Chapter 5: Sahabat Terbaik

1.6K 363 89
                                    

Heyaaa, it's been a while since the last time I had a chit chat with you all here T.T

How's thing lately? I wish each one of you are doing well. I had too many things on my plate that I had to finish soon or else I was gonna collapsing or stressing. I spent most of my time with my family—finishing some reports and try to improve myself. They help a bit. Thanks God for letting me have them as my family ^^

Aku masih Jane yang clumsy dan buat banyak kesalahan. I keep saying that I will learn and be better. I do guys, believe me, but I'm just too bad to improve myself 🤣 But you know, if you try multiple times harder and keep praying, it might work. Hehehe... so yeah, happy reading~

*I'm sorry because you might find lot of typos here*

‐--

“JEFFREYYYY!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“JEFFREYYYY!”

Sapaan Rose di pagi yang cerah terdengar menggelegar sampai bikin telinga pekak. Padahal masih jam enam, saya baru banget bangun dan masih nguap saat lihat Pak Ucup yang senyam-senyum ngegoda ke arah saya. Dia bener-bener ngira saya dan Rose pacaran. Astagfirullah, saya enggak mau pacaran sama toa mesjid kayak gini.

“Jeff! Alhamdulillah! Pembimbing I udah nge-acc! Gue baca email dari dia sampe gemeteran dong!” Rose masih teriak. Kenceng banget.

Selain ngomongnya, ada hal lain yang enggak kalah kenceng sedang Rose lakuin ke saya sampai senyum Pak Ucup terulas makin lebar dan kantuk saya juga seketika memudar.

“Rose, nggak usah meluk, sesek.” Saya ngedorong Rose, terus ngasih gelengan pelan ke Pak Ucup. “Enggak ada apa-apa, Pak Ucup. Udah sana jaga lagi gih.”

“Hehehe... iya den iya. Ini bapak mau otw depan,” sahut Pak Ucup. Tapi masih tetep diem enggak gerak.

“Katanya mau jaga,” kata saya ngingetin.

“Ini kalau ruhnya udah di pos satpam, den.” Pak Ucup sekarang pinter ngeles.

Muter mata pelan, saya memutuskan buat narik tangan Rose dan ngebawa dia masuk ke kamar. Jangan mikir yang iya-iya kayak Pak Ucup, emang biasanya juga kami ngobrol di kamar. Dan pintunya juga enggak dikunci—dibuka selebar mungkin supaya setan, malaikat, jin, anak jin, tante jin, om jin, keluarga, tetangga, dan jajaran ART bisa tahu apa aja yang kami lakuin di dalem.

Cinta Bersemi Saat Pandemi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang