18. Neraka

1.2K 99 12
                                    

Ibra masih dalam keadaan linglung ketika keduanya berada di dalam mobil yang terparkir di halaman Mall. Sementara itu, Fiya yang masih marah dan malu duduk di sudut terjauh dari tempat sang suami duduk.

Ia memalingkan wajah melihat jalanan melalui kaca jendela mobil yang terbuka, membuat hembusan angin menyapu wajahnya guna mengurangi rasa panas di hatinya.

Sementara itu duduk di kursi kemudi, Pak Di yang merasakan suasana hati Fiya tidak terlalu baik, melirik Tuan mudanya melalui kaca mobil. Saat ini, ia melihat Tuan mudanya dalam keadaan linglung sambil menyeringai dari mulut ke mulut. Pupilnya yang kecoklatan terlihat jernih dan berbinar, menandakan ia sedang berada di dalam suasana hati yang baik.

Lalu, kenapa Nyonya muda terlihat tidak senang? Apa Tuan muda tanpa sadar membuat Nyonya muda kesal?

Pak Di berpikir, lalu diam-diam mendesah di dalam hatinya.

Nah, apa yang harus dia lakukan untuk membuat Tuan muda peka dan membujuk Nyonya muda agar tidak marah?

Jika dia tidak mengingatkan Tuan muda, dia mungkin akan ....

"Istri ...." Ibra tiba-tiba memanggil, membuyarkan lamunan Pak Di.

"...." Hening. Fiya bahkan tidak melirik Ibra sedikitpun, yang membuat lelaki itu tiba-tiba merasa ketakutan.

Apa Fiya marah karena dia menciumnya tanpa izin? Tapi ... Fiya yang menciumnya terlebih dahulu, dan dia tidak marah!

Benar. Dia tidak marah karena Fiya menciumnya tanpa izin, tapi ... Kenapa Fiya marah karena dia menciumnya tanpa izin?

Ibra meraih ujung kemeja yang Fiya kenakan, lalu menarik-nariknya dengan panik.

"I- istri, j-jangan marah. A-aku ... aku tidak akan men-"

"Diam!"

Seperti kucing yang terinjak ekornya, Fiya berteriak keras, memotong kalimat Ibra sambil membekap mulut lelaki itu dengan telapak tangan.

Hal ini membuat Ibra menatapnya sambil berkedip polos, seolah-olah bertanya. "Kenapa kamu membekap mulutku?" Yang membuat Fiya buru-buru menarik tangannya yang membekap mulut Ibra.

Ck, kenapa aku yang merasa bersalah?

Pikirnya sambil tanpa sadar menggosok telapak tangannya yang terasa panas.

"Istri, aku—"

"Diam!" Ia dengan galak menyela, membuat Ibra mengangguk.

"Baik," jawabnya dengan ekspresi menyedihkan, membuat Fiya menarik napas panjang.

Sial! Aku pasti berhutang nyawa pada lelaki ini di kehidupan sebelumnya!

Menggenggam punggung tangan Ibra, Fiya melembutkan nada suaranya. "Maaf, aku tidak bermaksud membentak mu. Kak Ibra, tolong diam sebentar, oke?"

Ibra mengangguk, menggenggam telapak tangan Fiya di tangannya, sebelum bermain dengan jari-jari sang Istri yang gemuk dan pendek.

Sementara itu, Fiya menghela napas panjang sebelum menginstruksikan. "Pak Di, kembali ke rumah!" beritahu nya membuat Pak Di sedikit kebingungan.

Setelah memperhatikan jari-jari Fiya selama beberapa detik, Ibra membuka kepalan tangannya dan membandingkan jari-jari mereka.

Jari telunjuk Fiya lebih panjang dari jari manisnya, sementara jari manisnya lebih panjang dari telunjuknya.

Ibra berpikir, lalu matanya berbinar cerah ketika ia menemukan bukti penemuan yang ia baca di dalam buku.

Benar!

My Idiot HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang