22. Bunga, Makam

1.5K 96 29
                                    

Jangan lupa komentar dan selamat membaca! ^^

"Kak Ibra, a-aku ... aku sudah menyiapkan baju ganti di kamar. Kamu ... jangan lupa membawanya," cetus Fiya memberitahu, lalu menundukkan kepala sambil menggigit bibir bawahnya.

Sementara itu setelah mendengarkan kalimat yang Fiya ucapkan, Ibra diam di tempat selama beberapa detik sebelum bertanya. "Apa?" Yang membuat Fiya ingin membenturkan dahinya ke balok tahu yang biasa dijual di pasar.

Sial! Apa lelaki ini benar-benar tidak mendengar?

Ia berpikir, lalu menarik napas panjang sebelum mendongak dan mengulangi.

"Aku menyiapkan baju ganti untuk mu, kamu ... jangan lupa memakainya nanti." Yang membuat Ibra lagi-lagi terdiam sebelum mendongak dengan senyum cerah di wajahnya.

"Ya!" Ia menjawab sambil mengangguk keras.

"Kenapa kamu masih berdiri bodoh di sana? Ayo, cepat mandi!" ucap Fiya setelah melihat Ibra berdiri diam sambil memandanginya dengan senyum konyol.

Kalimat yang Fiya ucapkan membuat Ibra tersentak, lalu meneliti wajahnya selama beberapa detik, sebelum mengangguk setelah ia memastikan tidak ada kemarahan di wajah sang istri.

"Y-ya, aku ... Aku mandi!"

Fiya mengangguk sambil tertawa kecil, sementara Ibra melangkah menuju kamar tidur.

"Istri, aku mandi!" ucap Ibra yang berhenti tepat di depan pintu kamar, lalu menoleh dan menatap Fiya dengan senyum cerah.

Fiya lagi-lagi mengangguk. "En, cepat mandi!"

Ibra mengangguk, lalu memasuki kamar tidur sebelum keluar beberapa detik kemudian, sambil membawa satu setel pakaian.

"Istri, aku mandi!" Ibra lagi-lagi berhenti pada langkahnya, lalu menatap Fiya dan mengulangi kalimat yang sama.

"Ya, ayo cepat!"

Ibra mengangguk, lalu berjalan menuju kamar mandi di ruang belakang meninggalkan Fiya yang menghela napas panjang.

Hidup bersama lelaki seperti ini, seberapa lama ia bisa bersabar dan bertahan? Akankah ia menjadi lilin yang diam-diam kehilangan cahayanya di keheningan malam? Jika itu benar-benar terjadi ... Ia berharap kondisi Ibra menjadi lebih baik dan stabil sampai waktu itu terjadi.

Kak Ibra, tolong jangan sia-siakan usaha ku!

Ia membatin, lalu melanjutkan kegiatannya.

Sepuluh menit berlalu ketika Ibra akhirnya keluar dari kamar mandi.

"Istri, aku selesai!"

Suara Ibra yang manis dan polos terdengar, membuat Fiya yang tengah bermain ponsel mendongak dan menatap ke sumber suara.

"Ya." Ia mengangguk, lalu mematikan layar ponsel sebelum beranjak dari atas ranjang. "Kalau begitu giliran aku yang mandi. Kamu ... kamu tunggu di sini sebentar, oke?"

Ibra mengangguk, lalu meraih rubrik di dalam laci.

"Aku bermain ini. Aku ... Aku menunggu Istri," ucap Ibra menjawab.

Menghela napas panjang, Fiya mengangguk tanpa ekspresi sebelum berjalan ke kamar mandi.

*****

"Kak Ibra, tunggu sebentar!" ucap Fiya setelah keduanya berjalan keluar rumah.

Hal ini membuat Ibra menghentikan langkahnya dan memandang Fiya dengan kebingungan.

"...."

Fiya menghela napas panjang, memandang raut kebingungan di wajah sang suami sebelum menunjuk bunga mawar di samping rumah.

My Idiot HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang