12. Jangan Marah

1.2K 97 12
                                    

Komen gaes, biar aku tahu ada yang baca cerita ini atau nggak😅

Ketika tangan Fiya terulur untuk mencapai kenop pintu, ia merasa seseorang menarik ujung piyamanya.

Menoleh, Fiya melihat Ibra berdiri dibelakangnya sambil menarik-narik ujung bajunya dengan ekspresi menyedihkan.

"Ada apa?"

Ibra menggeleng lemah. "Jangan pergi ...."

"...." Fiya terdiam. Bukankah ia yang 'memintanya' pergi karena tidak mandi?

Melihat Fiya diam tanpa membalas membuat Ibra menjadi cemas dan menarik-narik ujung bajunya lebih keras.

"Jangan pergi ...." ia memohon. Ekspresinya yang menyedihkan membuatnya terlihat seperti  anak kecil yang meminta hukuman karena berbuat salah.

"F-Fiya, jangan pergi ...."

".... "

"A-aku tahu aku salah, m-maaf."

Pada akhirnya Fiya hanya  bisa menghela napas, mengangguk. "Baik, tapi kamu  tidak boleh  mengeluh karena aku belum mandi, oke?"

Kening Ibra lagi-lagi berkerut selama beberapa detik sebelum mengangguk berat.

Setelah pertengkaran kecil antara  suami-istri, keduanya berakhir berbaring di masing-masing sisi  ranjang.

"Fiya," suara Ibra terdengar tak lama setelah mereka berbaring.

"Um."

"Maaf."

"Ya."

"Jangan marah lagi."

"Aku tidak."

"Fiya ...."

"Aku di sini," lalu ia mengernyit menyadari suasana hati Ibra yang salah.

Fiya berguling dan berbaring menyamping menatap Ibra dengan dagu bertumpu. "Ada apa?"

"...."

"Kak Ibra, katakan jika kamu menginginkan sesuatu karena tidak ada orang yang akan mengerti jika kamu diam."

"Nenek dan Ibu juga mengatakan itu," suara dan ekspresi Ibra yang datar membuat Fiya tidak bisa menebak suasana hatinya dengan pasti.

"Lalu kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa?"

"....." Ibra mengerutkan kening dengan bibir membentuk garis lurus.

"Ayo katakan ada apa atau aku tidur di tempat lain."

Ancaman Fiya membuat tubuh Ibra bergetar dan menatapnya ngeri. "J-jangan ... A-aku ...."

Fiya mengulurkan untuk membelai dahi Ibra setelah melihat kecemasan di wajahnya.

"Ada apa? Ayo katakan dan aku janji tidak akan marah."

"Benarkah?"

Fiya mengulas senyum lembut, mengangguk.

Sambil menghindari menatap wajah Fiya, Ibra bermain dengan jari-jarinya. "K-kamu tidak mengucapkan selamat malam!" lalu mendongak dengan ekspresi penuh keluhan.

Hal itu membuat Fiya merasa seperti eum ... seekor serigala besar yang menggoda kelinci putih kecil.

Fiya tertawa kecil pada selera humornya sendiri.

"...." Ibra terdiam, menatap Fiya yang tertawa dengan raut kebingungan.

Setelah selesai tertawa, Fiya mengangguk sambil mengacak puncak kepala Ibra. "Baiklah. Selamat malam,  Kak Ibra!" lalu berbaring dan menutupi dirinya dengan selimut.

My Idiot HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang