Keluarga Ibra tinggal disuatu kompleks perumahan mewah di kota ini. Rumah ini terdiri dari tiga lantai dengan halaman depan luas yang Fiya perkiraan cukup untuk anak-anak bermain bola.
Memasuki pintu rumah, Meili dengan antusias menjelaskan fungsi setiap lantai di rumah ini. Lantai pertama merupakan ruang tamu, dapur, dan kamar pelayan. Lantai kedua dihuni Ibra secara keseluruhan, sementara anggota keluarga lain menempati lantai tiga.
Setelah menghapus make-up pengantin yang tebal dan membersihkan diri, Fiya keluar dari kamar mandi mengenakan piyama sutera berwarna biru dengan rambut setengah basah.
Hal ini membuat Ibra yang duduk di sofa sambil membaca buku mengernyit, meletakkan buku di atas meja lalu berjalan meraih pengering rambut di atas meja rias.
"Ada apa?"
Fiya menatap kosong ke Ibra yang menarik ujung piyamanya.
"...."
Ibra diam, enggan menjawab pertanyaan Fiya saat ia terus menarik ujung piyama Fiya dan menuntunnya menuju meja rias.
"Duduk," Ibra memerintah Fiya yang mengikutinya dengan ekspresi bingung.
"Apa?"
Ibra mengernyit. Dia tidak suka berbicara, tapi hari ini Fiya sudah membuatnya banyak berbicara. Juga, Nenek pernah mengatakan jika suatu hari ia menikah, ia harus bersabar dan merawat istrinya sepenuh hati, jadi ....
"Duduk," Ibra mengulangi.
Fiya tertegun, menatap wajah Ibra selama beberapa detik sebelum mengangguk, mengikuti perintah lelaki itu untuk di bangku kecil di depan meja rias.
Saat itulah ia bisa melihat Ibra mengangguk puas, lalu ia berjalan ke belakangnya sambil memegang pengering rambut. Membuatnya seketika mengerti apa yang ingin 'suaminya' lakukan.
"Kamu ingin mengeringkan rambutku?"
Ibra mengangguk beberapa detik kemudian, menyalakan pengering rambut di tangannya.
"Keringkan rambut dengan benar, jangan sakit," beritahunya dengan kepala menunduk, fokus mengeringkan rambut Fiya yang membuat gadis itu kerasa sedikit ....
masam.
"Aku tidak tahu cara menggunakan pengering rambut." Benar. Selama ini dia selalu membiarkan rambutnya mengering secara alami.
Jawaban Fiya membuat Ibra mengerutkan kening dengan bibir mengerucut. Terlihat berpikir saat jari-jarinya bergerak lincah menguraikan rambut istrinya.
Di sisi lain, Fiya menatap bayangan Ibra di dalam cermin dengan ekspresi rumit.
Lelaki ini suamiku.
Fiya berpikir, menatap wajah polos suaminya yang berkerut.
Apa dia merasa kesal karena jawabanku? Tapi ... aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara menggunakan pengering rambut!
"Aku mengeringkan!" Lelaki itu tiba-tiba memberitahu, lalu mematikan pengering rambut dan meletakkannya ke dalam nakas.
Kalimat yang Ibra ucapkanmembuat Fiya tersentak dari lamunan, menatap wajah menggemaskan lelaki itu yang menatapnya dengan ekspresi serius.
"Kamu?"
Meskipun Ibra dua tahun lebih tua darinya, Fiya secara mental memperlakukan lelaki itu sebagai seorang anak.
Karena ini ketika Ibra mengatakan hal-hal yang merawatnya, ia merasa canggung dan tidak biasa. Itu perasaan seperti seorang anak mengatakan ia akan membantumu mengerjakan rumus matematika yang rumit dan menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband
Novela JuvenilFiya Aulia, seorang remaja brokenhome dengan gejala selfharm yang terpaksa menikahi Muhammad Gibran, seorang spektrum autisme sekaligus teman masa kecilnya. Pernikahan itu membuat keduanya terjebak di dalam toxic relationship, di mana keduanya salin...