35

1.4K 133 2
                                    









Keesokan harinya, kegiatan di apart Lim berjalan normal belum ada yang meresahkan.

Rose yang membantu Irene memasak, Jennie dan Jisoo sedang gibah.

Sedangkan Lim tengah tertidur di kamarnya.

"Gue bangunin Lim dulu ya, lo yang masak." Ujar Irene lalu hendak beranjak pergi, namun di tahan oleh Rose.

"Gue aja ya, lo mending masak." Ujar Rose, Irene mendengus kesal.

"Y" Rose yang tak perduli dengan Irene langsung bergegas kekamar Lim

padahal di belakang itu Irene tengah membawa pisau, dan rasanya ingin melempar itu ke Rose.





Di kamar Lim, Rose tengah duduk di sebelah Lim, menatap lelaki yang sebentar lagi menjadi suaminya, tapi senyumnya hilang ketika mengingat wajah Jennie muncul di pikirannya.

"Napa kucing garong tiba tiba muncul sih!"

"Loh Rose??" Rose langsung menoleh kearah Lim yang baru bangun.

"Sarapan yuk, udah aku masakin loh." Ujar Rose mengelus kepala Lim pelan, lelaki itu duduk dan tersenyum manis kearah Rose.

Ingin rasanya Rose pingsan ditempat melihat Lim yang tersenyum manis kearahnya.

" Iya, nanti aku susul, oh iya, untuk pernikahan kita, ntar ikut ya buat mulai persiapan." Ujar Lim, Rose membulatkan kedua matanya.

"Beneran mau nikahin aku?? ga kepaksa kan?!!" Tanya Rose histeris.

"Ya engga lah, bener mau nikahin masa main main." Ujar Lim dengan tawanya.

"SUMPAH!! HUAAA AKHIRNYA AKU NIKAAHH!!!" Rose berucap senang lalu memeluk Lim erat.

"Ssstt, tapi jangan sampe yang lain tau dulu, ntar aku di teror." Lim berucap ngeri membayangkan bagaimana kelakuan Irene Jisoi dan Jennie.

Terutama Jennie, gadis itu pasti akan mendatanginya setiap malam, bukan hanya di kenyataan tapi juga dalam mimpi.

"Okeeyy, yasudah aku tunggu dibawah." Ujar Rose lalu mengecup pipi Lim dan beranjak pergi.




■■■■




" Seneng amat buk?? pasti ada sesuatu." Rose menepuk jidat Jennie.

"Jangan kepo! hanya gua tuhan sama bebeb Lim yang tau." Ujar Rose pergi sambil mengibaskan rambut panjangnya.

"HEH!! Lo kira lo Anggun apa iklan sampo rejoice!! mana rambut lo bau daki lagi!!!" Sentak Jennie yang gemas dengan kelakuan Rose.

"Sekate kate jadi babi!!! Gue baru keramas ya sorry saayyy!! kalo iri bilang!!" Rose yang tak terima membalas ucapan Jennie.

"Oohhh ngelawan?!! bagooss!!" Jennie berkacak pinggang menatap Rose tajam.

"Iyalah!! emang gue takut sama lo?!!" Tantang Rose.

" Titisan siluman lo!!" Jennie yang sudah geram langsung menjambak rambut Rose.

"Goblok sia!!!" Rose yang tak terima membalas jambakan Jennie, dan terjadilah jambak menjambak antara Rose dan Jennie.

Lim yang baru selesai mendi mendengar keributan segera keluar.

"WOI!! Jisoo Irene!! kok bengong sih?!! ini pisahin woi!!" Lim berucap panik ketika keluar kamar dan mendapati Jennie dan Rose saling menjambak, mencakar, menindih.

Dan jangan ditanya gimana Jisoi dan Irene, kedua gadis itu tengah memperhatikan ciptaan tuhan, pasalnya Lim keluar kamar dengan masih bertelanjang dada, dan memperlihatkan otot serta abs miliknya.

"Impresive." Irene bergumam dengan kedua mata tak berkedip.

" JISOO!! kok malah mimisan sih kampret!!!" Irene berucap kaget, melihat Jisoo mimisan saat memandang Lim.

Lim yang tau itu tambah panik.

"Lah kok loh!! Irene, bantuin gua misah ini woi." Ujar Lim panik, Irene yang tak tega melihat pujaan hatinya bingubg langsung bertindak.

dibawanya 1 sendok kayu dari dapur, dia berjalan mendekat kearah Rose dan Jennie.

*Tak

*Tak

" BERHENTI APA GUE PUKUL LAGI!!?" Ucapan Irene menghentikan kegiatan Rose dan Jennie yang bertengkar.

Sedangkan Lim tengah menutupi hidung Jisoo supaya tidak ada lagi darah yang mengalir, dan kesempatan Jisoo, mendempet erat ke Lim.

Keadaan Jennie dan Rose yang sudah babak belur membuat mereka lebih memilih diam, dan pergi kekamar masing masing.

Irene membalikkan badan, melihat Jisoo yang mencari kesemoatan lagi lagi membuatnya naik pitam.

"JISOO!! CUCI MUKA SANA!!!" Sentak Irene, melepas pelukan Jisoo di Lim.

Jisoo hanya mendengus kesal, masuk kekamar nya untuk membersihkan wajahnya.

Kini tinggal Lim dan Irene yang ada di dapur, Lim sibuk mrnbersihkan tubuhnya yang ada bekas darah Jisoi, sedangkan Irene membersihkan kekacauan dari Jennie dan Rose.

"Hah, kenapa bisa bertengkar??" Tanya Lim.

"Seperti biasa, mereka rebutan kamu, kan aku aja yang ga alay kaya mereka." Ujar Irene dengan senyumnya.

" Padahal sama ae."

"Ngomong apa kamu??" Tanya Irene menatap kearah Lim.

"e eh e enggak, yaudah aku mau ambil baju dulu." Lim segera pergi dari hadapan Irene.





■■■■





Hening di meja makan, tidak ada percakan dari 5 orang, Lim yang canggung berusaha mencairkan suasana antara Rose dan Jennie yang sedang bertatapan tajam.

"Emmm Rose nanti jadi kan??" Tanya Lim, wajah Rose berubah, yang awalnya datar, menjadi tersenyum sangat manis.

"Jadi kok, habis sarapan langsung aja ya." Ujar Rose dengan senyumnya.

Jisoo menatap heran kearah Lim.

"Mau kemana?" Tanya Jisoo, Lim menegak ludahnya kasar.

"aah itu, dia minta kucing untuk dipelihara, jadi aku antar." Ujar Lim.

"Sejak kapan lo doyan kucing?? ga salah denger gue??" Tanya Irene heran.

"Yaaa, sejak tadi, udah ye, kalian dirumah duduk manis layaknya babu." Ujar Rose santai.

"Iya kita babu lo babi." Balas Jennie sinis.

"Mulutnya meresahkan ya bun!!" Rose hendak melempari jennie sendok, namun di tahan oleh Lim.

"Udah udah woi!! gua jadi laki yang bingung ini!! tengkar mulu!! ayo Rose kita pergi, biar kaga tengkar!!" Lim berucap sedikit kesal, karena milhat kelakuan keempat gadisnya itu.

Keseharian Lim dengan ke bar baran 4 gadisnya.














.

.

.

.

.

.

Selamat membaca

Jan lupa vote :)

semoga kalen suka

salam dari author:)

Salah Paham (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang