Nabila merasa khawatir ketika melihat Zefanya berlari keluar dari kantin sekolah. Tatapannya yang semula tertuju pada pintu kantin, kini beralih ke arah Alfarel. Ia menatap tajam cowok itu.
"Lo emang brengsek Al! Lo keterlaluan! Lo yang mulai permainan ini, lo juga yang marah-marah gak jelas sampai perlakuin Zefanya seperti cewek rendahan kek tadi!" ucap Nabila penuh emosi.
"Maaf."
Hanya kata maaf yang bisa Alfarel ucapkan. Karena ia tak tahu harus mengatakan apa. Alfarel mengaku kalau ia salah. Bahkan sangat salah. Tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi kan?
Andai ia bisa mengulang waktu, ia pasti sudah berakhir bahagia dengan gadisnya. Gadisnya? Ralat, tepatnya mantan gadisnya. Alfarel sangat menyesali perbuatannya tadi. Ia tidak bermaksud untuk menyakiti gadis itu. Gara-gara emosinya, ia kehilangan orang yang dicintainya.
Benar kata pepatah, penyesalan selalu datang di akhir. Dan Alfarel merasakan itu. Sekarang ia tak bisa berbuat apa-apa selain meminta maaf. Tetapi ia ragu, Apakah Zefanya akan memaafkannya?
Sekelebat ingatan menimpa Alfarel.
"Iya! Lo emang brengsek! Dan cowok brengsek seperti lo ini gak pantes buat bahagia! Gak pantes buat dicintai! Gue doain semoga lo dapet karma lebih dari ini! Dan satu hal yang harus lo tau, gue benci sama lo!"
Alfarel teringat perkataan Zefanya beberapa menit yang lalu. Apakah benar gadis itu membencinya? Ia benar-benar menyesali perbuatannya.
"Maaf lo bilang??? Hhh, cih!!"
"Setelah ini, jangan harap lo bisa deketin Zefanya lagi! Lo bakalan nyesel udah buat Zefanya kek tadi! Gue pastiin lo gak bisa deket-deket sama Zefanya lagi. Camkan itu!!"
"Maksud lo apa??"
Alfarel merasa tak terima ketika mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Nabila. Alfarel tak ingin jauh-jauh dari Zefanya. Ia sangat mencintai gadis itu.
"Nanti juga lo bakalan tau."
Setelah mengucapkan itu, Nabila berlalu dari hadapan Alfarel. Ia ingin menyusul Zefanya, untung saja ia tahu dimana Zefanya berada. Nabila sangat khawatir dengan sahabatnya itu. Pasalnya, jika Zefanya merasa kehilangan sesuatu yang amat berharga baginya, ia tak segan-segan untuk melukai dirinya sendiri.
Tak terasa, Nabila sampai di depan pintu bilik toilet tempat Zefanya berada. Ia langsung menggedor-gedor pintu bilik toilet itu.
"Ze, lo di dalem kan?"
Nabila menempelkan telinganya di pintu untuk memastikan Zefanya berada di dalam sana. Nabila mengerutkan keningnya saat mendengar suara gemericik air dari dalam bilik toilet.
"Ze?"
"Ze, buka pintunya!"
Nabila panik saat tak mendengar sahutan dari dalam.
"Ze, jangan buat gue khawatir. Please, buka pintunya!"
"Jangan ngada-ngada ya lo! Buka pintunya!"
"Kalau lo gak buka, pintunya bakal gue dobrak!"
"Satu..."
"Dua..."
"Ti.."
Ceklek
Pintu pun terbuka, menampakkan seorang gadis dengan penampilan yang tidak bisa dibilang rapi. Rambutnya acak-acakan, seragam yang sering terlihat rapi kini juga ikut acak-acakan, dan jangan lupakan bibir Zefanya yang berdarah akibat
gadis itu yang menyapu terlalu kasar bibirnya. Nabila yang melihat itu, merasa sedih dengan keadaan sahabatnya. Ia langsung memeluk erat sahabatnya itu."Gue gakpapa kok Na," ucap Zefanya berusaha menenangkan sahabatnya itu.
"Gakpapa lo bilang?? Bibir lo berdarah!!" Nabila melepaskan pelukannya.
"Oh ini?" Zefanya mengusap bibirnya yang berdarah.
"Gue gakpapa kok. Lo gak usah khawatir. Salah gue juga kenapa malah ngikutin permainan ini."
Zefanya memaksakan senyumnya. Ia mulai merapikan penampilannya di depan cermin.
"Tap--"
Belum sempat Nabila menyelesaikan ucapannya, suara dering ponsel milik Zefanya menghentikan ucapannya.
"Bentar," ucap Zefanya.
"Hallo??" Zefanya mengangkat telponnya.
"..."
"Lo serius??" wajah Zefanya yang tadi muram, kini berganti menjadi wajah senang.
"..."
"Oke, lo tunggu disana, gue otw."
Tut!
Zefanya langsung mematikan sambungan secara sepihak. Nabila yang melihat Zefanya tersenyum, juga ikut-ikutan tersenyum. Ia bersyukur sahabatnya itu tidak terpuruk lagi. Satu hal yang ia tahu, hanya satu orang yang bisa membuat Zefanya
yang terpuruk kembali tersenyum. Ya, Nabila berharap orang itu bisa membuat sahabatnya selalu bahagia."Siapa?
kira-kiraa siapaa yaa? ada yang tauu ga?
whehe seperti biasa jangan lupa vote dan comment
salam cinta,
tiaa💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Game
Teen Fiction[Story 1] - PUBLISH ULANG "Bersyukur dijadiin mainan dia gitu? Gue yakin semua cewek bakalan nolak kalau tau, cuman cewek gila aja yang nerima itu semua." -Zefanya Putri Bagaimana perasaan kalian jika dijadikan bahan taruhan oleh mostwanted diseko...