Selamat membaca dan jangan lupa berkomentar!!! ^^
"Kak Ibra, apa kamu senang? Kita istirahat dulu pagi ini, nanti sore aku akan menemanimu mengunjungi makam Nenek," Ujar Fiya sambil membuka pintu rumahnya.
Ibra mengangguk, lalu berjalan memasuki rumah mengikuti sang istri.
Sementara itu, Fiya yang tidak mendapatkan jawaban dari sang suami menghentikan langkahnya, lalu menoleh memandang sang suami.
"Kak Ibra, kenapa kamu tidak menjawab? Apa kamu tidak setuju dengan rencana ku? Apa kamu ingin mengunjungi makam Nenek sejarang?"
Ia bertanya, membuat Ibra tersentak kaget sebelum menggeleng.
"T-tidak! A-ku setuju!" Lalu buru-buru meraih tangan Fiya yang kosong. "J-jangan marah, aku—"
"Aku tidak marah," ia memotong dengan senyum tipis, lalu berjinjit dan mengulurkan tangannya untuk menepuk puncak kepala sang suami.
"Apa kamu lapar?"
Ibra menunduk, melihat perutnya selama beberapa detik sebelum mengangguk. "Lapar," jawabnya sambil memegangi perutnya dan menatap Fiya dengan ekspresi menggemaskan.
Hal ini menyebabkan Fiya tidak bisa menahan diri untuk mengulurkan tangan dan mencubit pipi sang suami.
"Kak Ibra, kenapa kamu sangat imut?" tanyanya yang membuat senyum Ibra semakin cerah.
Karena Fiya menganggapnya imut, dia pasti menyukainya, kan?
Ibra berpikir, lalu mengulurkan tangan guna memegang tangan Fiya di pipinya.
"Istri, kamu juga imut!"
Pujian Ibra menyebabkan wanita itu linglung selama beberapa detik, memandang tatapan tulus dan murni sang suami sebelum tertawa kecil.
"Ya. Aku memang imut," ujarnya membalas, lalu melepaskan tangannya dari pipi Ibra. "Yah. Sekarang suami, apa kamu mau membantu ku memetik sayuran dari samping rumah?"
Mata Ibra berbinar mendengar kata 'suami' yang Fiya sematkan.
"Aku mau!" ia membalas sambil mengangguk antusias.
"Oke, kalau begitu tunggu aku meletakkan koper!"
Ibra mengangguk, sementara Fiya bergegas memasuki kamar untuk meletakkan koper di tangannya.
Setelah meletakkan koper, Fiya keluar dari kamar dan melihat Ibra masih berdiri diam di tempat.
"Kenapa kamu berdiri di sini?"
"Aku menunggu Istri!"
Jawaban sang suami membuat Fiya tertegun, lalu tertawa sambil menggelengkan kepala.
"Haha, kalau begitu ayo kita mengetik sayuran!"
"Ayo kita mengetik sayuran!" sorak Ibra mengikuti, lalu sepasang suami-istri itu berjalan keluar rumah ketika Fiya tiba-tiba berhenti.
"Istri, ada apa?" tanya Ibra sambil menatapnya bingung.
Fiya menepuk dahinya, lalu membalas tatapan Ibra dan menjawab. "Aku lupa memasak nasi!"
"Kak Ibra, kamu duduk di sini dulu dan tunggu aku, oke? Aku akan memasak nasi dulu," ujarnya sambil menarik Ibra ke ayunan di depan rumah.
Ibra mengangguk patuh. "Istri, kamu bisa memasak nasi. Aku menunggumu disini," ucapnya lalu menunjukkan jari Tengah dan jari telunjuknya. "Aku berjanji."
Fiya mengangguk, lalu mengacak puncak rambut sang suami.
"Tunggu aku!" ucapnya lalu berjalan memasuki rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband
Novela JuvenilFiya Aulia, seorang remaja brokenhome dengan gejala selfharm yang terpaksa menikahi Muhammad Gibran, seorang spektrum autisme sekaligus teman masa kecilnya. Pernikahan itu membuat keduanya terjebak di dalam toxic relationship, di mana keduanya salin...