, aroma petrikor selepas hujan reda begitu menguar sekali dan menguasai indra penciumannya.

Ia menghela napas gusar, semakin jauh dirinya melangkahkan kakinya, semakin jauh pula dirinya dari pemukiman. Jake tidak tahu apa-apa dan tidak memikirkan apa yang terjadi pada dirinya kali ini.

Yang terpenting adalah, Jake harus cepat sampai di daerah perkotaan dibalik hutan belantara ini.

Angin menghembus begitu kencang, membuat suasana kembali menjadi mencekam. Jake ingat sekali dengan rumor dari desa yang beredar.

'Dibalik indahnya hutan belantara, ada mahluk berbahaya yang selalu mengintaimu kapanpun dan dimanapun posisi kalian'

Jake selalu ingat kata-kata tersebut, kata yang selalu terlontar dari mulut ayahnya. Saat kekasihnya ingin sekali mengetahui dunia luar, ayahnya, bahkan semua orang akan selalu mengatakan hal tersebut. Membuat semua warga yang bermukim tidak berani keluar dan melewati zona yang telah mereka buat.

Helaan napas keluar dari mulut Jake ketika dirinya berhenti sejenak. Ia menyandarkan diri dan duduk di salah satu akar pohon yang menjulang keluar dari tanah.

"Apa aku harus melanjutkan perjalanan ini?" Lirih Jake dengan pasrah disertai dengan helaan napas gusar.

Ia tidak tahu, berapa lama lagi dirinya akan tiba di perkotaan yang luas dan besar. Yang ia lihat sedari kemarin adalah pepohonan dan pepohonan, tidak ada lanskap lainnya.

Jake meraih sebotol minuman yang ia simpan di tas miliknya. Ia meminum air tersebut beberapa tegukkan, cukup membuatnya tidak merasa kehausan di tempat seperti ini.

Ia menatap langitan hutan yang tertutupi oleh pohon dan dedaunan yang menjulang tinggi. Entahlah, Jake hanya merasa gusar saat ini.

Rasa puspas, rasa takut, rasa gugup, dan sebagainya terasa begitu bertubi-tubi. "Bagaimana keadaan Sunghoon di rumah?"

"Apa dia baik-baik saja?"

"Apa aku harus tetap melanjutkan perjalanan ini?"

"Jika tidak....."

Senandikanya terhenti sejenak ketika dirinya mendengar suara langkah kaki dari belakang dirinya. Seketika membuat bulu kuduknya merinding, dengan segera dirinya merapikan semua barang-barangnya dan meraih tas miliknya. Membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Ia mengendap-endap, menjauhi suara langkah tersebut agar tidak terdengar dari kedua telinganya. Dengan tangan yang masih sedemikian rupa menutupi semua celah suara agar tidak terdengar oleh orang tersebut.

Langkah kakinya terus menerus mendekat, Jake masih mengendap-endap secara perlahan. Dengan langkah-langkah yang semakin ia percepat, membuat detak jantungnya menjadi berlarian begitu cepat pula. Menyesuaikan tempo dari kecepatan Jake yang kian lama kian cepat karena orang tersebut masih mengejarnya.

"H-Hah.... Hah... Hah...." Jake berusaha mengatur napasnya ketika dirinya memastikan bahwa orang tersebut tidak mengikutinya dari belakang lagi. Ia melihat keadaan sekitar, dengan keringat yang terus menetes dari ujung hela rambutnya.

Jake takut untuk kesekian kalinya, ia tidak mengerti kenapa dirinya melakukan hal senekat ini hanya karena ini kekasihnya—Sunghoon sembuh dari penyakitnya.

Tapi, jika dirinya tidak melakukan hal nekat seperti ini. Apakah dirinya bisa bahagia bersama kekasihnya? Apakah dirinya bisa bahagia jika dirinya kehilangan kekasihnya?

Jawabannya, tidak. Jake tidak bisa bahagia jika kekasihnya tidak diobati dan disembuhkan.

Ceklek!

Suara patahan dari ranting membuat Jake kembali menegang. Ia seger membalikkan badannya dengan napas yang masih tersengal, ia terbelalak kaget ketika di depannya sudah terdapat sesosok mahluk dengan jubah berwarna merah, kuku yang tajam dan wajah yang tidak terlihat.

Jake memundurkan dirinya perlahan ketika mahluk tersebut juga memajukan badannya secara perlahan. Tanpa sadar bawah punggung Jake terbentur oleh salah satu pohon yang begitu besar.

Ditelannya saliva dari mulutnya dengan gusar, Jake terjebak.

Apa yang harus Jake lakukan sekarang?

______________________

______________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jake Shim

______________________

Hai hai~

Aku bawa book baru~, iya book Sungjake lagi hehe^^

Semua karakter dan vibes dari cerita ini bakal sedikit berbeda dan bakal ada vibes horror(?) nya dikit hehe.

Semoga suka book ini ya~

Oiya, tes ombak dulu^^

Lanjut atau gak nih? Komen yas~

Forest 'Sungjake'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang