"Kak Ibra, bagaimana menurutmu?" Fiya yang tengah membaca novel online mendongak, menatap lelaki yang duduk tegak di sisi lain sofa.
"...." Hening. Ibra hanya menatapnya dengan wajah polos yang dipenuhi kebingungan.
Menghela napas, ia meletakkan ponselnya ke atas meja sebelum duduk tegak, lalu memegang lengan Ibra sambil mengulangi pertanyaannya.
"Apa yang Ibu katakan. Bulan madu. Bagaimana menurutmu? Apa kamu mau?"
"Bulan madu?"
Fiya mengangguk. "Ya, bulan madu."
"Apa itu bulan madu?" Meskipun ia sudah menonton banyak drama dan film, ia kebanyakan hanya menonton drama sains, misteri, maupun action yang penuh teka-teki.
Sementara itu, pertanyaan yang Ibra ajukan kontan membuat Fiya terdiam. Berpikir.
Bulan madu?
Apa itu bulan madu?
Fiya secara otomatis mengulangi pertanyaan sang suami di dalam otaknya.
Secara umum, dia benar-benar tidak mengetahui definisi bulan madu yang sebenarnya. Toh, tidak ada pasangan normal yang akan sangat kurang kerjaan untuk mempertanyakan apa itu bulan madu, bukan?
Tapi ....
Fiya menggigit bibir bawahnya, melirik lelaki yang menatapnya dengan ekspresi penasaran, sebelum menghela napas panjang.
"Bulan madu adalah ...." Fiya tergagap, mencoba mencari penjelasan yang tepat untuk bayi besarnya.
"Apa itu bulan madu?" Ibra mengulangi pertanyaannya ketika ia tidak mendapatkan jawaban untuk waktu yang lama. Wajahnya yang tampan dan murni di penuhi keingintahuan, yang membuatnya memiliki ilusi bahwa Ibra akan terus mempertanyakan pertanyaan yang sama jika ia tidak menjawab.
Menarik napas panjang, Fiya bermain dengan jari-jari tangannya sambil menjawab. "Bulan madu adalah ... eum, bulan madu adalah saat pasangan bepergian bersama ke suatu tempat."
Ya, itulah pengertian bulan madu yang ia tahu.
Sementara Fiya menundukkan kepalanya, Ibra yang mendengar jawaban Fiya terseyum cerah. Lalu memegang lengan sang istri sambil mengangguk antusias.
"Istri, aku mau! Aku mau bepergian bersama mu!" sorak Ibra sambil menggoncang lengan Fiya, membuat wanita itu tersentak dan mendongak menatapnya.
"Kemana kamu ingin pergi? Em?" tanya Fiya lalu mengulurkan tangan, membelai puncak kepala Ibra yang membuat lelaki itu memejamkan mata dengan senyuman, terlihat menikmati belaian lembut sang istri.
"Aku ingin ke ...." Ibra menggantung pertanyaanya, lalu membuka matanya yang cerah dan murni. "Aku ingin ke rumah istri, aku ingin mengunjungi Nenek!"
Jawaban Ibra membuat Fiya menghela napas panjang.
Ke rumahnya? Apakah itu masih bisa dianggap bulan madu? Tapi ....
Fiya menatap wajah sang suami yang dipenuhi antusiasme dan kerinduan.
"Oke. Kita pergi ke rumahku, lalu mengunjungi makam Nenek bersama." Ia menyetujui, membuat senyum di wajah Ibra semakin cerah.
"Ayo!" sorak Ibra yang tiba-tiba menarik tangan Fiya ke luar kamar.
Hal ini menyebabkan Fiya yang kaget dan tidak siap membeturkan lututnya ke meja sofa.
"Akhhh!" Ia meringis kesakitan, membuat Ibra yang menariknya dengan antusias akhirnya menoleh.
"Istri!" ia berseru, melepaskan tangannya yang memegang pergelangan tangan Fiya, membuat wanita itu tertangkap basah dan jatuh ke lantai.
Hal ini menyebabkan Ibra merasa cemas, manatap sang istri dengan perasaan bersalah, sementara Fiya mendongak dengan kemarahan berkobar di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband
Teen FictionFiya Aulia, seorang remaja brokenhome dengan gejala selfharm yang terpaksa menikahi Muhammad Gibran, seorang spektrum autisme sekaligus teman masa kecilnya. Pernikahan itu membuat keduanya terjebak di dalam toxic relationship, di mana keduanya salin...