Life is about doing mistakes.
Pagi ini karina bangun lebih awal untuk membantu bundanya menyiapkan sarapan. Karina membuat sandwich untuk ia bawa ke sekolah.
"Bunda sakit?wajah bunda pucat," ucap karina, memperhatikan wajah bundanya.
"Enggak sayang, Bunda cuma kecapean aja," Karina mengangguk ragu, bundanya tidak pernah terlihat sepucat itu meskipun sedang sakit.
Karina menepis jauh pikiran negatifnya. "hari ini bunda istirahat di rumah aja ya, aku gamau liat bunda sakit," ucap karina seraya memeluk bundanya yang sedang menyiapkan makanan di meja.
Tamara berbalik dan memeluk anaknya dengan erat. "bunda, apa ayah menyakiti bunda?" tanya karina yang masih memeluk bundanya.
"ayah tidak pernah menyakiti bunda, na kamu tidak boleh membenci ayahmu ya bersikap baiklah padanya," karina hanya mengangguk, ia tahu bundanya berbohong.
Rasa perih terus menggores hati karina, ketika melihat bundanya berpura pura kuat. Karina tidak mengelak tentang ia yang membenci ayahnya. Malvin begitu angkuh dan selalu meluapkan emosinya kepada Tamara, dan karina adalah saksinya.
___
Kenanth dan amanda berjalan di koridor menuju kelas. Banyak pasang mata yang memperhatikannya termasuk tatapan tidak suka, dari beberapa perempuan. Karena hal ini lah yang membuat Amanda tidak ingin dekat dengan seorang Kenanth.
"man, lo kenapa? ," tanya Kenanth menghentikan langkahnya saat tiba di depan kelas karina, ia menatap Amanda yang masih diam menunduk.
"gue gapapa mending lo ke kelas," ucap Amanda tanpa menatap Kenanth.
"yaudah, belajar yang rajin ya," ucap Kenanth mengacak pelan puncak kepala Amanda membuat jantung Amanda berdetak lebih cepat.
Amanda berlalu meninggalkan Kenanth tanpa mengucap apapun. Kenanth yang melihat itu tersenyum dan berjalan menuju kelasnya. Tanpa Amanda dan Kenanth ketahui, karina memperhatikan mereka dari kejauhan.
Drrt..
Beruang kutub
'ke ruang konseling sekarang,'Karina membuka handphone nya yang bergetar karna pesan masuk. Dia tersenyum dan berjalan menuju ruang konseling yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Sesampainya di sana, karina duduk di samping Samuel yang tengah memainkan ponselnya. Tidak ada yang membuka suara sampai rangga dan seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan.
Samuel dan karina berdiri untuk menyalami wanita yang sekarang Ada di hadapan mereka.
"maaf sebelumnya mengganggu waktu ibu, kami hanya ingin menyampaikan beberapa hal tentang rangga," ucap karina membuka ruang obrolan, ia melihat rangga yang gugup.
"sudah hampir dua minggu ia tidak masuk sekolah dan tidak ada keterangan apapun," ucap samuel.
Samuel menceritakan tentang dirinya yang ditugaskan mengawasi beberapa anak yang bolos. Karina bertanya pada rangga tentang ia yang menjual barang terlarang.
Rangga ragu untuk menjawab dan berakhir dengan anggukan. Tentu saja ibunya sangat terkejut karna putranya melakukan hal tercela.
"ibu kecewa dengan mu rangga," ucap ibunda rangga.
Rangga hanya bisa menunduk tanpa meminta maaf kepada ibunya. Tak lama bu rina selaku wali kelas rangga datang. Bu rina sudah tahu tentang masalah ini, karena Samuel yang memberitahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Driglatte
Teen Fiction'Tentang kata yang selalu terucap, menjadikan sebuah rasa yang tak pernah di terka' Kisah yang tak pernah di terka, terlihat nyata meski banyak luka dan lara. Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, seorang wanita yang berniat untuk mencairka...